Thursday, July 29, 2021

para perempuan dan mimpi-mimpinya.


 

Pagi ini, ada seorang perempuan mengaku menemukanku dalam mimpinya. Bulan ini ada tiga perempuan yang mengatakan itu, bulan lalu bahkan ada lima. Buatku ini bukan sesuatu yang bagus, karena mereka semua bahkan tidak sempat membalas whatsappku. Iya, mereka menghubungiku mungkin sebulan sekali, bahkan ada yang setelah setahun tanpa kabar, tiba-tiba menghubungiku hanya untuk membahas mengapa ada aku di mimpinya.

Entah sebetulnya ia memikirkanku sepanjang hidupnya namun terus-menerus denial, bagaimana kalau mimpi adalah cara tuhan berkomuniksai setelah mereka (mungkin) memanjatkan doa untuk dikelilingi orang-orang baik? Atau misal segera dipertemukan jodoh mereka? Entah.

Aku sungguh tidak berpikir bahwa berada di mimpi orang lain bisa membuatku istimewa, faktanya mereka yang memimpikanku, memiliki kekasih masing-masing. Salah seorang perempuan bahkan mengaku kami berhubunga seksual yang ganas dan liar di mimpinya. Ia bercerita menggebu-gebu, menghubungi pada jam dua pagi, lalu kami tidak berhenti sexting, saling mengirim foto-foto menggoda atau suara-suara desahan bahkan sampai subuh. Aku jadi rela begadang untuk merasakan kenikmatan itu.

Yaa, tapi kesamaan dari mereka semua adalah, pergi selamanya setelahnya. Seolah aku tidak pernah ada, seolah aku tidak pernah ada di mimpi-mimpinya. Mungkin mereka merasa bersalah, atau sekadar tidak ingin ketahuan. Yaa tapi sudahlah, memang sering kutemui para perempuan gabut yang bosan dengan hidupnya bahkan kekasihnya sendiri, lalu mencari hal-hal lain yang bisa membuatnya bangkit atau merasa terjaga.

Yang mungkin mereka lupa, atau bahkan tidak disadari, keberadaan mereka yang singkat, seolah menjadikanku virus atau hal-hal najis membuatku semacam dilemahkan sebagai manusia. Aku selalu berusaha tidak memberikan ekspektasi apa-apa, karena hal-hal semacam ini dari dulu sudah sering kurasakan. Jadi mungkin peranku di dunia sudah diplot untuk menemani para perempuan gabut nan rabuh dan bosan.

Untuk itu aku akan ambil kesempatan yang diberikan. Aku benar-benar tidak masalah saat mereka tidak kembali, dan hanya cerita tentang kesedihan atau mimpi malam mereka, aku akan ambil kesempatan itu.

Tapi paling tidak, jadikan aku temanmu. Anggap aku ada.






Semarang, 30 Juli 2021

Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Friday, July 23, 2021

para pembunuh di pusat kota.


 

Di halaman terakhir,

kuputuskan untuk membunuh setiap tokoh yang membawaku kemari.

Lalu aku akan bunuh diri, loncat dari sebuah gedung di pusat kota.

 

Setelah lelah menulis tentangmu,

ada baiknya aku mati sekali lagi,

dan berusaha tak terlihat oleh anak-anak kata pada halaman pertama setiap buku.

 

Sudah kuyakini,

kau akan selalu baik-baik saja,

dan akan selalu begitu.

 

Meski alasan dari setiap kematianku

satu-satunya karenamu.

 

 

Semarang, 23 Juli 2021

 

Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Tuesday, July 20, 2021

rahasia gelap dalam diri setiap perempuan


 

Kadang-kadang aku berpikir; para pria brengsek yang sering dikeluhkan banyak perempuan masih terus ada dan eksis justru karena perempuan-perempuan itu sendiri.

Mereka yang menciptakan para pria brengsek, dengan memberikan kesempatan kedua, ketiga, dan banyak kesempatan lainnya.

Mereka yang menciptakan para pria brengsek, dengan kesadaran penuh bertahan pada hubungan antara pria yang sudah memiliki pasangan.

