ada mimpi buruk yang kembali
bertubi-tubi merusak ekor mataku
sebuah rahasia gelap mengejar telingaku
bagai badai berisik menangis di ujung jemari
kau pada tiang dingin dengan hujan,
rambut pendek kau gunting sekali lagi
lalu aku kembali pada lekuk tubuhmu
tubuh yang luruh di segala subuh
temani aku menamai kucing-kucing kecil
yang kau temukan di pasar pagi itu
atau anjing-anjing liar kelaparan yang
mendekat ke kaki-kakimu
sudah tak ada lagi pesan, hanya ada sungkan
meluruskan enggan di kotak masuk
yang berdebu, berderit sunyi
sungguh aku rindu ceritamu.
Tapi bisakah kau tetap mendengarkan aku?
saat jarum pipih menusuk inti jantungku
kau hanya peduli pada isi kepalamu
kau muntahkan, kau lupakan
kau luput dalam satu hal
aku hidup dalam dua mimpi buruk;
mimpi dalam tidurku
dan mimpi burukmu
.
Semarang, 7 Desember 2022