Untuk membunuh rasa sepi,
Ia menuju dapur, mengambil pisau paling tajam.
Membuka kulkas,
menggorok leher tepat di depan rak-rak dingin.
Darah muncrat,
Ia taruh kepala di kulkas.
Sepasang mata membelalak.
Berjalan ke kamar,
mengambil gincu merah muda.
Ia poles pada bibir,
mempercantik wajahnya,
tak lupa bedak dan maskara.
Kembali bersandar pada dinding dingin.
Membiarkan udara sejuk menguar,
memeluk tubuh sintalnya.
Ia ceritakan semua kegundahan hati,
seonggok kepala itu dingin, menatap,
darahnya masih segar mengucur tanpa henti.
Tidak ada yang lain.
Hanya Ia,
dan kepalanya.
Semarang, 30 September 2021