Tuesday, August 18, 2020

jangan menunda pertemuan;


 

Aku lagi gak enak badan, setelah bangun dan menyadari bahwa realita ideal yang kuinginkan ternyata baru sebatas mimpi pengantar tidur. Lalu satu menit kala mengumpulkan nyawa rasanya aku ingin melakukan perjalanan waktu, dan melihat realita apa yang terjadi di hidupku dalam lima tahun ke depan. Paling tidak aku memahami apa yang sudah kulakukan sehingga menjadi efek domino atas apa yang terbentuk di masa depan. Sekalipun buruk, penerimaan adalah satu-satunya jalan dari pilihan berisiko yang dijalani.

Ah, tampaknya kita suka membicarakan hal-hal baik padahal kita tidak benar-benar melakukan itu, kita sering membagikan sesuatu yang tampaknya sering kita lakukan padahal tidak, sebetulnya kita sangat menginginkan itu ada di hidup kita. Kita memproyeksikan segala sesuatu yang baik tanpa pernah benar-benar menjalaninya.

Kita jatuh cinta, kita tertarik, kita menyukai seseorang atau sesuatu yang dilakukan tanpa berkata pada diri sendiri, apakah ini benar-benar perasaan yang muncul atau sekadar rasa penasaran yang kadang mengganggu. Kita terlanjur mengucapkannya lantas kita tersadar bahwa ternyata benar, itu hanya rasa penasaran karena kegabutan kita yang tidak pernah diisi apa-apa. Kita terlanjur, dan kita tidak sama sekali merasa bersalah. Malah kita merasa tenang-tenang saja, sama sekali tidak sensitif.

Jangan pernah menunda pertemuan, untuk alasan apapun. Karena ketika kamu benar-benar tertarik pada seseorang, kamu akan memberikan waktu dan tenagamu untuk orang itu. Menunda pertemuan hanya akan menghilangkan perasaan-perasaan yang terbentuk dan akhirnya luruh tak membekas. Mungkin bagimu itu hal biasa, mungkin bagimu tak ada pengaruhnya. Lalu coba kamu pikirkan baik-baik bagaimana dengan perasaan orang tersebut.

Kau janjikan pertemuan, namun kau gagalkan tanpa ampun. Kau memintanya untuk memberikan waktu sekadar untuk mendengar kamu bercerita, lalu kau saat itu juga tidak ada kabar, atau tidak serius menanggapi balasannya, padahal kamu yang meminta. Bagaimana jika orang itu masih terus menunggu dan kamu malah asik dengan yang lainnya. Dan bagaimana jika orang itu merasakannya berjuta-juta kali, dan kamu hanya orang ke sejuta kalinya yang memperlakukan dirinya seperti sampah.

Tidakkah kamu berpikir mungkin orang itu akan merasa dirinya tidak pantas untuk siapa-siapa, lalu bagaimana jika ia terus berjuang dari pikiran bodoh untuk mengakhiri hidup, tapi kehadiranmu justru menguatkan niatnya itu? Apakah kamu masih ingin keras kepala, arogan, dan egois. Bahwa jika kamu tidak bisa mengharagai waktu orang lain, barangkali kamu juga tidak bisa mengharagai segala bentuk kehidupan di dunia.

Apakah kamu tidak malu pada seorang yang masih bersikap baik padamu, padahal kamu tidak sekali dua kali mengecewakannya? Membuatnya sedih? Atau sampai mebuatnya marah. Dan lebih parahnya lagi kau seenaknya, tidak tahu terima kasih, tidak sempat minta maaf. Atau jika pun kamu memaafkan, kamu akan mengulanginya lagi dan lagi, seolah permintaan maaf itu hanya angin lewat dengan debu-debu kotor yang beterbangan.

Tidakkah kamu malu jika orang itu masih berbuat baik, tanpa merasa dendam. Ia pemaaf dan kamu masih seenaknya, merasa semua orang berlaku jahat dan tidak adil padamu. Padahal kamu juga begitu. Jangan menunda pertemuan untuk meminta maaf, jangan menunda pertemuan untuk jatuh cinta, jangan menunda pertemuan untuk saling memuji, jangan menunda pertemuan untuk berteman. Pertemuan adalah satu-satunya jalan untuk mengenal, untuk mengasihi, untuk saling mencintai. Jika dengan saling bertatapan saja kamu enggan, jangan terus-terusan meminta tolong, datang saat butuh, dan jadi bajingan saat merasa aman.