Mereka yang menciptakan para pria brengsek, dengan tidak mampu mengontrol diri untuk berhenti pada hubungan yang tidak akan berjalan ke mana-mana.

Sungguh tidak ada yang lebih bahaya dari para perempuan rentan, rapuh, dan kesepian. Mereka selalu merasa tidak mampu berhenti dan memulai hubungan baru yang lebih sehat.

Mereka lebih memilih bertempur pada peperangan tanpa akhir, daripada menciptakan rasa nyaman dan aman pada diri sendiri.

Kalau kamu mencari rumah pada diri orang lain, artinya kamu tunawisma. Kenapa tidak berusaha menjadikan dirimu sebagai rumah bagi diri sendiri?

 

Semarang, 21 Juli 2021

Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Sunday, July 11, 2021

dari surat-surat yang tak terbaca


 

Aku melihat keresahanmu, sayang, di antara daun-daun yang menggugurkan diri di tempatmu berdiri. Samar-samar kulihat air mata jatuh bersama daun-daun kering—seperti situasi dalam dirimu. Lalu aku bertanya, masihkan ada tempat di hatimu?  

Sayang, telat mengenalmu mungkin salah satu hal-hal yang aku sesali dalam hidup. Aku terlalu sibuk berkelana pada banyak pria yang membuatku tertantang, entah, kadang kupikir begitu sulit menjadi manusia. Dulu sebelum aku mendengar namamu, sebelum aku mengenalmu, pandanganku kabur akan konsep hal-hal baik. Kupikir dengan bersenang-senang aku akan bahagia. Ternyata selama ini aku keliru, aku justru  belajar banyak hal darimu.

Ingatkah kamu pada setiap pertemuan kita? Setelah kupikir ulang, ternyata hanya kamu satu-satunya pria yang mampu membuatku bertahan berjam-jam duduk hanya untuk mendengar ceritamu dan menyampaikan perasaanku, kesedihanku. Aku ingat kamu begitu tenangnya menghadapiku yang saat itu kalang-kabut. Aku suka ketenanganmu, aku suka menebak-nebak apa yang ada di kepalamu tentang aku.

Harus kubilang, mungkin ini terdengar klise, namun kamu memang berbeda. Kamu tidak memanfaatkan kerapuhanku, kamu justru dengan baik hati menemaniku melewati itu, meski aku tahu kamu juga menghadapi kesedihan lain yang lebih parah dan hebatnya. Namun aku tetap tahu, kamu menyimpan perasaan itu demi menghadapiku, membuatku nyaman dan percaya bahwa segala cerita mencekam dalam hidupku akan tersimpan aman di kepalamu.

Kamu berlebihan dalam menulis surat terakhirmu tentang aku. Kamu punya peran dalam meletakkan pondasi aman untukku tegak berdiri dan merasakan bahwa hidup baiknya tetap dijalani meski dengan kerapuhan dahsyat apapun. Maafkan aku yang pada awalnya seperti tidak menganggapmu ada. Maafkan aku telat menyadari bahwa kamu mencintaku dengan ketulusan, kejujuran, juga kebaikan hatimu. Maafkan aku karena pada akhirnya tidak mampu menunjukkan perasaanku. Namun aku luluh pada kejujuran hatimu. Aku bersyukur dan sangat menghargai saat kata-kata paling membahagiakan yang ditunggu dalam diri setiap perempuan berani kamu ucapkan di depanku.

Aku selalu sengaja bangun pagi untuk melihatmu duduk mendengarkan lagu-lagu Daniel Caesar setelah lari pagimu yang lama. Kadang melihatmu memakan roti dengan macam-macam selai buah yang kamu beli di toko. Oh sayang, hidupmu begitu sehat, bukan hanya pikiranmu, namun juga fisik dan hatimu. Aku iri, kamu bisa begitu disiplinnya membentuk diri di dalam dan di luar.

Aku suka melihatmu berkeringat, atau hembusan napasmu karena kelelahan. Kadang aku hanya melihat punggungmu tanpa bersuara, melihat keringat membasahi lehermu, atau rambutmu yang jadi berkilau. Apa yang terjadi di balik selimut saat itu terjadi adalah hal yang paling kutunggu di pagi hari, kamu pasti tahu maksudku. Kamu tidak sepolos itu. Permainanmu di atas ranjang setiap malam adalah momen paling indah yang selalu ingin terus kurasakan.

