Nah ini
serius. Harusnya sih jadi serius, tapi kan kamu tahu aku jamet, cuma bedanya
bisa nutupin aja. Hahaha. Aku beneran gak tahu kali ini kamu bakal baca atau
enggak. Pertama whatsappku udah kamu block. Entah. Kenapa. Kamu juga gak peduli
sama apa yang aku posting, bahkan sejak kita deket. Jadi untuk membalas block
itu, aku unfollow instagrammu. Artinya mungkin kamu udah gak mau kenal dan
berhubungan lagi kan. Yaudah sekalian aja, Irma. Tapi tetep akan aku tulis.
Berulang kali aku gak peduli apakah kamu baca atau enggak, tapi sejatinya aku
berharap kamu baca dan ngerti. Semoga kamu baca. Kalo salah satu temenmu baca.
Iya ini Irma temenmu, yang aku maksud. Tolong beritahu Irma. Ada hal yang
berlum selesai.
Aku
ngefollow kamu tahun lalu waktu Sal Priadi, Kunto Aji, Didi Kempot manggung di
Semarang. Udah aku bilang juga kalo diem-diem aku merhatiin. Aku suka liat
postingan tiktokmu, iya suka. Kalo mau tahu alesannya, aku gak tahu, aku suka,
setiap kali nonton senyum. Positifnya, kamu ngebawa vibe positif ke
orang-orang. Sesuatu yang gak semua orang mampu. Yang mampu pun kadang gak mau.
Lalu baru bulan Mei tahun ini, aku berani bales storymu, DM. Di salah satu
postingan tiktokmu yang kamu post di instastory. Aku udah berulang kali nulis
story ini di postingan blogku yang lain.
Iya aku
butuh momentum untuk bikin kamu setidaknya notice. Ada banyak hal yang harus
dijelaskan. Kayak kenapa kamu tiba-tiba pergi gitu aja, gak ngasih penjelasan
apapun, dan menganggap aku kayak orang jahat. Aku tahu pilihanmu itu
dipengaruhi teman dekatmu. Dengerin. Yang merasa insecure, anxious bukan cuma
kamu, setiap orang menghadapi strugglenya masing-masing. Kamu gak bisa tutup
mata, dan hanya mendengarkan satu omongan dan sampe memengaruhi cara berpikir dan pola pilihamu. Kamu gak bisa buang orang gitu aja, yang sebelumnya udah
bikin kamu happy setengah mati. Come on, pertengkaran pasti ada, beda pikiran
dan pendapat apalagi. Pertanyaannya kan apa yang harus kita lakukan untuk itu.
Apakah mau
diomongin baik-baik, saling respect dan memahami, atau persis seperti yang kamu
lakuin. Kamu bilang gak pernah jadi aktor yang ninggalin duluan waktu ada di
sebuah hubungan. Kamu bilang karena selalu kamu yang ditinggalin. No. Kamu
kemakan omongan kamu sendiri, aku jadi orang pertama yang kamu tinggalin,
mungkin. Kenapa? Aku gak tahu. Setidaknya aku gak mau menerka-nerka. Udah
kubilang, ketakutan kita sama, kita sama-sama struggling. Jangan biarin orang
lain membuat keputusan apa yang harus terjadi di antara kita selanjutnya. Kita
punya pikiran dan hati sendiri untuk membicarakan dan memutuskan apa yang
terbaik.
Kita happy.
Itu dulu. Kenapa pada akhirnya pikiran kita gak sejalan seperti sebelumnya, ya karena kita ketakutan, sampe mana hubungan ini, bakal gimana. Kita, semua orang
terlalu takut sama apa yang enggak kita ketahui di masa depan. Tapi lupa
menyuskuri apa yang terjadi sekarang. Kita lupa menjalani dan menikmati apa
yang sedang tuhan kasih di depan mata. Kalo kamu bilang aku jahat karena
tiba-tiba jadi beda. Oke aku jelasin. Aku gak mau hubunganku cuma sebatas
formalitas. Aku gak mau aku cuma suka sama idea of being loved. Aku mau aku
suka ya karena aku jatuh cinta sama kamu, sama perempuan yang aku ajak ngobrol
hampir tiap malam waktu itu. Aku gak mau aku jadiin kamu sekadar objek. Aku mau
menjauhkan pikiran itu. Dan aku pikir kamu bakal mendukung itu.
Aku jelas
mikir, kalo kamu memang tertarik sama aku kenapa kamu gak peduli sama apa yang
aku bikin, buku, podcast, puisi-puisi, film. I don’t know, kalo kamu tertarik
sama seseorang ya tunjukkin kalo kamu memang tertarik bukan justru sebaliknya,
bikin orang itu bertanya-tanya ini orang beneran tertarik atau enggak. Oke
perempuan gak suka nunggu, gak bisa ngomong duluan. Tapi paling tidak bikin aku—atau
lelaki lain merasa yakin kalo apa yang terjadi di antara kita ya perasaan
cinta.
Kita
mungkin sama-sama akan setuju kalo kita sama-sama rentan waktu itu, ceritamu
aku paham, ceritaku juga kamu paham. Tapi kalo ternyata kita gak berjalan baik
sebagai sepasang kekasih, paling enggak jangan menganggap aku gak ada. Susah
menghadapinya, dan kamu tahu itu. Kita masih bisa saling kenal kalo kamu gak
mau berteman. Kamu gak boleh buang setiap orang kayak sampah yang menurut kamu
gak bisa dan gak akan jadi pacar kamu. Itu kenapa banyak orang merasa gak punya
temen. Ya karena mereka merasa sempurna bisa dapetin yang mereka mau, dan
ketika ternyata gak bisa dapetin justru ngebuang itu jauh-jauh. Aku
bertanya-tanya, kenapa orang-orang gak bisa mengambil keputusan untuk menjalin
hubungan biasa aja, berteman kalo menjadi seorang kekasih ternyata gak works,
gak worth it.
