
Terjebak
Nostalgia tidak bisa membuat saya kesusahan menebak lajur ceritanya, alur
bahkan endingnya. Bahkan ketika film belum setengahnya saya sudah bisa menebak
ending dari film ini. Sesungguhnya menampilkan tokoh baru di akhir film adalah
pilihan yang tidak tepat, maka dari itu Rako selaku penulis skenario tidak
melakukannya, tapi juga kesalahan kepenulisan yang hanya menghadirkan tiga
tokoh, membuatnya sangat mudah ditebak. Film ini sebenarnya hanya tentang dua
orang. Raisa dan Reza, dengan harapannya bertumpu pada teka-teki permainan. Maruli
tidak dalam performa yang bagus, bahkan sekalipun Raisa yang kita tahu punya
paras yang begitu cantik. Film ini benar-benar ditolong oleh Reza dan Obin.
Juga musik yang bisa menyatu dengan “kata-kata” yang diungkapkan ketiga tokoh
utamanya.
Sedikit
membosankan karena cerita yang begitu cepat berlalu, penonton tidak dibuat
benar-benar percaya bahwa Sora dan Raisa memang saling jatuh cinta.
Keberhasilan film ini hanya terletak pada tokoh Reza yang membuat saya
benar-benar sangat percaya bahwa dia memang jatuh cinta kepada Raisa. Kalau
saja akhir film ini tidak tertebak mungkin akan menjadi keberhasilan lain yang
bisa dicapai. Namun layaknya sebuah bangunan, Terjebak Nostalgia memang kurang
bisa memilih pilar yang digunakkan untuk menopang bangunan diatasnya.
Bagi
saya film bergenre drama romance yang hanya menawarkan kata-kata indah nan
manis adalah film yang kehilangan arah, yang akhirnya memlih jalan untuk
memakai kata-kata “gombal” untuk memuaskan pasar penontonnya. Padahal tugas utama
pembuat film genre ini sebenarnya untuk meyakinkan bahwa memang terdapat
perasaan cinta diantara tokohnya. Saya merasakan kelebayan di setiap adegan
Sora dan Raisa, terasa mengganggu apalagi saat mereka berpisah di bandara. Karena
kurangnya chemistry antar keduanya, film ini jadi tidak terasa spesial.
#TerjebakNostalgia
#BanggaFilmIndonesia
No comments:
Post a Comment
Ayo Beri Komentar