Aku selalu merasakan getaran dari hatimu yang baik, bahwa aku tahu tiap kali kamu memelukku, menciumku, kamu selalu melibatkan perasaanmu. Anehnya hal-hal seperti ini baru aku rasakan saat aku bersamamu. Tidak kutemukan pada pria lain. Itu yang akhirnya membuatku sadar, bahwa sudah sejak lama aku sering salah pilih untuk membiarkan pria masuk ke hatiku. Kesadaran itu kamu kuatkan tiap kali kamu bilang bahwa kamu mencintai setiap perempuan yang kuat dan sadar.

Kamu memahami cara bagaimana merespon perempuan rapuh yang datang ke duniamu. Dan untuk itu aku bersyukur. Aku tahu traumamu itu merapuhkanmu di dalam, namun sejak aku mengetahui kamu banyak menolongku memulihkan diri, aku jadi jatuh cinta dengan bagaimana kamu memperlakukanku. Saat itu aku ingin terus bersamamu, sayang. Barangkali menjadi obat yang selama ini kamu cari. Seperti lirik lagu Blessed;

“yes, I'm a mess but I'm blessed To be stuck with you.”

Aku ingin melihatmu bangkit dan pulih seperti caramu membuatku menjadi baik-baik saja pada akhirnya. Aku suka saat kamu tidak memiliki kepentingan apapun, ekspektasi apapun. Yang kamu lakukan hanya menemaniku, menjadi baik, hal-hal semacam itu tidak kutemukan pada pria lain. Awalnya aku merasa aneh, kamu seperti fenomena, tidak kutemukan di mana-mana. Lalu aku menyadari bahwa trauma kelammu itu membentukmu jadi pria sensitif, pria emosional, dan yang paling penting; kamu tahu bagaimana merespon perempuan tanpa membuat mereka merasa buruk. Kamu memahami kami, tidak heran setiap orang yang mengenalmu, merasakan rasa nyaman dan aman tiap kali berada di dekatmu.

Oh, sayang. Jika kamu memberikan tempatmu di surga untukku, aku akan menolak. Karena kamulah yang lebih pantas berada di sana. Kamu membantuku berdamai dengan trauma, kamu datang di waktu yang tepat. Aku belajar untuk lebih menerima yang datang daripada harus mencari lalu lelah sendiri.

Sayang, ajarkan aku untuk tetap tenang dalam badai, ajarkan aku menjadi jujur tanpa takut dilemahkan, ajarkan aku menjadi baik tanpa berharap balasan. Ajarkan aku merespon setiap hal-hal negatif dan mengubahnya jadi hal-hal positif yang memberimu semangat dan tujuan hidup. Dunia ini rugi ketika kamu tidak ada lagi di sini. Alam semesta merindukanmu, seperti aku merindukanmu. Merindukan tawamu, merindukan miringnya kepalamu saat mendengarkan baik-baik saat aku menceritakan kesedihan dan perasaanku. Aku merindukan pelukanmu setiap malam, aku merindukan kata-katamu bahwa segala hal akan baik-baik saja, bahwa kamu selalu berada di sampingku menjadi alasan untuk tidak menjadi risau.

Aku rindu saat kaki-kaki kita saling bersentuhan di balik selimut. Aku rindu saat kamu menyiapkan segelas air putih untuk kuminum setiap bangun pagi. Aku merindukan leluconmu yang kadang garing, atau ide-ide gilaku yang selalu kamu terima sebagai ide yang akan mengubah dunia, meski aku tahu itu hanya ide-ide yang keluar dari kepala yang mabuk karena merasakan kebahagian berada di sisimu. Aku merindukan ciummu yang lembut, tanpa tergesa-gesa. Aku rindu saat kutanggalkan semua yang menempel pada tubuhku, dan menenggelamkan semuanya pada tubuhmu.

