Wednesday, June 22, 2016

Arthur #2 Eps. 7


Ana yang mengendarai Cruisernya pelan-pelan berhenti setelah melihat rumah Arthur dari kejauhan. Rumah yang sebagian besar kontruksinya terbuat dari kayu itu telah berubah menjadi abu. Hitam pekat dengan asap yang masih sedikit mengepul di udara. Ana memakirkan Cruisernya di pinggir jalan. Berkeliling melihat sisa-sisa abu rumah Arthur. Ana menatap jam di ponselnya. Mengirimkan pesan pada Arthur. Memberitahu kondisi rumahnya. Anjing liar mendatangi Ana, mengendus abu rumah Arthur dan buntut yang bergoyang, membuat Ana sedikit terganggu. Ana memutuskan pergi—melanjutkan perjalanan. Suara knalpot Cruiser mengagetkan Anjing liar itu, membuatnya lari mengejar Ana. Belum jauh Ana meninggalkan rumah Arthur, Anjing itu berhenti mengejar Ana yang semakin kencang mengendarai Cruisernya.

“What?? Pemanah??” Arthur tersentak.

“Iya pemanah, kenapa kamu sekaget itu Arthur,” Tanya Prof. Uru.

“Lihat mata ini... Hilang, karena apa?? Karena anak panah sialan dari pemanah sialan,” Tegas Arthur menunjuk rongga matanya.

“Justru itu Arthur, pemanah dilawan juga dengan pemanah. Ide dilawan dengan ide. Gagasan dilawan dengan gagasan.”

“Kenapa harus panahan siih?? Kalau kita bisa bunuh orang dengan peluru, kenapa kita justru pilih panahan,” Keluh Arthur.

“Peluru nggak bisa menembus rompi anti peluru, Arthur... Tapi anak panah... Anak panah bisa dengan mudah menembusnya,” Prof. Uru menggambarkan dengan isyarat tangan.

“Aduuh,” Arthur memijat keningnya.

“Ada ditanganmu. Ambil atau...” Tantang Prof. Uru.

Meeting point sudah terlihat dari kejauhan. Sepi yang terlihat terasa biasa bagi Ana. Selalu ada kode masuk bagi para prajurit, semacam password untuk membuka pintu. Ana berhenti tepat di tengah tanah lapang yang kosong dengan pohon-pohon yang mengelilingi. Ana membunyikan klaksonya. Bunyi klakson pertama terdengar singkat. Bunyi panjang klakson kedua membuat daun di beberapa pohon bergetar.

Tiga orang terlihat turun dari tiga pohon yang berbeda. Menghampiri Ana yang belum beranjak dari Cruisernya. Tiga orang dengan kostum yang sama, membawa kantung anak panah di punggung dan busur panah di tangan kiri, tiga orang itu bersamaan mengambil anak panah lalu mengarahkannya pada Ana.

“Tidak usah berlebihan, kita dipihak yang sama,” Jelas Ana.

“Prajurit Ana,” Salah seorang bertanya.

“Kelihatannya??” Jawab Ana.

“Maaf, ini standard yang harus dilakukan,” Tiga orang pemanah menurunkan alat panahnya.

“Jadi apa setelah ini,” Tanya Ana dari atas Cruiser.

“Sembunyikan Cruisermu, panjat salah satu pohon, kita harus menunggu sisanya sebelum gelap,” Seorang pemanah menjelaskan.

Ana menyalakan Cruisernya, memakirkannya dibalik pohon. Ana memanjat pohon setelah tiga pemanah lainnya kembali memanjat pohon tempatnya bersembunyi.

“Fine... apa boleh buat,” Arthur mengangkat bahu, pertandan pasrah.

“So??” Tanya Prof. Uru.

“Oke, kapan kita bisa mulai??” Tanya Arthur.

“First, kamu harus tahu teorinya, ada buku tentang itu yang bisa sedikit membantumu,” Prof. Uru mulai mencari buku di beberapa rak. Arthur mengikutinya dari belakang.

“Aaahh, kenapa semua hal yang bisa langsung dipraktekan, tetap saja butuh teori,” Keluh Arthur.

“Teori itu dasar, Arthur. Bayangkan jika sebuah bangunan tanpa dasar, tanpa penyangga. Bayangkan ketika sebuah negara tidak punya dasar negara. Coba bayangkan,” Prof. Uru sibuk mencari buku diantara rak yang tingginya melebihi tinggi Arthur dan dirinya.

Prof. Uru berhasi menemukan buku yang dicarinya. Buku yang tidak tebal, Arthur bisa dengan mudah selesai membacanya kurang dari dua jam. Arthur mulai membaca.

“Mau kemana, Prof??” Tanya Arthur disela-sela membaca.

“Kita tidak punya alat panah, kita harus membuatnya sendiri. Biar aku yang mencari semua keperluanmu. Selesaikan bacaanmu. Waktu kita tidak banyak.”


Arthur membiarkan ucapan Prof. Uru mengambang di langit-langit. Kesunyian mengiringi setelahnya. Arthur kembali fokus membaca, matanya tidak lepas dari setiap kata yang ada di buku itu. Prof. Uru tersenyum menatap Arthur dari kejauhan, senyum yang membuat gigi putihnya terlihat.


(BERSAMBUNG)
Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment

Ayo Beri Komentar