Jangan sampai penyesalan paling buruk harus kamu rasakan, kehilangan adalah sifat yang paling sulit diterima jiwa manusia. Saat kita bicara tentang kehilangan, kamu baru akan merasakan betapa jahatnya kamu, bukan hanya pada diri sendiri tapi juga orang lain. Menunda pertemuan hanya akan mendatangkan penyesalan. Apalagi jika kamu hanya memberikan janji iya, namun sama sekali tidak berniat menemuinya, berjumpa, bertemu. Jaga sikapmu, jaga mulutmu. Karena itu adalah cerminan dari siapa temanmu, siapa keluargamu, bahkan siapa jodohmu.

Jangan sampai dengan sifat seenakmu itu, kamu menghilangkan orang-orang baik dari dunia, dari kehidupanmu, dari lingkunganmu. Karena mendapatkan perlakuan baik dari orang lain adalah sebuah privilege, membalasanya dengan perlakuan baik juga bagian dari privilege, karena tidak semua orang mampu. Kebanyakan dari kita berkekspektasi untuk mendapat balasan dari kebaikan yang kita lakukan.

Tidakkah kamu mampu untuk sekadar berbuat baik? Bahwa dengan perbuatan baik itu, kamu merasa tenang dan nyaman untuk menjalani hari-hari yang mungkin buruk. Tidakkah perbuatan baik adalah hal paling mudah yang mungkin bisa kita lakukan. Kenapa kita tidak bisa sekadar berbuat baik, kenapa orang lain tampaknya mudah melakukannya tapi kita tidak. Atau jangan-jangan kita terlalu berharap dan berekspektasi untuk mendapatkan perlakuan baik tanpa memberikan itu pada orang lain. Kita masih egois, arogan, dan keras kepala. Tanpa menyadari bahwa mungkin kita merasakan itu semua, ya karena kita sendiri

Jangan pernah menunda pertemuan, karena sebelum itu dilakukan kita tidak pernah tahu bagaimana perasaan orang lain atau bahkan bagaimana perasaan kita sendiri. Jangan pernah menunda pertemuan tanpa belajar bagaimana merespon reaksi orang lain. Bahwa jawaban dari segala yang kamu inginkan tidak selalu tentang iya dan persetujuan yang lain. Penolakan dan kata tidak juga bentuk jawaban dan respon dari reaksi orang lain. Dan kamu harus terbiasa akan hal itu. Jangan arogan, jangan egois, jangan keras kepala untuk hanya ingin mendengar kata iya.

Penolakan hanyalah bagian dari hidup yang tiap hari berkeliaran di sekitar kita, pahami itu, biasakan diri. Jangan seenaknya, hidup bukan milikmu seorang. Kamu cuma numpang, ikuti aturan mainnya, jangan pakai aturan main sendiri dan memaksa yang lainnya untuk ikut aturan mainmu.

Pertemuan adalah privilege, makin banyak kamu memahami segala perspektif, makin baik juga kamu merespon segala reaksi, bahkan yang belum pernah kamu lalui. Jangan pernah menunda pertemuan, jangan pernah gengsi, tapi tetap bawa dirimu, jaga dirimu. Jangan terlena, percayakan segala sesuatunya pada insting-insting baik. Bahwa jika dengan niat baik segala yang baik pasti akan mengikuti. Jangan pernah menunda pertemuan. Lebih baik tidak dipikirkan tapi kamu melakukannya, daripada tidak melakukannya tapi kamu tidak henti-hentinya memikirkan.


Semarang, 19 Agustus 2020

Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Sunday, August 16, 2020

di dunia ini kesedihan bukan hanya milikmu seorang; kesedihan menghancurkan semua orang.


Barangkali kita merasa orang lain tidak pernah peka bahwa kita sedang tidak baik-baik saja. Tapi jangan jadi alpa, kita juga sering lupa bahwa orang lain mungkin juga merasakan apa yang sedang kita rasa; sedang tidak baik-baik saja. Justru dalam keadaan paling terpuruk, kita seringkali tidak ingin mengerti dan memahami orang lain. Kita bukan hanya tidak peduli pada sesama saat sedang baik-baik saja, bahkan juga dalam keadaan sedang tidak baik.