Atau aku merindukan pijatan-pijatan kecilmu saat aku merasa kelelahan selepas kerja. Ibumu benar, pijatanmu bukan hanya enak, namun ada daya magis yang membuatku selalu tidur lelap saat jari-jari itu menyentuhku. Aku rindu saat kamu membacakan buku-buku untuk mengantarkanku yang kesulitan tidur. Tentu aku merindukan suaramu, aku merindukan semua hal darimu yang membuatku tenang dan bersyukur, membuatku belajar menerima dan memahami bahwa hidup adalah tentang saling memberi, tentang membuat diri sendiri stabil, dan tidak membuat orang lain merasa buruk.

Denganmu, aku selalu kehabisan kata-kata, namun ada kekuatan besar yang bisa menggerakkanku untuk menulis surat balasan ini. Aku percaya kamu bisa membacanya, seperti kepercayaanmu pada hal-hal yang terkubur, bahwa sejatinya mereka lebih hidup dari kita-kita yang hidup di atas tanah. Aku kaget, aku tidak menangis menuliskan ini, aku justru tersenyum tiap kali memori-memori baik yang kamu ciptakan terbesit dipikiran dan hidup lama mendekam di kepala, untuk nanti bisa kubuka saat aku menagalami hari-hari buruk.

Seperti katamu, kematian adalah hal terindah yang tuhan beri, dan untuk itu aku percaya bahwa meski ketidak-beradaanmu di sini tidak lantas membuatmu hilang. Aku bisa merasakanmu di tenangnya udara, di gelap dan dingin malam, di pagi yang hening, di siang yang terik, di tidurku yang kini tenang dan di setiap mimpi-mimpi indahku tentangmu, tenang menikah dan hidup sampai tua bersamamu, tentang memiliki anak-anak yang pintar dan lucu, tentang menghidupi orang-orang yang membutuhkan. Tentang tidak melupakan di mana kita berada dan dari mana kita berangkat.

Maafkan aku karena tidak pintar mengatakan perasaanku tentangmu, maafkan aku karena menahan-nahan kesedihan yang kadang membuatmu marah karena menahan kesedihan hanya akan menumpuk kesedihan-kesedihan lain yang bisa kapanpun meledak dan merusak. Maafkan aku untuk tidak biasa jujur pada perasaan sendiri. Maafkan aku jika aku tidak bisa membalas segala kebaikanmu, meski aku tahu kamu tidak butuh balasan apapun. Kamu selalu bilang bahwa yang terpenting adalah aku berada di sampingmu, dan tetap mengingatmu. Menganggapmu ada.

Maafkan aku yang pada awalnya tidak bisa menjadi supportif sepertimu. Aku hanya kaget dan heran, bagaimana bisa pria sepertimu hidup dan eksis namun tidak banyak yang menyadari. Untuk itu aku merasa bersyukur karena aku mengenalmu dan mengetahui setiap kesedihan dan traumamu. Aku sedih saat kamu memilih untuk tidak menceritakan sisa-sisa trauma yang mengurungmu hingga kematianmu.

Kamu bertarung dengan kekuatan hebatmu. Aku benar-benar melihat itu. Apalagi di saat kamu berada di peperangan itu, kamu masih sibuk memastikanku baik-baik saja. Oh, sayang, aku berterima-kasih, aku minta maaf. Aku tidak akan menyia-nyiakan kematianmu. Terima kasih karena membantuku bertumbuh, membantuku untuk tetap sadar dan berpijak pada tanah yang tepat dan kuat. Terima kasih karena kamu memperlihatkan kebaikan hati yang langka kutemukan di dunia yang semakin gila, terima kasih karena mengajariku bahwa dengan menjadi jujur hidup kita menjadi bebas dan tenang.

Terima kasih ya! Aku menyimpan setiap suratmu, foto-foto menggodamu, kutipan-kutipan yang selalu kubaca sebelum aku pergi tidur. Aku merindukanmu, sungguh. Suratmu akan segera kuletakkan pada pigura cantik yang waktu itu kita beli di IKEA.

I Miss u.

