Boulgetse
adalah perpustakaan kota yang dibangun pada masa kepemimpinan Witson, Boulgetse
mempunyai hampir satu juta koleksi buku. Perpustakaan ini mempunyai ruang bawah
tanah yang sangat luas. Bangunan yang lebih mirip gereja dengan lonceng dan jam
berukuran besar di bagian atas bangunan. Boulgetse dibangun sebagai fasilitas
untuk kaum miskin di Kota Nanoi, agar mereka gemar membaca dan tidak menjadi
masyarakat yang bodoh. Witson meyakini dengan membaca hidup manusia akan lebih
mudah. Para Anei menyegel bangunan itu setelah kematian Witson. Para Anei takut
pengaruh membaca dapat mengubah pandangan kaum miskin terhadap mereka.
Boulgetse
menjadi tempat persinggahan Witson ketika tidak sedang di Balai Kota, baginya
ketentraman adalah ketika kita berhasil hanyut dalam setiap kata yang ada
didalam buku. Membaca menjadi kebutuhan Witson setiap hari, Semasa Arthur
kecil, Witson selalu mengajaknya ke perpustakaan untuk sekedar menghabiskan
waktu dengan membaca buku. Kebiasaan itu membuat Arthur juga menggemari buku.
Bagi Arthur buku bukan sekedar jendela dunia. Buku adalah rumah, tempat kita
pulang. Rumah adalah tempat pertama yang paling dirindukan setiap manusia.
Prof.
Uru juga sering menghabiskan waktu di Boulgetse untuk melakukan riset melalui
buku-buku yang ada disana. Bahkan selain Witson yang mempunyai kunci
perpustakaan itu, Prof. Uru juga mempunyai kunci Boulgetse. Kunci pemberian Witson
supaya Prof. Uru bisa leluasa melakukan riset dalam urusan pekerjaannya.
Sahabat, sekaligus orang kepercayaan Witson semasa menjadi wali kota.
Dulunya
Boulgetse selalu ramai saat malam tiba, saat jam kerja habis. Para pekerja
memilih untuk menghabiskan waktu di Boulgetse untuk membaca dan sesekali
bertemu dengan Witson, berdiskusi tentang banyak hal. Keunikan Witson dalam
memimpin Kota Nanoi saat itu, Witson lebih memilih perpustakaan sebagai tempat
pertemuan, berbeda dengan pemimpin lain yang membuka Balai Kota untuk berkumpul
bersama warganya. Orang-orang menyebut Witson, Malaikat dari Surga atas
kebaikan dan kemurahan hatinya terhadap banyak orang.
Kini,
Boulgetse menjadi tempat yang terbengkalai, semak-semak ilalang tumbuh di
sekitar bangunan itu dan menutupi sedikit bagian bawah bangunan. Seperti
kebanyakan perpustakaan di kota-kota besar. Sepi, terbengkalai. Untuk mencari
kesunyian di kota-kota besar, pergilah ke perpustakaan. Disana sepi, selama
minat baca orang-orang tidak tumbuh. Selama itu pula perpustakaan menjadi
tempat asing.
Tapi
hari itu, hari saat kejadian berdarah di Balai Kota menggemparkan seluruh
penjuru Kota. Boulgetse kedatangan dua tamu. Satu terkapar penuh darah dibagian
wajah, satu yang lainnya menggendongnya dengan susah payah turun dari mobil
khas Balai Kota dengan atap berbahan kulit yang bisa dibuka. Prof. Uru dan
Arthur menjadi penghuni baru Boulgetse setelah sekian lama tempat itu tidak
disinggahi
Sesaat
ketika Arthur jatuh akibat bidikkan Askar Kecha, Prof. Uru berlari menuju
ruangan Charles dan membawa Arthur sebelum petugas keamanan Balai Kota datang.
Saat sirine tanda bahaya dinyalakan, Prof. Uru sudah mengendarai mobilnya dan
berhasil keluar dari Balai Kota tanpa kesulitan apapun. Hal pertama yang
dipikirkan Prof. Uru adalah tempat persembunyian, awalnya Prof. Uru memikirkan
rumahnya untuk menghilangkan jejak Arthur. Tapi ketika Mobilnya melewati
Boulgetse, seketika Prof. Uru membelokkan mobilnya lalu memakirkannya di bagian
belakang Boulgetse yang berbatasan langsung dengan laut.
Prof.
Uru kesusahan menangani sendiri luka di mata Arthur. Untungnya Boulgetse bagai
rumah baginya. Seluruh alat kedokteran masih tersimpan rapih di satu ruangan di
Boulgetse. Setelah dua hari pasca kejadian itu, Arthur terbangun dari tidur
panjangnya. Bertanya apa yang terjadi. Arthur jadi seperti seorang yang
amnesia. Lupa segala hal, mungkin karena ada bagian dari saraf matanya yang
putus akibat busur panah Askar Kecha. Amnesia yang dialami Arthur tidak
bertahan lama, hanya beberapa jam setelah dirinya terbangun, Arthur sudah ingat
semuanya dengan jelas.
Sudah
hampir dua minggu Arthur tidak keluar dari Boulgetse, Prof. Uru melarangnya. Sudah
hampir dua minggu juga Prof. Uru melakukan penyamaran ketika pergi ke pasar
kota untuk membeli bahan makanan. Prof. Uru melakukan penyamaran sebagai petani
buah dan sayur, dengan menumpang truk-truk pembawa hasil pertanian dan
perkebunan yang melintas—melewati Boulgetse.
Dendam
yang mulai merajai tubuh Arthur mulai tidak terkendali. Dendam karena Natalie
telah merebut semua darinya. Satu pesan di ponsel Rey menjadi bukti keyakinan
Arthur, bahwa Askar Kecha adalah Natalie. Orang yang juga menjadi dalang
dibalik kematian ayahnya. Hari-hari dihabiskan Arthur untuk bersumpah serapah
di hadapan Prof. Uru. Sampai suatu ketika Prof. Uru menawarkan Arthur sesuatu
yang menarik.
(BERSAMBUNG)
No comments:
Post a Comment
Ayo Beri Komentar