Wednesday, May 27, 2015

SIAPA SOPHIE?


Siapa Sophie?. Semua orang pasti punya cara untuk menggambarkan sosok yang dia kagumi. Sama seperti Romeo yang pada intinya mati bersama Juliet. Meskipun banyak cerita yang mengisahkan Romeo dan Juliet. Tanpa sadar analisis kita terbagi. Sebenarnya bagaimana kisah akhir seorang Romeo dan Juliet?. Mengacu pada kisah Romeo and Julia karya William Shakespeare. Mereka adalah pasangan mempelai muda yang keluarganya saling bermusuhan,  Romeo and Julia merupakan salah satu karya Shakespeare yang paling terkenal, salah satu karyanya yang paling sering dipentaskan selain Hamlet dan Macbeth. Cerita Romeo and Julia dibuat berdasarkan cerita di Italia, yang diubah menjadi sajak dalam The Tragical History of Romeus and Juliet oleh Arthur Brooke tahun 1562, dan diceritakan kembali dalam bentuk prosa pada Palace of Pleasure karya William Painter tahun 1582. Shakespeare meminjam ide dari keduanya, tetapi lebih mengembangkan karakter pendukung, terutama Mercutio dan Paris, untuk memperluas jalan cerita. Ditulis antara tahun 1591 hingga 1595, Romeo, dan Julia pertama kali dipentaskan tahun 1597.

Romeo and Julia adalah contoh bagaimana seorang pria yang memperjuangkan wanita yang dia kagumi, ribuan tembok ditubruk ratusan bom waktu meledak, sungai-sungai menjadi kering karena kegilaan seorang Romeo terhadap Julia atau yang lebih kita kenal sebagai Juliet.

Kembali lagi pada kisah Sophie. Wanita tangguh yang mencintai karier dan kecerdasan. Aku kagum dibuatnya, setiap cerita yang keluar dari bibirnya aku rekam. Diam-diam aku meletakkan handphone diatas meja ketika kami berbincang lalu merekan semua pembicaraan dari setiap kalimat yang keluar. Licik memang, dari hal itu dia selalu memberikanku ide di setiap tulisan yang aku buat. Menghidupkan tuts-tuts keyboard yang bahkan seperti magnet. Tak ingin ditinggalkan. Pablo Picasso pernah bilang: “Semua karya seni adalah hasil curian”. Kiranya itu yang dapat aku gambarkan, aku mencuri pemikirannya, idealismenya , integritas seorang wanita yang aneh tapi tetap pada koridor seorang wanita. Sophie adalah nama fiktif atau bukan nama sebenarnya. Awalnya seperti awan, aku hanya bisa melihatnya dari bawah tidak bisa menyentuh bahkan memegang. Tapi sejauh mata memandang aku tahu bahwa awan selalu ada disana, ditempat khusus yang tuhan ciptakan. Antara langit biru dan lautan lepas. Perlu dicatat aku tidak mencintainya, aku hanya mengagumi pemikirannya, idealismenya juga integritasnya. Untuk mencintai nampaknya aku belum siap. Ada guratan yang membuatku berpikir dua kali untuk melangkah ke kalimat itu. Dia mengajarkanku untuk cuek, cool, diam tapi menganalisis setiap kejadian yang ada. Tanpa arti, tanpa makna, tanpa perjuangan sekali tembak semua kena. Mati, sekarat ataupun lumpuh. Wanita Hebat yang selalu mengeluh bahwa menjadi Extrovert atau Extraversion berarti menjadi beda dan beda selalu berkonotasi negatif. Bagiku  dia sama sekali bukan Extrovert dia Ambievert atau seimbang dia punya keduanya. Anggun saat sendiri, aktif saat bersama orang yang nyaman untuk dapat bertukar pikiran. Aku banyak mengetahui tentang dia. Dia satu-satunya orang yang aku ceritakan tentang sebuah drama yang (sengaja) aku ciptakan, meskipun sepertinya dia tidak suka pria yang terlalu banyak drama. Itu menyakitkan bagiku, seperti ditampar ratusan minion. Aku selalu membaca tulisannya, hampir setiap hari, hampir setiap bangun tidur ataupun sebelum tidur. Tulisannya sangat inspiratif, kami yakin bahwa esensi dari hidup adalah saling memotivasi dan menginspirasi.

Dia adalah seorang yang sangat jarang berlibur, keluar rumah hanya sebatas kebutuhan atau mengunjungi saudara. Wanita yang sangat mencintai ibunya dan perjuangan ayahnya dalam menghidupi keluarga. Oh, sempurna sekali untuk wanita malang yang sangat menikmati kesakitan yang terlalu lama mengendap dalam jiwa berlumur darah. Wanita yang mencatat baik-baik janji tuhan : “Tuhan tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuannya”. Dia meyakini bahwa Tuhan sayang terhadap hambanya, dan Tuhan itu maha pemurah, terutama bagi hambanya yang meminta. Dulu, dia hampir tidak pernah meminta masa depan disetiap doa-doanya. Namun belakangan dia berubah pikiran untuk meminta semuanya secara mendetail. Mulai dari gelar magister yang sangat ingin dia capai untuk membahagiakan seorang ibu yang selalu bangun pagi, bahkan sebelum ayam-ayam berkokok untuk berusaha menyediakan sarapan sempurna diatas meja sebelum dia berangkat sekolah.