 

Semarang, 12 Juli 2021

 

Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Friday, July 9, 2021

dari surat-surat yang baru terbaca


 

Awan membayangimu tepat di atas kepala saat kamu baru terbangun dari tidurmu. Pemandangan itu, saat kamu mengucek matamu, meregangkan otot-otot, dan bibirmu terbuka lebar, lalu kamu bilang masih mengantuk. Dari semua hal yang pernah kita lakukan mungkin memori itu yang akan selalu sengaja aku ingat.

Sedang aku sudah selesai dari kebiasaan pagiku, minum susu, lari sejauh lima kilometer, mendengarkan lagu-lagu Daniel Caesar yang beberapa kali tak sengaja membangunkanmu. Kamu mungkin tak pernah menyadari bahwa setiap kali awan itu pergi dan selesai bertugas di atas kepalamu, kamu menjadi manusia paling manis dan lembut.

Rambutmu yang terurai bebas dan berantakan adalah wahana bermain terbaik yang pernah kumainkan, dengan sisir merah muda yang selalu kamu siapkan di meja nakas samping ranjang, aku selalu menyisir rambut itu—kembali menjadi rapi, dan kamu tak pernah sekalipun keberatan seorang pria menyentuh mahkota itu.

Setiap kali aku selesai dan merasa rambutmu menjadi lurus dan mulus, lebih lurus dan mulus dari jalan tol kita, aku selalu menghirup aroma yang keluar dari rambutmu. Beberapa detik. Rasanya teduh dan menenangkan. Mungkin rasanya nyaris seperti seorang bayi yang menyusu pada ibu, atau saat aku menempelkan pipi pada payudaramu. Hahaha, mungkin yang itu bisa kita lupakan. Kita tahu itu lebih dari teduh dan tenang.

Pernah suatu hari, kamu bilang “gak ada,” lalu aku kebingungan, beberapa detik kita saling tatap, dan kamu masih tengkurap di bawah selimut putih berkilau. Aku baru saja memakan satu roti dengan selai nanas.

“Kenapa?”

“Who hurt you,” ucapmu mencoba duduk dengan kantuk yang masih menyerang kepala. Aku beberapa detik memroses kata-kata itu. Lalu tersadar saat kamu menunjuk pemutar musik.

“Gak ada yang boleh nyakitin kamu, harus tahu berurusan sama siapa,” kamu tersenyum mendengar kata-kata klise yang keluar dari mulut penuh selai nanas.

Sesaat setelahnya kamu bangkit, menuju pemutar musik dan mengganti lagu yang baru setengahnya terputar pada lagu Daniel Caesar yang lain, lagu kesukaanmu, streetcar.

“Nice!” aku menganggukan kepala saat intro lagu itu terdengar, masih terus memakan roti selai nanasku. Lalu kamu memelukku yang sedang duduk melihat anjing-anjing kita yang masih tertidur di luar kamar. Mencium pundakku, lalu memakan sedikit roti yang kubagi.

“Berapa kilo hari ini?” tanyamu lalu menuju kamar mandi.

“Aku gak lari.”

“Ha? Why?” aku mendengar langkah kakimu yang terhenti.

“Entah, tiba-tiba bangun dengan perasaan yang gak enak.”

“Honey, Are you okay?” mungkin ini yang tidak ada pada perempuan lain, saat kamu memastikan keadaanku, menghampiriku, lalu memelukku. Aku akan mengingat sifat-sifat itu. Mungkin kecil, tapi tak banyak orang melakukan itu seperti kamu.

“I’m okay..." ucapku tertahan. "...kita semua dealing sama trauma masing-masing. Rasanya gak adil, kalo kamu harus terus dengerin ini, padahal kita tahu kamu baru saja menghadapi hal berat.”

“Hey, it’s okey,” dalam pelukan itu kamu mengelus lembut punggungku.

“I know kamu bakal bilang gitu, you’re the best,” lalu kamu menatapku. Tidak pernah akan kulupa tatapan itu, yang menenangkan kegundahan hatiku.

Kamu kembali menuju kamar mandi, “kenapa ya backsoundnya selalu pas kalo kita lagi mellow,” lalu kita berdua tertawa.

