Sunday, October 18, 2020

Irma.



Nah ini serius. Harusnya sih jadi serius, tapi kan kamu tahu aku jamet, cuma bedanya bisa nutupin aja. Hahaha. Aku beneran gak tahu kali ini kamu bakal baca atau enggak. Pertama whatsappku udah kamu block. Entah. Kenapa. Kamu juga gak peduli sama apa yang aku posting, bahkan sejak kita deket. Jadi untuk membalas block itu, aku unfollow instagrammu. Artinya mungkin kamu udah gak mau kenal dan berhubungan lagi kan. Yaudah sekalian aja, Irma. Tapi tetep akan aku tulis. Berulang kali aku gak peduli apakah kamu baca atau enggak, tapi sejatinya aku berharap kamu baca dan ngerti. Semoga kamu baca. Kalo salah satu temenmu baca. Iya ini Irma temenmu, yang aku maksud. Tolong beritahu Irma. Ada hal yang berlum selesai.

Aku ngefollow kamu tahun lalu waktu Sal Priadi, Kunto Aji, Didi Kempot manggung di Semarang. Udah aku bilang juga kalo diem-diem aku merhatiin. Aku suka liat postingan tiktokmu, iya suka. Kalo mau tahu alesannya, aku gak tahu, aku suka, setiap kali nonton senyum. Positifnya, kamu ngebawa vibe positif ke orang-orang. Sesuatu yang gak semua orang mampu. Yang mampu pun kadang gak mau. Lalu baru bulan Mei tahun ini, aku berani bales storymu, DM. Di salah satu postingan tiktokmu yang kamu post di instastory. Aku udah berulang kali nulis story ini di postingan blogku yang lain.

Iya aku butuh momentum untuk bikin kamu setidaknya notice. Ada banyak hal yang harus dijelaskan. Kayak kenapa kamu tiba-tiba pergi gitu aja, gak ngasih penjelasan apapun, dan menganggap aku kayak orang jahat. Aku tahu pilihanmu itu dipengaruhi teman dekatmu. Dengerin. Yang merasa insecure, anxious bukan cuma kamu, setiap orang menghadapi strugglenya masing-masing. Kamu gak bisa tutup mata, dan hanya mendengarkan satu omongan dan sampe memengaruhi cara berpikir dan pola pilihamu. Kamu gak bisa buang orang gitu aja, yang sebelumnya udah bikin kamu happy setengah mati. Come on, pertengkaran pasti ada, beda pikiran dan pendapat apalagi. Pertanyaannya kan apa yang harus kita lakukan untuk itu.

Apakah mau diomongin baik-baik, saling respect dan memahami, atau persis seperti yang kamu lakuin. Kamu bilang gak pernah jadi aktor yang ninggalin duluan waktu ada di sebuah hubungan. Kamu bilang karena selalu kamu yang ditinggalin. No. Kamu kemakan omongan kamu sendiri, aku jadi orang pertama yang kamu tinggalin, mungkin. Kenapa? Aku gak tahu. Setidaknya aku gak mau menerka-nerka. Udah kubilang, ketakutan kita sama, kita sama-sama struggling. Jangan biarin orang lain membuat keputusan apa yang harus terjadi di antara kita selanjutnya. Kita punya pikiran dan hati sendiri untuk membicarakan dan memutuskan apa yang terbaik.

Kita happy. Itu dulu. Kenapa pada akhirnya pikiran kita gak sejalan seperti sebelumnya, ya karena kita ketakutan, sampe mana hubungan ini, bakal gimana. Kita, semua orang terlalu takut sama apa yang enggak kita ketahui di masa depan. Tapi lupa menyuskuri apa yang terjadi sekarang. Kita lupa menjalani dan menikmati apa yang sedang tuhan kasih di depan mata. Kalo kamu bilang aku jahat karena tiba-tiba jadi beda. Oke aku jelasin. Aku gak mau hubunganku cuma sebatas formalitas. Aku gak mau aku cuma suka sama idea of being loved. Aku mau aku suka ya karena aku jatuh cinta sama kamu, sama perempuan yang aku ajak ngobrol hampir tiap malam waktu itu. Aku gak mau aku jadiin kamu sekadar objek. Aku mau menjauhkan pikiran itu. Dan aku pikir kamu bakal mendukung itu.

Aku jelas mikir, kalo kamu memang tertarik sama aku kenapa kamu gak peduli sama apa yang aku bikin, buku, podcast, puisi-puisi, film. I don’t know, kalo kamu tertarik sama seseorang ya tunjukkin kalo kamu memang tertarik bukan justru sebaliknya, bikin orang itu bertanya-tanya ini orang beneran tertarik atau enggak. Oke perempuan gak suka nunggu, gak bisa ngomong duluan. Tapi paling tidak bikin aku—atau lelaki lain merasa yakin kalo apa yang terjadi di antara kita ya perasaan cinta.

Kita mungkin sama-sama akan setuju kalo kita sama-sama rentan waktu itu, ceritamu aku paham, ceritaku juga kamu paham. Tapi kalo ternyata kita gak berjalan baik sebagai sepasang kekasih, paling enggak jangan menganggap aku gak ada. Susah menghadapinya, dan kamu tahu itu. Kita masih bisa saling kenal kalo kamu gak mau berteman. Kamu gak boleh buang setiap orang kayak sampah yang menurut kamu gak bisa dan gak akan jadi pacar kamu. Itu kenapa banyak orang merasa gak punya temen. Ya karena mereka merasa sempurna bisa dapetin yang mereka mau, dan ketika ternyata gak bisa dapetin justru ngebuang itu jauh-jauh. Aku bertanya-tanya, kenapa orang-orang gak bisa mengambil keputusan untuk menjalin hubungan biasa aja, berteman kalo menjadi seorang kekasih ternyata gak works, gak worth it.

