Thursday, June 9, 2016

Arthur #2 Eps. 2


Malam yang dingin itu membuat Ibu Arthur tidur lebih awal, memikirkan anaknya yang lama tidak berkabar. Berulang kali terbangun dan meminum segelas air. Pikirannya kacau, langit-langit rumah yang dia tatap menjelma wajah Arthur yang remuk-redam. Mimpi yang mengerikan membangunkannya lagi. Melihat wajah Arthur dengan satu mata kiri. Pijatan di keningnya belum cukup menenangkannya malam itu.

Tengah malam berlalu, suasana sepi berubah. Suara hentakkan sepatu di sekeliling rumah membangunkannya. Ibu Arthur mengintip dari celah jendela kamarnya. Beberapa polisi kota telah berdiri mengepung rumahnya dengan senjata laras panjang di lengan. Keringat di keningnya muncul, tiba-tiba tubuhnya menggigil. Matanya terus berkedip. Beberapa detik setelahnya suara ketukan pintu sedikit mengagetkannya.

Beberapa kali ketukan pintu pelan terdengar, dengan jantung yang terus berdebar, Ibu Arthur melangkah keluar dari kamarnya, beberapa kali berhenti dan memikirkan lagi apa yang sebenarnya terjadi. Suara ketukan pintu berubah semakin keras, terdengar seorang dibalik pintu meminta polisi kota untuk mendobrak pintu. Mendengar itu Ibu Arthur bergegas berlari menuju pintu rumah lalu membukanya.

Di depan pintu berdiri seorang wanita dengan mantel panjang dari bahu hingga betis. Kulit wajahnya putih mulus dengan rambut yang dikuncir membuat leher putihnya jelas terlihat. Kancing mantel yang tampak besar seukuran permen sejajar dari leher hingga pinggang. Celana panjang hitam ketat dan heels yang serupa warna membuat Ibu Arthur semakin jelas mengenali wanita di depannya. Di bagian kanan mantel cokelatnya tersemat lencana berkilau emas yang hanya dimilikki seorang di Kota Nanoi.

“Selamat malam Nyonya Witson,” Sapa Natalie.

“Natalie?” Ibu Arthur membuka lebar pintu.

“Bagaimana kabar anda?” Natalie berlalu—masuk  sembari melepas sarung tangannya. Dua pengawalnya ikut masuk lalu tegap berdiri si sudut ruangan yang tidak terlalu besar. Hanya ada satu lampu yang terang tepat di tengah ruangan dan beberapa kursi dan meja yang mengkilap karena pantulan lampu.

“Ada perlu apa anda datang kemari?” Tanya Ibu Arthur dengan mata yang masih terus menatap Natalie.

“Ku kira kau pasti tahu, kenapa aku kemari,” Natalie menatap sekeliling ruangan mungil itu.
“Maksudnya?”

“Aku mencari anakmu, Arthur. Dimana dia?” Dengan santai Natalie duduk di bangku kayu yang berdecit.

“Arthur?? ada urusan apa dia denganmu??” Tanya Nyonya Witson penasaran.

“Sudah seminggu lebih dia menghilang. Sejak kejadian berdarah di Balai Kota seluruh aparatur kota mencarinya. Dia—anakmu menjadi salah satu dalang kejadian itu.”

“Ha?? Kau pasti bercanda, Arthur sudah tidak ada dirumah sebelum kejadian di Balai Kota. Dia menginap diruman Ana, Anak Prof. Uru, dilepas pantai Nanoi.”

“Jadi, kau masih belum sadar? Seluruh polisi kota berpatroli hingga masuk kerumah-rumah warga hanya untuk mencari anakmu—Arthur!!” Suara Natalie keras terdengar hingga telinga polisi kota yang berjaga di luar.

“Geledah!!” Perintah Natalie. Dua pengawal yang berjaga masuk ke ruangan lain di rumah itu.

“Ada apa dengan Arthur, Nyonya??” Ibu Arthur mendekati Natalie.

“Dia—Anakmu sudah membunuh anakku,” Natalie beranjak dari tempatnya duduk, merapikan mantel dan rambut.

“Ha?? Membunuh?? Apalagi ini?? Tidak mungkin Arthur melakukan pembunuhan!!” Bentak Ibu Arthur. Beranjak dari kursinya menatap tajam Natalie.

“Mari kita buktikan di pengadilan kota,” Suara Natalie pelan tepat di telinga Ibu Arthur.

“Negatif Nyonya!!” Salah satu pengawal melapor.

“Bawa dia!! Bakar rumah ini!!” Natalie berlalu, memerintahkan polisi kota yang berjaga diluar dengan isyarat tangan.

Dua pengawal membawa Ibu Arthur yang berteriak dan memberontak. Salah satu pengawal langsung menggendongnya, membawanya menuju mobil berplat Balai Kota. Natalie yang berada di samping sopir, memerintahkannya jalan setelah Ibu Arthur dan dua pengawal masuk dan menutup pintu mobil. Ibu Arthur menatap rumahnya yang mulai terbakar. Ada air yang menetes jatuh dari matanya



 (BERSAMBUNG)
Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment

Ayo Beri Komentar