Sunday, June 14, 2015

RAN FLEURISTE (Final Episode)


Seekor merpati terbang melintasi Taman Bunga Keukenhof ketika Ranum dan Rain duduk berdua di bangku kayu berwarna putih dan beberapa kelinci putih yang mondar-mandir didepan Ranum menghalanginya untuk melihat jajaran bunga warna-warni yang tertata rapi dan membentuk pola lingkaran yang bercabang. Tak biasanya merpati terbang melintasi Keukenhof yang terletak diantara kota Hillegom dan Lisse. Situasi ini langka, apalagi Keukenhof hanya dibuka setahun sekali pada minggu terakhir bulan Maret hingga pertengahan bulan Mei.

Orang-orang berkeliling mengitari jalan setapak sejauh 15 kilometer untuk melihat lebih dari tujuh juta bunga Tulip, Daffodil dan Hyacints tapi tidak dengan Ranum dan Rain, mereka memilih duduk di bangku kayu berwarna putih. Di dekat kumpulan tulip yang juga berwarna putih. Merpati itu masih saja terbang diatas mereka berputar-putar seperti orang yang mabuk. Seperti ada pesan yang hendak  disampaikan. Ranum dan Rain berbincang-bincang dan saling melempar opini tentang bunga-bunga yang ada di Taman Keukenhof. Mata Rain masih terus menatap lesung pipit Ranum yang masih saja berbicara tentang bunga-bunga yang ada di Keukenhof, Rain memalingkan wajahnya ketika Ranum menangkap Rain yang memandangi dirinya.

Kelinci putih itu masih terus mondar-mandir di  depan mereka membuat kesan nyaman jadi sedikit hilang. Tema taman Keukenhof tahun ini adalah United Kingdom – Land of Great Gardens. Kombinasi bunga-bunga yang membentuk mozaik Big Ben dan Tower Bridge khas London tempat yang juga ingin Ranum kunjungi selain Jerman. Tempat yang membuat Ranum jatuh cinta dengan kultur dan budayanya.

Fashion memang berubah setiap enam bulan sekali, tapi ada satu hal yang tetap sama: Ranum, gadis beralis hitam dan berambut pirang dengan sejuta mimpi untuk membahagiakan banyak orang lewat bunga, kini dia berada di samping pria yang belum lama dia kenal. Ranum sangat mudah jatuh cinta pada mereka yang hidup tenang dan tidak terduga. Diam dalam tenang, putih sangat bersih. Hidup tanpa dosa karena tak pernah sekalipun mengurusi hidup orang lain. Stabil atau mungkin Stagnan.

Siang ini Ranum menemukan keanehan di langit Keukenhof, seperti ada garis horizontal lurus yang tak jelas dimana ujungnya, Ranum melongo benar-benar tak percaya. Pria itu tiba-tiba menyusuri jari-jari Ranum hingga memegang tangannya, Ranum tidak melepaskan tanganya, sentuhan halus Rain membuat Ranum merasa nyaman dan tenang.

Ranum kaget, dia melihat Pria dari Tropea Beach itu berdiri tepat di depan Paviliun Oranje Nassau yang memamerkan koleksi beragam bunga tulip. Ranum menutupi wajahnya dengan bersandar di pundak Rain. Rain Galvin kaget, matanya menatap Ranum lembut meganggap Ranum membalas kemesraan yang dia ciptakan lewat tangan. Beberapa detik setelah Ranum menutup wajahnya di pundak Rain, pria dari Tropea Beach itu melewati  mereka berdua.

Merpati dan kelinci itu tiba-tiba menghilang, setelah pria dari Tropea Beach itu semakin jauh dari tempat Ranum dan Rain duduk. Merpati terbang bersama merpati lainnya. Kelinci putih itu bersembunyi diantara bunga-bunga di Keukenhof. Pria dari Tropea Beach itu benar-benar tidak sadar bahwa dia berada di tempat yang sama dengan Ranum. Ranum bersyukur. Ranum melepaskan wajahnya dari pundak Rain Galvin. Lalu tersenyum ketika Rain menatap Ranum bingung. Bingung dan bertanya-tanya.

“Kenapa Ranum?” Tanya Rain.

“Nggak apa-apa, tanganmu?”

“Oh ini” Rain memegang erat tangan Ranum, “aku ingin menghangatkan tanganmu”.

Rain sedang bercerita, Ranum mendengarkan cerita Rain tentang kekasihnya yang meninggalkanya dan pergi bersama pria lain. Rain melihat kekasihnya sedang bermesraan pada suatu malam di Tropea Beach, Italia. Rain melihatnya dari penginapan yang berada diatas tebing di pinggir jalan Tropea Beach. Seorang pria mencium kekasihnya lalu menggendongnya masuk ke dalam sebuah tenda kemah yang didirikan di Tropea Beach, Italia. Setelah melihat kejadian yang membuat Rain kaget dan marah besar, lalu Rain menghampiri pria itu, adu pukul sempat terjadi. Kekasih Rain melerainya. Rain menampar Kekasihnya lalu pergi tanpa mengucapkan apa-apa.

Ranum melongo apa yang diceritakan Rain, persis yang dia rasakan ketika pergi ke Tropea Beach, Italia untuk mencari pria yang meninggalkanya hampir dua tahun.

“Kamu kenal pria itu?” Tanya Ranum.

“Tidak, aku belum pernah melihat pria itu sebelumnya. Hanya sekali ketika kejadian itu”.

“Itu pria yang dulu aku cintai, yang sempat pergi ke Italia karena alasan pekerjaan”.

“Ha? Maksudnya?” Tanya Rain.

“Pria yang kamu lihat bersama kekasihmu di Tropea Beach adalah orang yang dulu sangat aku cintai… Dia mantan kekasihku”. Rain melepaskan genggaman tanganya, menatap mata Ranum dalam-dalam. Mata Rain dan Ranum berbinar.

Ini bukan Roman yang  sengaja mempertemukan dua orang bernasib sama. Kenyataanya Rain dan Ranum punya masa lalu yang sama, Membuat mereka membenci dan antipati. Sama-sama pernah dihianati.

“Ini kebetulan?” Ranum membalas tatapan Rain dalam-dalam.

“Bukan… Ini takdir, Ranum” Rain memegang kedua tangan Ranum, ibu jarinya mengusap tangan Ranum perlahan.

“Kalau ini takdir, kenapa tuhan mempertemukan kita yang punya nasib sama di tempat ini?”.

“Aku tidak tahu, Ranum. Yang aku tahu, aku mencintaimu sejak pertama kali pergi ke Ran Fleuriste”.  

“Jadi, Itu alasanmu memberikanku kartu namamu? Supaya aku bisa menghubungimu?”.

“Iya, dan kamu benar menghubungiku”.

“Itu juga alasanmu kenapa kamu mengajakku bertemu dalam secarik kertas yang kamu berikan bersama uang untuk membayar tulip pesananmu?”.

“Iya, itu semua benar. Dan kini kita ada di sini, Ranum”.

“Lalu apa maksudmu mengajakku kesini?”.

“Ik hou van jou, Ranum”.

“Maaf. Tapi, aku belum mencintaimu seperti kamu mencintaiku sekarang”.

“Tidak perlu minta maaf, Ranum. Aku akan menunggumu dan membuatmu mencintaiku” Ranum terdiam sesaat, matanya menatap mata Rain dengan lembut, senyumnya mengembang. Ranum memeluk Rain, tangan Ranum dan Rain saling mengusap punggung. Rain berbisik “Ik hou van Jou, Ranum”.


(Tamat)
Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment

Ayo Beri Komentar