Proyek
pembangunan kawasan terpadu untuk para Anei sudah memasuki tahap akhir.
Bangunan yang menjulang tinggi terlihat dari seantero kota. Proyek pembangunan yang
memakan waktu hampir dua tahun itu menjadi pesan terakhir dari Witson untuk Arthur.
Pajak dari masyarakat miskin Kota Nanoi digunakkan untuk membiayai 50%
pembangunan kawasan itu. Proyek yang mencapai luas 50 hektar itu berdiri diatas
empat pulau di pantai utara Nanoi. Selain untuk kawasan terpadu para Anei, rencananya
proyek reklamasi dibangun untuk membuat permukiman baru warga kota.
Tidak
ada yang tahu apa tujuan proyek itu. Warga miskin Kota Nanoi awalnya menyambut
baik kabar itu. Tetap saja, tidak ada yang gratis di Kota Nanoi. Natalie
memungut biaya tinggi untuk satu rumah di permukiman baru itu. Pro-kontra menghiasi
mega proyek. Surat kabar indie di Nanoi mengkritik besar-besaran pemerintah
kota dan para Anei. Pajak yang dipungut seharusnya menjadi tiket masuk warga
kota untuk memilikki satu hunian baru disana. Melawan pemberitaan itu, para
Anei menyebar propaganda melalui semua media kota. Beberapa surat kabar indie
yang bertentangan mulai dibredel. Surat kabar indie yang lain mencari aman
dengan ikut menyebarkan propaganda.
Permukiman
antara warga miskin dan kaya mulai dipisah. Pemerintah kota memberi batas tembok
beton tinggi dengan pagar hitam diatasnya. Polisi kota juga menjaga perbatasan
itu. Truk-truk pegangkut disiapkan di perbatasan. Permukiman untuk warga miskin
semakin terlihat kumuh ketika hujan turun, tanah yang becek akan berubah
menjadi lumpur. Berbanding terbalik dengan permukiman warga kaya Kota Nanoi,
semua tampak indah, taman-taman kota, udara yang terasa sejuk dan segar,
bangunan yang kokoh dan kuat. Juga anjing penjaga pemberian
para Anei di masing-masing rumah.
Perwakilan
dewan kota dari salah satu partai pembela kaum miskin mulai mengajukan banding
atas kebijakan dari para Anei dan pemerintah Kota. Dalam persidangan dewan.
Perdebatan alot terjadi. Pembelaan terhadap warga miskin Kota Nanoi mulai
menguat. Mereka mengancam akan mogok bekerja jika permintaan tidak dipenuhi.
Dalam hal ini, kaum miskin Kota Nanoi menjadi yang terkuat, karena mereka sudah
sejak lama dipekerjakan oleh kaum kaya.
Mendengar
itu para Anei balas mengancam. Dalam persidangan dewan para Anei mengancam akan
mengganti para pekerja dari kaum miskin itu dengan Robot. Sehingga membuat kaum
miskin kehilangan pekerjaan, hidup miskin selamanya, mati kelaparan dan
mayatnya dibiarkan membusuk atau menjadi makanan bagi para anjing penjaga.
Kota
Nanoi butuh pahlawan seperti Witson. Kematiannya membuat segala yang adil
berubah berpihak pada salah satu kubu. Kekuatan para Anei susah dibendung.
Diktaktor baru mulai bermunculan. Pemimpin distrik yang membelot diganti dengan
orang-orang yang setia dikalangan Anei. Pemerintah Kota benar-benar serius
menghapus jejak kepemimpinan Witson yang dicintai rakyatnya. Seluruh kebijakan
Witson dan peraturan yang dia buat, dihapus dan digantikan kebijakan baru,
peraturan baru yang lagi-lagi memihak. Tidak ada yang bisa menghalangi, semua
berjalan tanpa perlawanan. Karena melawan berarti bunuh diri.
Sementara
itu Pemerintah Kota dan para Anei mulai melupakan hilangnya Arthur. Mereka
menganggap Arthur telah tewas dalam percobaanya kabur dari kejadian berdarah di
Balai Kota. Pemerintah Kota menganggap tidak akan ada manusia yang mampu
bertahan hidup dengan hanya menggunakan satu mata. Apalagi mata yang tertusuk
busur panah. Benar-benar sulit untuk menghentikan apa yang terjadi di Kota
Nanoi. Lewat perundingan, dewan selalu gagal dalam pembelaan. Kaum miskin
terpikir untuk menyerang balik dengan kekerasan, namun apadaya, meskipun jumlah
mereka lebih banyak dari polisi kota, tapi perlengkapan persenjataan mereka
tidak punya. Belum lagi Askar Kecha yang bagai penembak jitu. Tidak terlihat
dan mematikan.
Ana
yang berpikir keras untuk menerima misi dari Bibi Ana mulai berkemas, menyiapkan
perlengkapan yang bisa dibawa. Ana mulai bisa melupakan Arthur dan Ayahnya. Ana
mulai ikhlas untuk kehilangan dua orang yang paling dicintai dalam hidupnya. Seperti
perintah pena difoto pemberian Bibi Ana. Ana akan mengubah penyamarannya. Kali
ini Ana tidak membawa persenjataan. Meninggalkan Anak panah dan busurnya di
ruang bawah tanah.
Hari
itu, setelah petunjuk meeting point dikirimkan melalui ponselnya, Ana bergegas
pergi mengendarai Cruiser hitam miliknya. Membelah jalanan kota yang sepi
dengan suara Cruiser yang menggelegar melewati Boulgetse—Perpustakaan kota yang
tidak satupun orang mengunjunginya sejak kematian Witson.
(BERSAMBUNG)
No comments:
Post a Comment
Ayo Beri Komentar