Mungkin tak ada orang lain yang mampu memahamiku sebaik kamu. Aku bersyukur, bahkan aku berani bertaruh untuk memberikan tempatku di surga untukmu. Aku masih terus mengingat momen-momen yang tercipta di antara kita. Bahkan saat dalam pertengkaran kita yang keras, kamu tetap memahami bahwa pertengkaran ada untuk menyadarkan kita bahwa kita perlu meninggalkan diri kita yang dulu, masih selalu kuingat kata-katamu “aku yang hari ini bukan aku yang kemarin.”

Aku sama sekali tak bisa marah karena kamu menjadi seseorang yang sangat mudah disukai karena kebaikanmu pada setiap orang, itu juga yang jadi alasanku jatuh cinta padamu. Kupikir dulu saat kamu menerimaku dalam keadaan gundah, kamu adalah orang yang tersesat, lalu kamu menyadarkanku bahwa aku lah yang tersesat lama. Dan kamu menyelamatkanku, tak terpikirkan bagaimana aku menghadapi semua yang pernah terjadi di hidupku tanpa berpegang pada kebaikan dan kejujuranmu.

Aku bahkan masih sering mengalami trans dan tubuhku bergetar setiap kali mengingat kebiasaanmu setelah mandi. Mendatangiku, berdiri beberapa langkah dan melepas handuk yang menyelimuti tubuh cantikmu. Kamu punya cara elegan untuk menggodaku, dan apapun yang kamu lakukan setelahnya, semestaku selalu merespon dengan keriangan yang sesak, seperti ada aliran listrik, dan semuanya begitu menyesakkan, bukan hanya pada semesta yang tiap pagi kau sentuh dalam tidurku, namun juga pada pikiran dan hatiku.

Aku ingat saat aku merebahkanmu sesaat kamu pulang dari gym dan keringat masih menempel di tubuhmu. Aku pernah bilang selain keadaan bangun tidurmu, aku menyukai keseksian yang muncul dari keringat-keringat itu, keringat yang membangkitkan auramu. Masih dengan setelan gym kita menempelkan kedua bibir dan memejamkan mata. Aku selalu tersenyum saat kuingat momen itu, kita tak menggerakan bibir selama beberapa menit, merasakan debar jantung yang berantakkan. Aku berani bertaruh, bibirmu lebih lembut dari pantat bayi yang baru saja dibubuhi bedak oleh ibu.

Iya, aku mengingat itu dalam-dalam. Bibir yang dulu hanya bisa kutatap saat kita saling melempar topik obrolan, menghabiskan berjam-jam waktu hanya untuk sekadar mengobrol. Dari sana makin lama aku makin menyukai personamu, cara berpikirkmu, meski kita tak banyak setuju pada hal yang sama, namun aku merasa didengarkan. Yang paling penting, denganmu aku selalu bisa jujur, tanpa takut kamu memberikan penilaian buruk, tanpa takut kehilangan seseorang karena mengetahui fakta kelam yang membentukku.

Dalam dingin dan pedihnya malam di awal-awal tahun kita bersama, kita selalu saling menguatkan. Kadang kita hanya terjaga hingga pagi, mendengarkan album-album Daniel Caesar, atau yang juga kusuka adalah momen saat kita saling bertukar ide-ide gila.

“Aku punya penemuan,” ucapmu suatu kali—memecah keheningan.

“Apa?” tanyaku menatap langit-langit kamar.

“Kenapa ya gak ada celana dalem khusus cowo yang ada lubang di tengahnya?”

“Ha? Maksudnya?” aku ingat aku menatapmu dan memikirkan apa maksudmu.

“Iya, maksudnya di bagian itu…” aku juga ingat kamu membentuk gestur-gestur asing dengan tanganmu yang membuatku sedikit tertawa. “…ada lubangnya biar gak perlu lepas kan kalo lagi having seks.

“Orang gila,” dan kita menghabiskan malam dengan tawa-tawa yang pecah juga menggema di udara. Menghabiskan sloki demi sloki alkohol hingga kepala rasanya pening dan kita justru semakin intim. Lalu terbangun telanjang di pagi yang dingin.