Bayangin. Bahkan sampe dua bulan aja enggak. Tapi kamu bisa memutuskan orang ini akan berakhir di mana. Aku ngerasa jadi sampah. Aku kalah kan sekali lagi, udah sempat aku bilang, kalo aku selalu kalah. Karena orang-orang gak pernah mau sabar dan menikmati apa yang ada. Aku gak bisa bilang cinta ke orang gitu aja, jelas butuh waktu. Itu kenapa aku sering menolak atau gak membalas kata-kata beberapa perempuan yang ngaku jatuh cinta padahal baru berapa kali ketemu, baru sebulan atau dua bulan kenal. Gak gitu caranya. As a human being kita perlu berkompromi apalagi sampai jadi sepasang kekasih. Dan apakah kompromi itu tidak mengganggu idealisme kita, atau sampai mengusik. Gak ada pasangan yang sempurna. Cocok 100%. Kompromi itu perlu.

Jangan buru-buru memutuskan gimana akhirnya, apalagi kalo memutuskannya dengan terbata-bata karena saran dan opini dari orang lain. Kamu yang menjalani, kamu yang tahu apakah ini worth it atau enggak. Aku gak bisa lupa, kalo aku bilang udah lupain kamu that is bulshit. Oke kita beda umur. Aku gak bisa memutuskan segala sesuatunya tanpa berpikir dua tiga kali. Aku udah gak bisa bebas memilih tanpa berpikir apa risikonya. Aku perlu matang-matang berpikir. Aku gak bilang kamu masih kayak anak kecil. No. dari caramu bercerita aja aku paham kamu bukan anak-anak. Tapi orang dewasa pun punya sisi kekanak-kanakan, itu manusiawi.

Bayangin kalo aku berpikir pendek untuk pacaran waktu itu dan buru-buru. Let’s say kita bertahan 3 atau 4 tahun, tapi lalu kita putus karena kamu mulai beranjak dewasa dan banyak mimpi yang belum kamu raih dan pengen kamu capai. Sadar gak aku umur berapa waktu itu. Dan putus menghadapi patah hati lagi di usia segitu, nyembuhin lagi, belum moveon-nya. Itu kenapa banyak orang-orang mendekati usia 25 ke 30 lebih memilih berjaga-jaga tidak lagi aktif mencari. Kita pengennya sekali ketemu dan itu jadi selamanya. Udah gak ada waktu untuk haha hihi. Serius cuma jadi pilihan paling logis. Tapi apakah kamu berpikir sampai sana?

Kamu gak salah. Bebas itu mekanisme bertahan hidupmu. Tapi yakin? Untuk apa yang telah terjadi di antara kita, kamu mengakhirinya seenaknya, serampangan, tanpa berkomunikasi dulu, tanya apa yang aku takutkan, apa yang aku pikirkan. Aku gak mau bawa-bawa umur, karena kau tahu kamu paling gak suka itu. Tapi kamu udah dewasa, jangan pernah berhenti belajar. Bagaimana cara memperlakukan manusia lain tanpa menjadikan orang itu berpikir bahwa dia hina dan jadi orang paling jahat di muka bumi?

Aku menikmati apa yang terjadi di antara kita, itu dulu kuncinya. Apakah kita happy waktu itu. Aku mensyukuri sesuatu yang pernah dan sempat terjadi di antara kita, segala mimpi dan keinginan-keinginan yang akhirnya gak terwujud. Tapi yamau gimana lagi, itu pilihan hidupmu, caramu menentukan apa yang harus kamu lakuin. Aku gak bisa apa-apa, aku cuma bisa nulis, jadiin cerita. Gak mungkin bisa lupa langsung. Aku bukan tipe orang yang kayak gitu. Aku selalu butuh waktu, meski mungkin kamu enggak.

Intinya, aku selalu berdoa yang terbaik buat kamu. Maaf aku gak chat kamu waktu berita duka menimpamu. Percaya, aku mau nyamperin dan ngucapin bela sungkawa buat kamu, tapi waktu terakhir kalinya kita ketemu aku melihat tatapan yang gak enak, tatapan menakutkan satu-satunya yang pernah aku terima. Aku takut. Aku seperti gak melihat Irma yang aku kenal.

Tapi semoga kamu baik-baik aja, karena jujur aku sangat tidak baik-baik saja setiap ingat memori-memori ini. Aku berharap kamu selalu sehat dan bisa menghadapi dunia yang makin ke sini makin gila dan menyakitkan. Dan kalo kamu baca ini, aku berharap kamu baca, aku masih nunggu chatmu. Paling tidak kita sama-sama butuh penjelasan. Paling tidak kita perlu mengubah memori-memori yang buruk jadi memori yang baik meski kita bukan siapa-siapa lagi.

Semoga tuhan selalu menyertai kamu. Aku selalu berdoa untuk itu. Aaamiin.

 


Semarang, 19 Oktober 2020

#PeopleSeries adalah pengantar untuk novel kelimaku. Rilis setiap senin. Bercerita tentang orang-orang yang memang pengen aku ceritain. Bisa siapa aja.

Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment

Ayo Beri Komentar