Bayangkan seseorang mengirimkan sebuah pesan di ponselmu dan mengaku akan mengakhiri hidupnya dalam dua tahun jika ia masih tidak menemukan seseorang yang baik. Sosok yang akan menuntunnya dan menjadi pengantar setiap hidup dan tidurnya. Dan tiba-tiba kamu merasa seseorang itu menginginkan dirimu, karena orang itu menganggap kamu adalah sosok ideal yang ia maksud.

Bagaimana tentang beban yang tiba-tiba menimpamu jika kamu mengatakan hal jujur bahwa kamu sedang tidak tertarik bahkan sama sekali tidak memikirkan relationship apapun. Ia menginginkan kamu menjadi apa yang ingin dia mau. Sedang kamu sedang terus berusaha untuk mencintai dirimu terlebih dahulu sebelum kuat mencintai yang lain.

Orang seringkali lupa, bahwa kita akan mendapatkan sesuatu jika kita memberikan sesuatu. Jadilah baik untuk mendapatkan apa yang baik untukmu. Jangan menyebut orang lain jahat jika ia dalam kalimatnya menyiratkan penolakan, karena mereka juga manusia, punya segala jenis masalah yang sedang mereka usahakan untuk cepat berlalu dan selesai. Di dunia ini kesedihan bukan hanya milikmu seorang. Kesedihan menghancurkan semua orang.

Value hidupmu mengantarkan kamu ke sebuah realitas, kadang memang tidak ideal menurutmu, yaa mungkin karena kamu belum pantas mendapatkannya, karena kamu tidak menjadi ideal untuk diri sendiri. Jika kamu menginginkan sosok yang baik, tangguh, dan mengerti keadaanmu seutuhnya, barangkali kamu juga harus seperti itu lalu kamu baru bisa mendapatkannya. Bukan menjadi arogan untuk mendapatkan semua tanpa melihat value diri sendiri, tanpa memberi kebaikan. Jika tiap hari yang kau tebar hanyalah kesedihan-kesedihan yang sama dan ketakutan-ketakutan yang sebenarnya tidak nyata karena pasti bisa kamu lalui, aku harus bilang kamu hanya akan mendapatkan sosok yang setipe dengan keadaan dirimu yang sekarang. Tuhan baik, tapi tidak bodoh.

Lalu aku berpikir, tidakkah seorang manusia mampu berbuat baik tanpa berharap apapun? Ia hanya berbuat baik saja. Ia tidak egois, karena aku masih sangat setuju bahwa segala kebaikan itu sifatnya egois, kita selalu mengharapkan balasan, atau paling tidak kita merasa senang melakukan itu. Tidak perlu ada yang dirugikan kalau semua bisa beriringan dan saling melihat, mengingatkan jika salah satu dari kita keluar jalur dari apa yang kita sendiri yakini.

Kita punya mekanisme koping masing-masing, pernahkah kita berpikir bahwa cara kita menyembuhkan luka akan makin cepat ketika kita sama-sama memperhatikan satu sama lain? Tentu tanpa berniat menghakimi, yang perlu kita pahami pertama adalah mengapa seseorang sampai perlu menyembuhkan dirinya, alasan apa yang membuatnya ada di titik itu. Jika alasan mereka sama, mungkin kita bisa saling berbagi cara untuk sembuh lebih cepat. Dan jika alasan yang membentuk kesakitan dan luka itu sama sekali berbeda, paling tidak kita ada di sampingnya, sekadar untuk mendengar, atau sampai memberi saran jika diminta.

Selain menyadari bahwa hidup ada baiknya dijalani sekaligus dinikmati dan tentu tidak lupa disyukuri. Tapi ada hal lain yang perlu kita sadari, bahwa setiap hari dalam hidup adalah arena berjuang sekali lagi, tanpa henti, terus menerus. Ada yang hari ini melewati rintangan lebih berat dua kali lipat dari hari kemarin. Ada yang berhasil melaluinya dengan baik karena punya startegi dan kecerdasan karena ia selalu belajar dari yang sebelumnya ia alami. Ada yang masih keras kepala tidak pernah ingin belajar dan selalu mengeluh atas rintangan yang ada dan menyalahkan ketidak-pekaan orang lain karena ia tidak dibantu dan ditolong.

Padahal kalau kita yakin dan percaya pada kemampuan diri sendiri, kita tidak akan sampai menyalahkan orang lain, menyebut orang lain jahat, bahkan mungkin tidak ada waktu untuk berkeluh pada apa yang terjadi, karena kita sendiri yakin, segala rintangan hanyalah pion dari permainan catur. Ringan tapi punya pengaruh jika kita mau memahami bahwa pion-pion itu adalah pembuka dari segala yang besar, segala yang kuat.

