Tuesday, August 4, 2015

Menunggu Pagi



Kala menjadi ketertatikan bisu
Menyekat dalam rongga yang sempit
Kamu menemuiku di suatu bangku
Di bawah rembulan kuning
Di antara bintang yang tak sebanyak perasaanku
Padamu

Kamu bilang sendiri bukanlah teman
Aku bilang menunggu itu temanku
Kamu bilang apa gunanya menunggu
Aku bilang menunggu itu seni mencintai
Ketidakpastian yang menyekat
Kerelaan yang membisu
Air mata yang mengeras
Doa yang membanjiri
Seni agung dengan pertanyaan yang tak terjawab

Bibirmu menjadi candu
Matamu menjadi rindu
Kenangan ini menjadi obatnya
Bahkan ketika gunung-gunung runtuh
Lautan surut
Langit tak mampu lagi berawan
Aku akan tetap menunggumu
Hingga pagi datang lagi
Di bangku ini
Hingga rembulan tak menguning lagi
Hingga bintang menjadi lebih banyak
Dari perasaanku

Aku tidak bodoh
Aku hanya takut
Mengalami masa tersulit

Melihatmu mencintai orang lain
Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment

Ayo Beri Komentar