Bayangin. Bahkan
sampe dua bulan aja enggak. Tapi kamu bisa memutuskan orang ini akan berakhir
di mana. Aku ngerasa jadi sampah. Aku kalah kan sekali lagi, udah sempat aku
bilang, kalo aku selalu kalah. Karena orang-orang gak pernah mau sabar dan
menikmati apa yang ada. Aku gak bisa bilang cinta ke orang gitu aja, jelas
butuh waktu. Itu kenapa aku sering menolak atau gak membalas kata-kata beberapa
perempuan yang ngaku jatuh cinta padahal baru berapa kali ketemu, baru sebulan
atau dua bulan kenal. Gak gitu caranya. As a human being kita perlu berkompromi
apalagi sampai jadi sepasang kekasih. Dan apakah kompromi itu tidak mengganggu idealisme kita, atau sampai mengusik. Gak ada pasangan yang sempurna. Cocok 100%. Kompromi
itu perlu.
Jangan
buru-buru memutuskan gimana akhirnya, apalagi kalo memutuskannya dengan
terbata-bata karena saran dan opini dari orang lain. Kamu yang menjalani, kamu
yang tahu apakah ini worth it atau enggak. Aku gak bisa lupa, kalo aku bilang
udah lupain kamu that is bulshit. Oke kita beda umur. Aku gak bisa memutuskan
segala sesuatunya tanpa berpikir dua tiga kali. Aku udah gak bisa bebas memilih
tanpa berpikir apa risikonya. Aku perlu matang-matang berpikir. Aku gak bilang
kamu masih kayak anak kecil. No. dari caramu bercerita aja aku paham kamu bukan
anak-anak. Tapi orang dewasa pun punya sisi kekanak-kanakan, itu manusiawi.
Bayangin
kalo aku berpikir pendek untuk pacaran waktu itu dan buru-buru. Let’s say kita
bertahan 3 atau 4 tahun, tapi lalu kita putus karena kamu mulai beranjak dewasa
dan banyak mimpi yang belum kamu raih dan pengen kamu capai. Sadar gak aku umur
berapa waktu itu. Dan putus menghadapi patah hati lagi di usia segitu,
nyembuhin lagi, belum moveon-nya. Itu kenapa banyak orang-orang mendekati usia
25 ke 30 lebih memilih berjaga-jaga tidak lagi aktif mencari. Kita pengennya
sekali ketemu dan itu jadi selamanya. Udah gak ada waktu untuk haha hihi. Serius
cuma jadi pilihan paling logis. Tapi apakah kamu berpikir sampai sana?
Kamu gak salah.
Bebas itu mekanisme bertahan hidupmu. Tapi yakin? Untuk apa yang telah terjadi
di antara kita, kamu mengakhirinya seenaknya, serampangan, tanpa berkomunikasi
dulu, tanya apa yang aku takutkan, apa yang aku pikirkan. Aku gak mau bawa-bawa
umur, karena kau tahu kamu paling gak suka itu. Tapi kamu udah dewasa, jangan
pernah berhenti belajar. Bagaimana cara memperlakukan manusia lain tanpa
menjadikan orang itu berpikir bahwa dia hina dan jadi orang paling jahat di
muka bumi?
Aku
menikmati apa yang terjadi di antara kita, itu dulu kuncinya. Apakah kita happy
waktu itu. Aku mensyukuri sesuatu yang pernah dan sempat terjadi di antara
kita, segala mimpi dan keinginan-keinginan yang akhirnya gak terwujud. Tapi yamau
gimana lagi, itu pilihan hidupmu, caramu menentukan apa yang harus kamu lakuin.
Aku gak bisa apa-apa, aku cuma bisa nulis, jadiin cerita. Gak mungkin bisa lupa
langsung. Aku bukan tipe orang yang kayak gitu. Aku selalu butuh waktu, meski
mungkin kamu enggak.
Intinya,
aku selalu berdoa yang terbaik buat kamu. Maaf aku gak chat kamu waktu berita
duka menimpamu. Percaya, aku mau nyamperin dan ngucapin bela sungkawa buat
kamu, tapi waktu terakhir kalinya kita ketemu aku melihat tatapan yang gak
enak, tatapan menakutkan satu-satunya yang pernah aku terima. Aku takut. Aku seperti gak
melihat Irma yang aku kenal.
Tapi semoga
kamu baik-baik aja, karena jujur aku sangat tidak baik-baik saja setiap ingat
memori-memori ini. Aku berharap kamu selalu sehat dan bisa menghadapi dunia
yang makin ke sini makin gila dan menyakitkan. Dan kalo kamu baca ini, aku
berharap kamu baca, aku masih nunggu chatmu. Paling tidak kita sama-sama butuh
penjelasan. Paling tidak kita perlu mengubah memori-memori yang buruk jadi
memori yang baik meski kita bukan siapa-siapa lagi.
Semoga
tuhan selalu menyertai kamu. Aku selalu berdoa untuk itu. Aaamiin.
Semarang, 19 Oktober 2020
#PeopleSeries adalah pengantar untuk novel kelimaku. Rilis setiap senin. Bercerita tentang orang-orang yang memang pengen aku ceritain. Bisa siapa aja.
No comments:
Post a Comment
Ayo Beri Komentar