Mimpinya sangat sederhana, hidup bersama pria yang sangat dia cintai, mempunyai keluarga kecil, anak jagoan seperti Captai America, Mungkin. Membayangkan dirinya ada bersama seseorang yang bagi saya masih menjadi pertanyaan yang berurat---berakar dalam pikiran saya, berdiri dan mengarungi dunia bersama, memberi arti bahwa hidupnya seluruhnya untuk orang-orang yang dia kasihi. Dia selalu menganggap dirinya adalah turis bukan traveler. liburan  baginya hanya untuk merefresh pikiran, sedikit melonggarkan aktivitas, pergi dari kejenuhan. Dia sama denganku mengenal dirinya lewat media tulis. Membaca dan menulis. Meskipun dia sangat selektif untuk sebuah bacaan, benar-benar mefilter, mungkin agar pemikirannya tidak terlalu banyak dipengaruhi.

Sejauh yang saya ketahui, keluarganya adalah keluarga sederhana, bagi keluarganya kelebihan adalah ketika orang-orang pandai bersykur, Wanita yang mendapatakan pembelajaran dari bapak yang punya ketegasan untuk selalu bekerja keras. Aku ingat dengan kalimat ini  “Jangan berpikir bahwa hidupmu tidak menarik. Fokus kepada hal kecil yang kamu sukai dan buatlah hidupmu menarik.”. Mungkin dia tidak ingat bahwa kalimat itu pernah terlontar ketika kita berbincang. Dia mencintai dan mengagumi banyak tokoh dunia, berbeda dengan perempuan lain yang mencintai korea, boyband ataupun pria tampan. Hidupnya termotivasi dari tokoh-tokoh yang dia pelajari bahkan dia rela membeli buku tokoh tersebut untuk sekedar mengenal lebih dekat. Dia memilikki insting yang kuat bagaimana sebuah buku menjadi menarik dan bagus untuk dibaca. Wanita yang sama denganku, suka ke toko buku. Wanita yang punya ambisi gila dan mimpi yang bahkan bisa membuat orang-orang minder juga tergeletak lemas. Toilet selalu jadi teman berpikirnya meskipun dia tidak melakukan hal yang seharusnya dilakukan dalam satu bilik toilet. Aku kaget aku tidak bilang itu hal yang jorok, pengakuan yang sama baru saja keluar dari mulutnya karena sesekali aku juga sering ke toilet untuk mendpatkan ide sembari melakukan hal yang wajar dilakukan di toilet.

Dia tidak takut atas mimpinya yang tinggi, karena baginya jika mimpi itu tidak terwujud setidaknya dia pernah mencapai ketinggian yang tidak disentuh orang-orang. Aku pernah (sengaja) menawarkan sebuah buku padanya. Lalu dia meminjam. Setahun lebih dia meminjamnya. Aku sengaja tidak menagih buku itu. Aku yakin dia akan tumbuh menjadi penulis imaji yang hebat atas prinsipnya yang berhasil menulariku.

Bagiku ini adil, wanita sepertinya bebas memilih pria yang pantas untuk hidupnya, tak perlu memasang standard atau tipe seperti kebanyakan perempuan. Aku menjadikan tulisannya sebagai refrensiku untuk menulis selain tokoh-tokoh lain atau bapakku sendiri. Aku belajar banyak dari dia. Banyak tulisanku yang hidup dan terinspirasi darinya. Seperti: “Malam Bersama Sophie”, “Maaf, Sophie”, “Senja Bersama Sophie”, “Sophie, bawa aku mati” dan  “Dongeng dari Keukenhof”.


Kini, aku dihadapkan pada satu tembok besar dan pintu besi. Hanya ada dua pilihan, Kembali atau menunggu agar pintu besi terbuka, serta ada tangga yang bisa membuatku memanjat tembok tinggi itu dan melihat siapa yang ada dibaliknya. Pria istimewa yang selalu membuatnya bahagia dengan cara yang sederhana. Harusnya dia tak pernah sedih lagi. Meskipun akhir-akhir ini aku mulai mengetahui siapa laki-laki istimewa dibalik semua tulisannya. Tapi, Aku tidak yakin atas intuisiku.. 

Aku masih ingin terus mencuri pemikiranya, idealismenya dan integritasnya. Dengan batas yang tak saling dilanggar dan saling dihormati. Sophie, Wanita gila yang tidak menyukai batu akik.. Pissss! 
Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

1 comment:

Ayo Beri Komentar