Kesakitan yang kamu alami sekarang, barangkali orang lain juga merasakannya. Jangan berulah apapun sebelum sama-sama kita bisa menyembuhkannya. Kesedihan yang mendalam memang akan sulit kita lewati, namun sulit bukan berarti tidak bisa. Kita bisa jadi bom waktu atau jadi bunga yang mekar di taman-taman. Jika kesakitan, luka, dan kesedihan itu menjadi bom waktu, saat ia meledak yang dirugikan bukan hanya kamu, tapi orang-orang di sekitarmu, orang-orang terdekatmu. Jika kesedihan, luka, dan kesedihan mampu kamu pahami sebagai bahan belajar dan merenung, bahwa memang seperti itulah realita hidup; harus belajar terus menerus, mengenal diri sendiri, apa yang diinginkan dan dibutuhkan. Apa yang baik, apa yang buruk, apa yang tidak, apa yang iya.

Kita adalah pilot bagi tubuh, pikiran, dan jiwa kita sendiri. Kalau kamu pikir tidak ada penumpang dan kamu hanya satu-satunya, aku harus bilang kamu salah besar. Tubuhmu dibentuk oleh kedua orang tuamu, pikiranmu penuh orang-orang, yang membuatmu belajar menjadi seperti sekarang, jiwamu tentu terbentuk dari segala pengalaman baik dan buruk. Kita tidak berdiri sendiri, selalu ada orang lain, namun kendali penuh tetap menjadi keputusanmu. 

Pilihannya ada dua mau terjerumus atau membuat rumus bagaimana seharusnya hidup berjalan dengan baik. Dan merespon segala hal-hal yang baik tanpa perlu reaktif atau emosi. Segala hal baik itu pasti, jahat itu selalu relaitf; karena kejahatan bisa dihapuskan dengan kebaikan-kebaikan. Kejahatan tidak pernah bisa menghapus hal-hal baik. Meski kita rentan dan rapuh, kita tetap tidak bodoh. Kita selalu mengingat hal-hal baik, dan memaafkan segala yang jahat. Karena memaafkan adalah hal baik yang paling mudah dilakukan jika kita mengerti bagaimana mengendalikan diri.

Aku punya kebiasaan untuk membaca ulang pesan-pesan, pesan-pesan baik, pesan-pesan buruk. Akan aku ingat dalam memoriku, sebelum semuanya aku hapus, lalu hilang dari memori ponselku. Jangan lupa bahwa otakmu adalah tempat penyimpanan paling baik, paling besar dan utuh. Jangan hanya ponsel yang kamu penuhi dengan memori, ada baiknya pikiranmu juga.

Ingat, tiap hari adalah wahana permainan baru, yang kita butuhkan sebetulnya sederhana, menjalaninya, menikmatinya, bersyukur atas segala yang terjadi; baik dan buruk. Lalu belajar dari apa yang telah terjadi, untuk menghadapi wahana-wahana baru lainnya. Hidup hanya tentang bagaimana kita memahami, merespon, dan bertindak. Sisanya biarkan alam semesta bekerja, biarkan Tuhan mengambil perannya. Semua tepat pada waktunya, semua tepat pada tempatnya. Tidak kurang, tidak lebih. Tepat.



Semarang, 17 Agustus 2020

Merdekakan dirimu dari segala belenggu.

Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Wednesday, August 12, 2020

akhir dari kesedihan adalah takdir buruk yang diberi cuma-cuma


Kesedihan melalang-buana pada seperempat peristiwa

Sedang usiamu baru menginjak kepala dua,

kau belum cukup tahu bagaimana cara membunuh pikiran gila

yang datang tiba-tiba saat malam dingin penuh luka


atau membawa seorang anak ke penjara paling dalam

di bawah lutut seorang ibu,

anak-anak malang yang tak tahu ia pernah punya bapak

 

atau kau hanya penasaran apa yang sedang terjadi

pada diri seorang kakek yang menyebrang jalan

di keramaian orang-orang berangkat kerja

 

aku sendiri sibuk menulis kepulanganmu,

berharap semua itu benar adanya,

dan berharap menjadi satu-satunya manusia

yang tersenyum lebar di akhir cerita.

 

akhir dari segala akhir,

akhir pertengkaran,

akhir perang dingin,

akhir tempat kita tertulis di batu nisan perak

di kaki gunung tempat pertama kali kita bertemu.

