Sunday, December 18, 2016

Dimana Dia Dilahirkan


Percakapan kita telah usai. Setelah ini, jika sebuah pertemuan tak bisa bicara banyak dan tak memengaruhi apa-apa. Tandanya masing-masing dari kita perlu menyerah dan mundur dari realita.

Setelah itu semua terjadi aku tidak akan merasa ada disini. Orang-orang pasti berubah. Berbeda, tidak ada yang saling mengenal. Semua menjadi orang asing. Teriakan anak-anak kecil yang berlari kesana, kemari. Suara perempuan-perempuan yang membicarakan temannya sendiri. Ruangan yang penuh dengan kaca ini disesaki orang-orang sakit. Tidak punya tujuan jelas selain menjadi terlihat keren ketika orang diluar melihat ke dalam. Sialnya, aku terjebak. Berada diantara orang-orang sakit.

Kita nggak pernah tahu orang benar-benar suka atau cuma pura-pura. Kamu bilang kamu bosan. Bosan biasanya terjadi karena kamu sudah mendapatkan apa yg kamu mau dan apa yang kamu cari dari seseorang. Lalu, kalau kamu sudah mendapatkannya apalagi yang kamu cari??

Kamu pikir aku sedang jatuh cinta?? Kamu salah. Aku sedang merasakan bagaimana hatiku ketika ada kamu yang berusaha menghuninya. Bagaimana responnya, bagaimana rasanya berada di sampingmu, rasanya kau tinggalkan, rasanya tak mendapat kabarmu, dan rasanya ketika kamu menyentuh sisi hatiku yang belum pernah di sentuh siapapun.

Karena aku takut pada perasaanku sendiri yang bahkan tak bisa lagi merasakan apa itu jatuh cinta. Apa itu merindu dan apa itu benci. Aku benar-benar mati, dia yang dulu benar-benar berhasil mengunci semua pintu. Sialnya hanya dia yang membawa kuncinya. Mau tidak mau, aku perlu menunggunya, entah berapa lama. Entah sampai kapan. Karena percuma ketika seorang datang hanya bisa mengetuk pintu hatimu saja, tidak bisa masuk bahkan menghuni karena tidak punya kuncinya.

Bagiku, hati adalah sebuah brankas. Brankas besar yang menampung banyak brankas kecil di dalamnya. Kamu punya kuasa untuk membuka dan menutup, menaruh orang yang kamu cinta di dalamnya. Menyimpan masa lalumu di dalamnya dan memilih tidak akan lagi membukanya. Bukankah begitu konstelasi hati diciptakan. Semua yang pernah ada di hatimu memang sebaiknya disimpan. Jangan membuangnya, mereka bukan sampah. Tapi kalau kamu masih berniat membuangnya berarti hatimu adalah tempat sampah sementara.

Dimana dia dilahirkan? Aku seperti masuk pada ruang yang dia ciptakan sendiri. Membagi diri diantara tangis malam ini, menolak pergi meski hati memaksa untuk menyendiri. Apakah aku menjadi salah ketika harus bertahan pada perasaan yang begitu lama telah dipelihara dengan begitu tenangnya. Kamu ini dilahirkan dimana?? Pikiranku terus meronta memanggilmu kembali.

Jangan bertanya balik, aku dilahirkan dimana. Aku dilahrikan di bola matamu, di sela jari-jarimu, di rongga dadamu, diantara percakapan kita malam kamarin. Diantara air mata yang menetes  karena ceritamu yang begitu mengiris hati. Aku dilahirkan di dalam hatimu. Meski bukan kamu yang mengandungku. Aku tahu telah lama kamu mengusirku, aku pun tahu pikiranmu sudah tidak lagi tentang aku. Aku juga tahu, saat aku menulis ini, Aku masih menunggumu. Disini. Di ruang yang kau ciptakan sendiri.

-----

Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment

Ayo Beri Komentar