Thursday, June 18, 2015

LANGGAM 3142


Ada guratan di lehernya
Aku memegangnya
Ada senyum di matanya
Berharap matanya jatuh dan merindu
Ada kehampaan di bibirnya
Seperti Antitesis yang belum selesai
Dia hanya diam dalam harap cemas tak tentu
Seperti pips dalam dadu
Menunggu dilempar,
Lalu digerakkan
Dan dimainkan

Dalam batas tertutup awan putih
Rumput-rumput hijau dalam diorama
Gunung-gunung menjulang gagah berani
Gulungan awan empuk seperti kasur
Dia masih diam bak patung proklamator
Berharap bisa pulang dengan baling-baling bambu
Atau sampai puncak dengan pintu kemana saja
Raganya terhempas es yang berubah jadi angin
Jiwanya terkubur di rumput yang menjilat punggung

Empat camar masih kuat terbang
Mengarungi indah ciptaanNya
Aku melongo
tubuhku terhempas di kaki-kaki bukit
Aku melihatnya di atas sana
Tertawa layaknya anak kecil dibelikan mainan baru
Mataku berbinar
Matanya berbinar
Mata perempuan itu juga
Kami hanya burung perkutut
Tertidur di padang rumput penuh lutut
Harap cemas menunggu empat camar turun

Doa dalam haru
Tangis dalam doa
Indahnya hanya Satu
Tak ada mata uang yang mampu membelinya
Cinta dan kasih dari sekumpulan manusia kecil dan malang
Berharap bersatu dalam taliNya
Di atas sini kami berbagi
Menolong sesama
Menyayangi juga mencintai
No standard in how to love something
No standard in how to love someone
It can only be felt by the heart


Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment

Ayo Beri Komentar