Namun rasanya memang hidup terus berjalan dan siap atau tidaknya kita, aku harus terus berjalan, meski hal terbaik dalam hidupku lalu diambil. Terima kasih untuk selalu memelihara persaanmu untukku, terima kasih untuk selalu percaya pada kemampuanku. Kamu lebih besar dari yang orang-orang kira. Kesederhanaanmu, kebaikan hatimu, rasa canggungmu untuk memulai duluan dan memastikan segalanya berjalan dengan baik.

Akan kutagih ide kita untuk merencanakan pencurian paling hebat dalam sejarah manusia, saat kamu pada akhirnya sudah bisa menyusulku di taman eden yang bersih dan harum. Hahaha lalu tiba-tiba aku terpikir untuk menulis; namun pencurian paling hebat adalah saat kamu mencuri hatiku. Hahaha! tertawalah, bergembiralah. Tak ada yang perlu disesali, tak ada yang perlu ditangisi, terlebih saat kamu berhasil menyelamatkan hidup seseorang. Menyelamatkanku.

Saat kamu membaca ini, izinkan jenazahku dikremasi, salah satu dari keinginanku yang selalu menentang ideologimu. Bawa aku dalam setiap tidurmu. Putar lagu-lagu Daniel Caesar untukku. Jangan menangis, aku selalu ada di setiap tidurmu. Mendengarkan requiem dari malaikat-malaikat yang siap mengikat.

Ini surat terakhirku, dari kebiasaan kita saling mengirim surat dan mengirimkan foto-foto menggoda, kita oldschool sekali. Orang mana yang masih mengirim surat dan menaruh foto menggoda berwarna di bawah kata-kata. Aneh juga ya, namum demi tuhan aku suka keanehan-keanehan semacam itu yang masih tetap terpelihara bahkan saat sesak-sesak terakhir napasku. Yang masih terpelihara di antara kita berdua tanpa perlu orang lain tahu. 

Jika nanti kamu menemukan pria lain yang membuatmu jatuh cinta, biarkan ia membuktikan dirinya, jangan tutup kemungkinan itu. Kalau kamu butuh waktu untuk sendiri, take ur time. Tapi ketahuilah, bahwa untuk kembali menjadi pulih, mau tak mau harus dimulai dari niatmu di dalam diri. Aku mencintaimu sayang, selalu, selalu ada hal baru tiap hari yang membuatku makin mencintaimu. Aku menyayangimu lebih dari yang aku ketahui. Terima kasih untuk segalanya.

Note: surat yang ini jangan lupa dipigura ya! aku nulisnya sampe nangis, memang cengeng. Hihi



Semarang, 9 Juli 2021

Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Tuesday, July 6, 2021

mungkin memang sudah saatnya berhenti


 

Barangkali memang sudah seharusnya aku berhenti berusaha, berhenti berjuang, berhenti berharap. Aku mulai berpikir bahwa apa-apa yang sudah kulakukan tampak tidak ada nilainya lagi. Meski aku tetap merasakan kebahagian karena masih sanggup dan bisa dengan kesadaran melakukan kebaikan untuk orang lain. Aku rasanya ingin membuktikan bahwa ekspektasi bisa sengaja kita hilangkan dalam perilaku kita terhadap orang lain. Aku bisa. Namun ada masalah lain yang timbul dan lebih banyak memengaruhi sudut pandangku dalam persoalan ini.

Aku akan berterima-kasih pada mereka yang menggunakan kesempatannya untuk menganggapku ada, bersikap baik, mengapresiasi, dan hal-hal yang membuatku merasa dianggap manusia. Aku akan membuatnya juga merasa dimanusiakan, aku akan berusaha selalu hadir. Aku akan berusaha tidak membuatnya merasa buruk. Namun sialnya aku merasa tidak banyak orang di luar sana yang punya sudut pandang yang selama ini kupegang.

