Thursday, June 16, 2016

Arthur #2 Eps. 4




Proyek pembangunan kawasan terpadu untuk para Anei sudah memasuki tahap akhir. Bangunan yang menjulang tinggi terlihat dari seantero kota. Proyek pembangunan yang memakan waktu hampir dua tahun itu menjadi pesan terakhir dari Witson untuk Arthur. Pajak dari masyarakat miskin Kota Nanoi digunakkan untuk membiayai 50% pembangunan kawasan itu. Proyek yang mencapai luas 50 hektar itu berdiri diatas empat pulau di pantai utara Nanoi. Selain untuk kawasan terpadu para Anei, rencananya proyek reklamasi dibangun untuk membuat permukiman baru warga kota.

Tidak ada yang tahu apa tujuan proyek itu. Warga miskin Kota Nanoi awalnya menyambut baik kabar itu. Tetap saja, tidak ada yang gratis di Kota Nanoi. Natalie memungut biaya tinggi untuk satu rumah di permukiman baru itu. Pro-kontra menghiasi mega proyek. Surat kabar indie di Nanoi mengkritik besar-besaran pemerintah kota dan para Anei. Pajak yang dipungut seharusnya menjadi tiket masuk warga kota untuk memilikki satu hunian baru disana. Melawan pemberitaan itu, para Anei menyebar propaganda melalui semua media kota. Beberapa surat kabar indie yang bertentangan mulai dibredel. Surat kabar indie yang lain mencari aman dengan ikut menyebarkan propaganda.
 
Permukiman antara warga miskin dan kaya mulai dipisah. Pemerintah kota memberi batas tembok beton tinggi dengan pagar hitam diatasnya. Polisi kota juga menjaga perbatasan itu. Truk-truk pegangkut disiapkan di perbatasan. Permukiman untuk warga miskin semakin terlihat kumuh ketika hujan turun, tanah yang becek akan berubah menjadi lumpur. Berbanding terbalik dengan permukiman warga kaya Kota Nanoi, semua tampak indah, taman-taman kota, udara yang terasa sejuk dan segar, bangunan yang kokoh dan kuat. Juga anjing penjaga pemberian para Anei di masing-masing rumah. 

Perwakilan dewan kota dari salah satu partai pembela kaum miskin mulai mengajukan banding atas kebijakan dari para Anei dan pemerintah Kota. Dalam persidangan dewan. Perdebatan alot terjadi. Pembelaan terhadap warga miskin Kota Nanoi mulai menguat. Mereka mengancam akan mogok bekerja jika permintaan tidak dipenuhi. Dalam hal ini, kaum miskin Kota Nanoi menjadi yang terkuat, karena mereka sudah sejak lama dipekerjakan oleh kaum kaya.

Mendengar itu para Anei balas mengancam. Dalam persidangan dewan para Anei mengancam akan mengganti para pekerja dari kaum miskin itu dengan Robot. Sehingga membuat kaum miskin kehilangan pekerjaan, hidup miskin selamanya, mati kelaparan dan mayatnya dibiarkan membusuk atau menjadi makanan bagi para anjing penjaga.

Kota Nanoi butuh pahlawan seperti Witson. Kematiannya membuat segala yang adil berubah berpihak pada salah satu kubu. Kekuatan para Anei susah dibendung. Diktaktor baru mulai bermunculan. Pemimpin distrik yang membelot diganti dengan orang-orang yang setia dikalangan Anei. Pemerintah Kota benar-benar serius menghapus jejak kepemimpinan Witson yang dicintai rakyatnya. Seluruh kebijakan Witson dan peraturan yang dia buat, dihapus dan digantikan kebijakan baru, peraturan baru yang lagi-lagi memihak. Tidak ada yang bisa menghalangi, semua berjalan tanpa perlawanan. Karena melawan berarti bunuh diri.

Sementara itu Pemerintah Kota dan para Anei mulai melupakan hilangnya Arthur. Mereka menganggap Arthur telah tewas dalam percobaanya kabur dari kejadian berdarah di Balai Kota. Pemerintah Kota menganggap tidak akan ada manusia yang mampu bertahan hidup dengan hanya menggunakan satu mata. Apalagi mata yang tertusuk busur panah. Benar-benar sulit untuk menghentikan apa yang terjadi di Kota Nanoi. Lewat perundingan, dewan selalu gagal dalam pembelaan. Kaum miskin terpikir untuk menyerang balik dengan kekerasan, namun apadaya, meskipun jumlah mereka lebih banyak dari polisi kota, tapi perlengkapan persenjataan mereka tidak punya. Belum lagi Askar Kecha yang bagai penembak jitu. Tidak terlihat dan mematikan.

Ana yang berpikir keras untuk menerima misi dari Bibi Ana mulai berkemas, menyiapkan perlengkapan yang bisa dibawa. Ana mulai bisa melupakan Arthur dan Ayahnya. Ana mulai ikhlas untuk kehilangan dua orang yang paling dicintai dalam hidupnya. Seperti perintah pena difoto pemberian Bibi Ana. Ana akan mengubah penyamarannya. Kali ini Ana tidak membawa persenjataan. Meninggalkan Anak panah dan busurnya di ruang bawah tanah. 

Hari itu, setelah petunjuk meeting point dikirimkan melalui ponselnya, Ana bergegas pergi mengendarai Cruiser hitam miliknya. Membelah jalanan kota yang sepi dengan suara Cruiser yang menggelegar melewati Boulgetse—Perpustakaan kota yang tidak satupun orang mengunjunginya sejak kematian Witson.


(BERSAMBUNG)
Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment

Ayo Beri Komentar