Saturday, April 11, 2015

Review Film Guru Bangsa: Hos Tjokroaminoto


Guru Bangsa: Hos Tjokroaminoto. Film Indonesia ke dua yang saya tonton di bulan ini. Tentu saja saya punya ekspetasi yang tinggi untuk film bergenre drama biografi ini. Bercerita tentang perjalanan Hijrah seorang Oemar Said Tjokroaminoto yang diawal film digambarkan sedang di intograsi disebuah penjara pada tahun 1921. Film yang diproduseri oleh Christine Hakim, Dewi Umaya Rachman, Sabrang Mowo Damar Panuluh, Didi Petet, Nayaka Untara dan Ari Syar ini menggugah kesadaran berbangsa diri saya. Saya seperti menemukan jati diri bangsa Indonesia yang sebenarnya dalam film garapan Garin Nugroho ini.

Satyagraha (perjuangan tanpa kekerasan) sangat kental dalam film ini meskipun di akhir film saya tidak melihat hasil dari Satyagraha, mungkin karena ini film sejarah pembuat filmnya harus benar-benar berhati-hati dalam meletakan plot-plot cerita agar tidak menyimpang dari fakta sejarah yang ada dan bagi saya film sekelas Tjokroaminoto tidak cukup jika hanya berdurasi sekitar 160 menit.

Jiwa teater dari seorang Garin Nugroho sangat terlihat pada film ini, tebrukti dengan beberapa adegan yang membuat saya seperti menonton pertunjukan teater, seperti adegan Tjokroaminoto dan Agus salim yang berbincang setelah kematian istri Tjokro “sudah sampai mana Hijrah kita?” . Film ini sukses membuat saya bertanya-tanya mengenai tempat-tempat yang ada di film ini. tampak jelas keadaan yang digambarkan sangat klasik dan tempo dulu. Gambar yang epic menambah kesan klasik untuk film ini, akting dari semua aktor dan aktrisnya sangat bagus utamanya Reza Rahadian dan Tanta Ginting yang memang tidak bisa dipungkiri bahwa aktingnya jempolan. Musik paduan suara memberikan kesan ceria di film ini. Komedi yang diselipkan lewat pedagang kursi membuat penonton tidak merasa bosan, utamanya saya. Bahasa daerah yang digunakan juga terkadang menggelitik.

Hanya saja saya kurang bisa menemukan arti “Guru Bangsa” dalam film ini, saya berharap ada perdebatan hebat Tjokroaminoto dengan murid-muridnya di film ini, masalah ideologi yang selama ini kerap dibicarakan banyak orang. Komunis, Sosialis  atau lainya. Film ini juga mengkritik politikus yang ada di negeri ini, lewat ucapan “Politik balas budi”, “Politik Iming-iming” . Film yang bermuatan agama, politik, etika dan perjuangan berhasil menggugah kesadaran berbangsa saya.. Semakin membuat saya cinta akan tanah ini.


Overall saya memberi nilai 8 dari 10 untuk Film Tjokroaminoto dan mungkin film ini akan mendapatkan beberapa ataupun nominasi penghargaan seperti Film terbaik, sutradara terbaik, Aktor terbaik sinematografi terbaik, pemeran pendukung wanita terbaik lewat Christine hakim dan pemeran pendukung pria terbaik lewat akting ibnu jamil/ tanta ginting.. Bangga Film Indonesia, Ayo Nonton Film Indonesia..
Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

4 comments:

  1. Bener mas, ini film Garin Nugroho banget nih, terutama dari segi penuturannya. Set lokasinya, komposisi gelap terangnya. Setuju juga, lebih pas kalo diberi beberapa scene perdebatan, saling berargumen dengan para muridnya. Sepertinya, film ini kalo di re-mix dengan film Soekarno jadi lebih oke

    ReplyDelete
    Replies
    1. mungkin karena terlalu banyak scene yg harus di kreasikan dalam film jadi banyak yg terlupakan, itupun ada scene yg sudah dipotong/dihilangkan padahal bisa dibuat 2 part.. jadi gak cukup kalo 160 menit.. tapi overall bisa jadi pendidikan bagi kaum muda..

      Delete
  2. wah setuju banget sama reviewnya... secara gambar dan tampilan memang oke banget filmnya, tapi kesan "guru bangsa"nya tidak ditemukan sama sekali :) Semoga semakin banyak film2 sejarah yang keren seperti ini :)

    ReplyDelete

Ayo Beri Komentar