Bagaimana mungkin ada seseorang manusia yang bisa membuat orang-orang sepertiku justru merasa buruk karena berbuat baik. Ini bukan karena aku berpekspektasi, aku menemukan semua ini ternyata soal manner, soal tujuan kita hidup di dunia, soal apa yang kita pegang dan kita yakini. Kita tidak bisa selamanya hanya mengakomodir apa yang kita inginkan di hati dan pikiran saja. Aku selalu merasa setiap kemungkinan harus dilestarikan, harus diambil kesempatannya. Karena kemungkinan-kemungkinan itu melahirkan kelanggengan perkenalan hingga pertemanan.

Kebanyakan dari kita, orang-orang di luar sana, tidak peduli pada sikap baik orang padanya, jika orang itu buka yang mereka inginkan untuk hadir dan mengisi circle yang selama ini dicari. Tapi yasudah, sapiens adalah jenis makhluk hidup yang keras kepala. Tidak bisa berubah, meski diberi kesempatan kedua. Aku tahu itu hal yang buruk, dengan kesadaran itu aku mengerti untuk tidak jadi seperti itu. Aku ingin namaku diingat baik meski kematian mendatangiku. Bagiku itu adalah makna sukses sebenarnya. Jika aku mampu berbuat baik pada setiap orang tanpa pandang bulu, tanpa berharap ekspektasi apapun, kupikir aku sudah cukup bahagia, karena kebaikan itu memengaruhi hati, pikiran dan mentalku.

Tapi memang, tak bisa dimungkiri, aku tidak suka sifat manusia yang bisa dengan bebas menjadi seenaknya. Aku percaya seluruh kehidupan dan alam semesta ini memiliki sistemnya sendiri. Namun kalo ternyata orang-orang itu hidup dan menolak menjadi bagian dari ekosistem, lalu untuk apa ada orang-orang baik yang percaya bahwa kita akan menuai apa yang kita tanam.

Aku masih ingin melihat orang-orang baik hidup sehat dan tenang, dan karenanya aku selalu berusaha menjadi baik. Meski menjadi baik di negara ini adalah perbuatan yang melelahkan.

 

Semarang, 7 Juli 2021

Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Sunday, July 4, 2021

jika nanti malam kamu tidur di sampingku


 

Jika nanti malam kamu tidur di sampingku, aku akan bercerita tentang kucing-kucingku yang melahirkan anak-anak lucu dan berisik.

Jika nanti malam kamu tidur di sampingku, aku akan menceritakan orang-orang buruk yang pernah menyakitiku.

Jika nanti malam kamu tidur di sampingku, aku akan membiarkanmu menceritakan hal-hal yang menjadikanmu kuat dan tetap berdiri tegak.

 

Jika nanti malam kamu tidur di sampingku, aku akan mendengar seluruh mimpi-mimpi baik yang kamu rencanakan untuk menyelamatkan dunia dan alam semesta.

Jika nanti malam kamu tidur di sampingku, aku akan menceritakan keinginanku untuk menikahimu dan memiliki anak-anak yang sehat dan pintar.

Jika nanti malam kamu tidur di sampingku, aku akan membuktikan pada banyak orang bahwa seks tidak lebih menarik dari obrolan panjang yang dalam dan penting.

 

Jika nanti malam kamu tidur di sampingku, aku akan memelukmu, membalas kehangatan yang selalu kamu berikan padaku.

Jika nanti malam kamu tidur di sampingku, aku akan mengambil sisir dan merapikan rambut indahmu. Rambut yang selalu kuhirup saat kamu memelukku

Jika nanti malam kamu tidur di sampingku, aku akan menghabiskan sisa hari menatap matamu yang teduh dan menenangkan.

 

Jika nanti malam kamu tidur di sampingku, ingatkan aku untuk mengusir segala kegundahan hati, karena kamu selalu hadir meski dalam kondisi terburukku.

Jika nanti malam kamu tidur di sampingku, aku akan mengucap terima kasih, karena kamu selalu memberikan kekuatan tak terkira bahkan saat kamu tidak meniatkan itu.

Jika nanti malam kamu tidur di sampingku, aku akan mencium keningmu lalu memelukmu hingga pagi tiba membangunkan kita.

 

Jika nanti malam kamu tidur di sampingku, aku ingin menyatukan perasaan kita yang lama hilang dan pikiran yang lama buta.

 

Semarang, 5 Juli 2021

Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.