 

Tak adalagi kita

Tak adalagi kamu

Tak adalagi aku

Hanya ada kepastian yang tertunda

Dan takdir buruk yang diberi cuma-cuma

 


Semarang, 12 Agustus 2020

 


Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Sunday, August 9, 2020

irma sedang tidak baik-baik saja; dan aku memahami itu


Aku merasa tidak pernah bisa mencapai titik dewasa dalam relationship apapun. Aku masih merasa takut pada romantic relationship. Aku dibilang sebagai orang yang dewasa, tapi sebetulnya pada waktu yang sama aku sangat tidak setuju dengan itu.

Aku tidak pernah dewasa dalam perkara cinta, aku takut ketika seseorang memberikan energi yang kuat aku tidak bisa menampungnya dan justru dibuat kewalahan yang pada akhirnya merasa takut. Iya, ketakutan yang dirasakan semua orang: takut kehilangan, takut tidak ideal. Kita selalu mencari takaran yang pas, namun tidak pernah benar-benar menemukannya.

Kupikir semua orang merasakan hal yang sama; tidak pernah dewasa dalam perkara cinta. Mungkin karena untuk urusan ini kita tidak memiliki standar atau contoh yang nyata. Kita selalu seperti seorang anak kecil yang haus kasih sayang, haus interaksi, haus afeksi, haus apapun yang membuat ia nyaman. Romantic relationship somehow mendatangkan rasa takut, namun perasaan takut itu tidak benar-benar tampak. Sialnya dia sembunyi dengan cara yang cerdik. Hingga membuat kita terbuai. Lalai

Aku rapuh. Aku selalu kehilangan seseorang dan sesuatu saat aku menginginkannya menjadi ideal. At least aku merasa nyaman. Alih-alih membuat orang itu merasa aman dan nyaman, ternyata aku terlalu berlebihan pada rasa takutku. Aku tidak benar-benar bisa menjalaninya dengan baik. Aku hanya manusia penghamba pada teori. Orang-orang yang datang dan memuntahkan semua isi kepalanya menganggap perkataanku benar dan logis. Namun pada waktu yang sama aku selalu mengutuk diri sendiri, mengapa itu semua hanya sebatas teori di kepala, yang bahkan tidak pernah berhasil kupakai.

Aku mulai berpikir, apakah sebenarnya tidak akan pernah ada yang ideal? Aku pernah berkata pada seorang teman; jangan sampai pacaran membuat dunia seolah hanya menjadi milik berdua. Aku mengatakan itu dengan penuh kesadaran. Karena ketika seseorang merenggut duniamu sebelum ia datang, ia hanya akan jadi bom waktu yang saat meledak ia bukan hanya membuatmu menyesal tapi juga merusak.

Aku menemukan seseorang, yang membuatku berhati-hati mengambil langkah dan memilih pilihan yang ada. Dan saat aku menggunakan insting kehati-hatian itu untuk tidak terlalu buru-buru memenuhi keinginan di kepala, aku justru kehilangan dirinya. Lagi dan lagi. Aku selalu mengarungi hubungan yang singkat bahkan sebelum terikat. Selalu muncul pertanyaan bagaimana nanti akhirnya, bagaimana itu akan berjalan dengan baik. Apakah itu worth it untuk dijalani. Atau apakah itu yang benar-benar kita cari.

Aku percaya relationship itu perkara probabilitas. Teorinya adalah jangan mengulang suatu hubungan yang jenis dan karakternya sama dengan relationship yang kita jalani sebelumnya. Karena akhirnya akan sama saja. Kalau kamu masih keras kepala menjalani relationship dengan seorang yang tidak menghargai pergerakan perempuan sama seperti seseorang pada relationship sebelumnya aku bahkan sudah paham bagaimana endingnya. Atau let say kita bilang kamu adalah penghamba pria-pria berseragam, dan tiga kali gagal menjalani hubungan, lalu yang keempat kalinya kamu masih keras kepala menjalaninya lagi. Tidakkah kamu berpikir? Mungkin caramu yang salah? Mungkin kamu terlalu keras kepala? Intinya aku selalu percaya jika orang itu memang jodohmu semua akan dimudahkan, semua. Kamu tidak akan dirumitkan.

