Tuesday, August 18, 2015

Elina & The President (Episode 3)


Pernahkah kau berpikir bahwa nasibmu tak sebaik nasib orang lain? Elina merasakannya. Untuk melindungi seorang Presiden adalah pekerjaan yang tak mudah, dibutuhkan segala bentuk emosi yang bisa dikendalikan secara baik. Nyawa RI 1 mungkin sedang Elina genggam. Elina hampir ingin bunuh diri karena pekerjaannya yang penuh resiko diawal masa kerjanya sebagai pengawal Presiden. Nyawanya dan seluruh keluarganya bisa saja juga ikut terancam. Setelah hampir 5 tahun dia bekerja disamping Presiden, Elina sudah merasa menjadi orang yang paling beruntung diantara orang di dunia. Bisa ikut memberikan pemikirannya untuk kemajuan negara. Hal yang Elina cita-citakan sejak dia kecil.

Secara job sheet Elina bekerja sebagai salah satu pengawal Presiden. Tapi, Pak Presiden menganggap Elina lebih dari seorang pengawal ataupun atlet karate hebat. Pernah pada satu kesempatan ketika Presiden blusukan ke wilayah timur negara, Pak Presiden hanya ingin dikawal oleh Elina. Tahun ini adalah tahun dimana Presiden ingin membangun wilayah timur dengan membawa Elina agar Elina bisa memberikan ide dalam perencanaan pembangunan wilayah timur. Bisa dibilang Elina dan Pak Presiden adalah partner kerja yang ideal. Sangat ideal.

Seorang pengawal yang lain datang memberitahu Pak Presiden bahwa dalam 15 menit Presiden Irak akan sampai ke Istana Negara. Pak Presiden nampak santai, belum mau bersiap-siap menyambut kedatangan Presiden Irak. "Enggak siap-siap, pak?" Ucap Elina. "Ah, santai saja, Elina. Presiden Irak ini orang yang santai, tidak perlu hal yang formalitas, lagian kedatangannya tidak akan diliput oleh media". Elina hanya menjawab dengan senyuman dan anggukan. Hal yang biasa ketika Elina menghadapi sifat santai Pak Presiden.

Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment

Ayo Beri Komentar