Tuesday, June 9, 2015

RAN FLEURISTE (Episode 7)


Ranum terbangun dari mimpinya, terdiam bingung di atas kasur. Apa yang dia lihat bukan yang ingin dia lihat. Mimpinya membawanya pergi ke masa lalu yang dipenuhi orang-orang sakit. Pembicaraanya dengan Sean tentang Rain Galvin membuatnya memimpikan pria itu. Ranum memimpikannya sedang melambaikan tangan ke arahnya, tersenyum dengan riang seolah baru pulang dari ekspedisi yang memakan waktu bertahun-tahun. Ranum bermimpi berada di taman yang dipenuhi bunga-bunga. Mimpi itu habis ketika tiba-tiba ada pria yang datang dari masa lalunya masuk ke mimpi Ranum. Pria yang membuat Ranum sangat membenci Italia dan Tropea Beach.

Ranum bangkit dari kasurnya, meminum habis air dalam gelas yang sudah disiapkannya sebelum tidur. Ranum buru-buru mencari kartu nama Rain Galvin. Ranum ingat kartu nama itu dia simpan di celemeknya. Setelah menemukan celemeknya yang menggantung di pintu kamarnya, Ranum mengambil kartu nama itu. Menyadari bahwa ada nomor handphone di kartu nama Rain Galvin. Lalu Ranum menyimpan nomor handphone Rain Galvin di handphone miliknya.

Di atas kasur Ranum bimbang. Mengirim pesan atau tidak. Beberapa menit Ranum tertahan dalam situasi bimbang tak menentu, Ranum memutuskan untuk mengirim pesan. Ranum hanya menuliskan namanya di badan pesan, lalu melanjutkan tidurnya lagi.

Mendekati pagi Ranum belum juga bangun dari tidurnya. Cahaya matahari mulai menyinari langit timur, sebuah bintang berkedip lalu menghilang dari langit Amstedam. Handphonenya berdering, ada satu pesan masuk dari Rain Galvin. Ranum masih belum bangun, hanya sesekali mengubah posisi tidurnya. Selimut menutupi hampir seluruh tubuhnya kecuali kepalanya. Raut wajah Ranum saat tidur adalah gambaran paling indah. Seperti melihat hamparan bunga di Anna Paulowna, ekspresi natural yang tidak dibuat-buat. Alarm yang berada di samping kasur dua menit lagi akan berbunyi. Ranum mulai membuka matanya pelan-pelan dan sesekali berkedip cepat. Beberapa detik setelah itu Ranum bangun, duduk di atas kasur tepat ketika Alarm berbunyi. Ranum mematikan alarm itu, membasuh mukanya dengan tangan lalu bergegas bersiap-siap pergi ke Ran Fleuriste. Ranum menggunakan sepeda untuk pergi ke Ran Fleuriste, jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya, hanya sekitar satu kilometer.

Ranum belum menyadari pesan yang dikirim Rain Galvin. Beberapa meter dari Ran Fleuriste Ranum melihat Savage Rivale warna hitam milik Rain Galvin terparkir persis di depan Ran Fleuriste. Ranum turun dari sepedanya, menuntun sepedanya lalu memarkirkan tepat di samping Ran Fleuriste. Wajahnya bingung karena tidak ada orang di dalam mobil itu. Scarlet Thee dan Queen Of Sean sudah dibuka sebelum Ranum datang. Ranum membuka pintu tokonya sambil menatap bingung keluar jendela. Ranum membuka pintu belakang Ran Fleuriste lalu menghampiri Sean yang sedang memakan roti di kebun Ran Fleuriste.

“Sean, kamu tahu mobil yang ada di depan?”.

“Iya tahu, pemiliknya ada di Scarlet Thee sejak 10 menit tadi” Jawab Sean sembari mengunyah roti.

“Itu Savage Rivale miliknya, Sean”.

“Miliknya? Siapa yang kamu maksud? Sean menghabiskan gula roti yang ada di jari-jarinya.

“Rain Galvin, yang aku ceritakan tempo hari”.

“Oh Rain Galvin. Hahaha, cieee Ranum” lalu Sean masuk ke tokonya. memberikan sisa rotinya untuk Ranum.

Ranum menghabiskan roti pemberian Sean. Tepat ketika roti habis lonceng pintu Ran Fleuriste berbunyi. Ranum tersentak melihat Rain Galvin yang membawa gelas teh khas Scarlet Thee masuk ke Ran Fleuriste lalu memanggil namanya. Ranum buru-buru menghampirinya.

“Ada yang bisa saya bantu?” Tanya Ranum.

“Seperti biasa, saya pesan sembilan tangkai bunga tulip, persis seperti tiga hari yang lalu”.

“Maaf, tapi toko belum dibuka” jawab Ranum.

“Kalau begitu, akan saya tunggu” Rain Galvin tersenyum, belum sempat Ranum membalas Rain Galvin sudah berjalan menuju kursi tunggu yang ada di Ran Fleuriste.

Rain Galvin menunggu dengan santai sembari menghabiskan teh yang dia beli dari kedai teh kakek Winskel, sesekali melihat Ranum yang sibuk dengan aktivitas paginya di Ran Fleuriste. Ranum belum menyiapkan sembilan tangkai bunga tulip pesanan Rain Galvin. Dia masih sibuk membersihkan kaca dan merapikan bunga yang ada di depan Ran Fleuriste. Setelah itu Ranum mulai menyiapkan sembilan tangkai bunga tulip. Rain Galvin menghampiri Ranum untuk menyanyakan beberapa hal.

“Kenapa pesan balasanku tidak kamu jawab, Ranum?”.

“Ha? Maksudnya?”.

“Kamu kan yang tadi malam mengirimkan pesan untuk saya?” Ranum kaget, jantungnya bedebar mendengar pertanyaan Rain Galvin.

“Iya, itu saya. Saya tahu nomor anda dari kartu nama yang anda berikan tempo hari” Rain Galvin tertawa mendengar jawaban Ranum yang terdengar kaku ditelinganya.

“Oh iya Ranum, saya mau tanya. Kenapa ada tisu kertas yang agak basah di buket tulip yang kemarin saya beli?”.

Ranum menghentikan pekerjaanya. “Itu untuk memastikan supaya tulip tidak mengering saat perjalanan pulang. Kekurangan air bisa menyebabkan tulip mengering setiap saat”.

“Oh begitu, saya baru tahu. Untung saja tulip-tulip itu langsung saya letakkan di vas berisi air”.

Ranum sudah selesai menyipakan sembilan tangkai bunga tulip, lalu memberikannya pada Rain Galvin. Ranum memberi sedikit penjelasan cara merawat tulip. Mulai dari memilih vas yang sesuai dengan tinggi bunga tulip, memberikan air dingin dan menjauhkannya dari sinar matahari. Air dingin akan menjaga batang bunga tulip agar tetap segar dan keras.
Setelah membayar Rain Galvin pergi meninggalkan Ranum dengan secarik kertas yang berada di bawah uang pemberiannya. Ranum membukanya setelah Savage Rivale milik Rain Galvin meninggalkan Ran Fleuriste.

“Set a meet, Ranum?” Ranum tersenyum, Ialu memasukan kertas itu ke kantong celemeknya.

(Bersambung)



Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment

Ayo Beri Komentar