Aku selalu menyesali, mengapa banyak orang tidak pernah ingin belajar dari apa yang mereka alami. Tidak ada yang esa dalam romantic relationship. Selalu ada dosa besar yang tidak boleh dilakukan, bagiku selingkuh adalah salah satu dosa besar itu. Dan kalau kamu memafkan dosa sebesar itu, artinya hubunganmu ada di lautan dengan ombak besar, alih-alih kamu bisa mengalahkan ombak itu kamu justru mati karena tidak ada  tempat berlindung dan seorang pelindung. Kamu tidak merasa aman, karena tidak pernah terbebas dari pikiran bahwa dosa besar itu tidak akan dilakukan. Tidak ada yang esa. Kalau romantic relationship diibaratkan sebuah perahu kayu. Kamu selalu punya pilihan ketika perahu itu rusak dan tenggelam. Bukan justru terus mengendarainya dengan menambalnya terus menerus. Perahu kayu tetap perahu kaya, yang rusak tetap akan rusak juga. Karena dia sudah kehilangan bentuk aslinya.

Atau barangkali pada titik ini kamu merasa hubunganmu hanya sebatas transaksional saja, segalanya berhubungan dengan angka lalu kamu bilang itu relationship. Kalau begitu dimana letak perasaan cinta di antara segala yang kamu sebut realistis itu? Aku bisa bilang transaksional adalah sesuatu yang buruk. Tidak baik. Tapi aku tidak bisa memaksakan value hidupku dan value hidupmu. Mungkin dengan hubungan transaksional itu kamu merasa aman. Tapi mau sampai kapan?

Atau kamu kembali pada seseorang yang melakukan dosa besar itu, karena kamu tidak tega, atau karena kamu berpikir hubungan ini sudah lama dan kamu merasa akan buang-buang waktu ketika akhirnya benar-benar putus di tengah jalan. Ketika aku membayangkan ada di posisi itu, aku selalu berpikir mungkin aku butuh belajar satu hal dari waktu yang lama itu. Bukan justru mengorbankannya lagi untuk sesuatu yang sebetulnya sia-sia. Atau jangan-jangan tidak semua orang yang pacaran benar-benar saling jatuh cinta, mungkin di antara mereka ada yang takut kesepian atau sendirian. Atau hanya memenuhi gengsi belaka. Waktu tidak pernah ramah, ia tidak menunggumu. Ia punya orbitnya sendiri, dan ia sama sekali tidak ingin orbitmu yang tidak sempurna itu merusak orbitnya, orbit yang dipakai jutaan orang.

Irma sedang tidak baik-baik saja; dan aku memahami itu. Itu kenapa dengan segala ketakutan yang tidak pernah sempat benar-benar kuceritakan, akhirnya aku harus menerima risiko yang sebelumnya pernah aku alami. Cerita itu tidak akan pernah muncul, dan segala ketakutan tetap menjadi ketakutan yang merusak. Irma sedang tidak baik-baik saja; aku memahami itu sejak pertemuan kami pertama kalinya. Aku masih tertawa saat mengingat itu, aku butuh satu tahun untuk berada di depannya, mendengarkan ceritanya, menceritakan segala yang pernah menimpaku. Irma sedang tidak baik-baik saja, jauh dilubuk hatinya. Jauh dilubuk hatiku, aku tidak ingin membuatnya semakin tidak baik-baik saja. Mungkin itu takdirnya; cerita singkat yang lain.

Akhirnya aku harus menuliskan ini. Mungkin segalanya memang sudah tepat pada jalannya. Tapi jangan menganggapku tidak ada. Aku bukan orang jahat seperti pria lain yang sempat kamu ceritakan. Aku hanya seorang yang terlalu takut, dan membutuhkan seseorang untuk membebaskanku dari perasaan itu. Aku benar-benar mendengarkan kata hatiku sendiri untuk menulis ini, tidak dalam paksaan orang lain, tidak dalam pengaruh orang lain yang kadang tidak benar-benar mengerti apa yang sedang kita jalani.

Aku belajar, bahwa dalam segala yang terjadi di antara kita, aku hanya mengingat kebahagian dan senyum dari wajahmu. Aku akan selalu mengingat kenangan-kenangan baik itu, dan terima kasih kamu hanya menyisipkan perasaan dan kenangan-kenangan baik. Aku jatuh cinta pada caramu berdiri kuat dari segala masalah yang pernah menimpamu. Aku belajar dari itu. Dan semoga kamu membaca ini. Kita tidak ideal tapi bukan berarti kita tidak bisa saling mengenal.

 

Semarang, 10 Agustus 2020

Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.