Thursday, December 11, 2014

Review Film Supernova


Belum pernah sebahagia ini saya menonton sebuah film. Saya disuguhi pengalaman baru dalam menonton sebuah film. Mungkin hampir saja saya tidak bisa berkata-kata ketika orang menanyakan “Gimana filmnya?”. Turbulensi yang dihadirkan Rizal Mantovani, sungguh sangat luar biasa Indahnya, didukung pemain-pemain yang bisa saya katakan bermain dengan bagus, meski Paula Verhoeven pemeran tokoh Diva sedikit kaku memerankannya. Mengambil set tempat di Bali,Jakarta,Wasington D.C semua Nampak indah menjadi sebuah Sinematografi. Untungnya saya sudah membaca buku Supernova dari sekuel 1-4, jadi saya tidak terlalu mempertanyakan tentang cerita/ sudut penceritaan. Tentang “siapa sebenarnya Supernova”. Saya juga memberikan eplause untuk Arifin Putra tokoh Reuben dalam film tersebut, seorang Gay yang berhasil membuat saya jatuh cinta dengan aktingnya.
Saya bisa melihat Akting cemburu seorang gay, ketika dia mencium kening Dimas pada hari jadinya yang ke 10 tahun, ketika dia membalas “I Lovu You too” pada dimas. Dimas & Reuben berhasil membuat penonton merasa risih di gedung bioskop karena acting seorang Gay, meskipun saya biasa saja melihatnya. Herjunot Ali! Siapa yang bisa mengelak dengan acting Herjunot ali yang luar biasa, di awal film terlihat sosok yang bijaksana, tenang, memainkan ekspresi segampang membalikkan telapak tangan ketika dia menelepon seorang dari kantornya “Harusnya kamu lihat e-mail saya tadi malam” seketika ekspresi marahnya hilang berganti ekspresi “nakal” ketika Rana yang diperankan Raline shah meneleponnya. Rizal Mantovani juga berhasil memproyeksikan Sains yang ditulis oleh Dewi Lestari dalam sebuah film. Saya sedikit tertawa ketika penonton di bioskop menanyakan istilah-istilah yang ada di dalam film tersebut “Turbulensi, distorsi, bifurkasi dan lain sebagainya" meskipun saya tidak mempertanyakan hal itu. Meski akting Fedi Nuril hanya sedikit porsinya, dia juga sangat elegan menjadi seorang pria tegar yang punya hobi menembak. 95% di novel Supernova berhasil diproyeksikan dalam sebuah film. Tapi, saya sedikit tidak setuju ketika sekuel Akar, Petir, dan partikel akan di filmkan juga. Bagi saya Supernova yang sebenarnya hanya ada di Ksatria,Putri dan Bintang Jatuh. Rizal Mantovani juga menghadirkan efek animasi ketika Ferre menceritakan sebuah dongeng Ksatria,Putri dan Bintang jatuh untuk Rana pada sebuah kesempatan Wawancara. Saya juga kaget dengan akting seorang Herjunot ali, apalagi akting ketika di rumah sakit dan percobaan bunuh dirinya yang sempat dia membayangkan masa lalunya yang kelam, meskipun Herjunot ali hanya mengeluarkan ekspresi dan dengan dubbing dari suaranya sendiri..Soundtrack yang dibuat oleh “The King of soundtrack” Nidji juga sangat mendukung. Intinya film ini akan sangat sayang untuk dilewatkan bahkan saya mungkin harus nonton 2x atau bahkan 3x.. bagi kamu yang berpikiran untuk “Melihat DVDnya saja” jangan berharap lebih karena kemungkinan Soraya Flms juga tidak akan mengeluarkannya seperti Nasib film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk yang hingga sekarang belum ada di pasaran. Saya tidak akan mempertanyakan, artistik, Sinematografi hingga efek visual. Semuanya indah, sempurna. Well, Supernova KPBJ adalah salah satu film terbaik yang pernah saya tonton.
Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment

Ayo Beri Komentar