Sunday, October 15, 2023

Para Pembohong dan Keajaibannya Masing-Masing.


 

“Pada dasarnya aku muak dibohongi. Kenapa orang-orang ini susah untuk bilang aja apa-adanya, apa yang hendak mereka mainkan sesungguhnya aku ga begitu paham. Pikiran negatifku kadang mengarah ke hal-hal buruk dan sifat-sifat congkak, misalnya orang-orang ini ga mau kehilangan yang lain, kasarnya menjadikan yang lain sebagai cadangan. Buatku meskipun kamu memilih pilihan yang menurut kamu baik, tapi kamu sampai harus membohongi orang lain, kayaknya itu tetap ga bisa disebut baik. Memang apa susahnya menyelesaikan apa yang sudah kamu mulai? Toh sebelumnya kamu juga ga kenal dia, gak kenal aku, dan hidupmu baik-baik aja.

Apa susahnya bilang enggak, apa susahnya nolak. Apa susahnya bilang jujur. Aku muak dibohongi. Aku muak kalo apa yang aku pikirkan benar terjadi. Aku muak apa yang aku takutkan benar-benar terjadi. Pada dasarnya aku muak dibohongi.”

 

Kutemukan catatan pendek ini sembilan belas jam setelah kematiannya. Kau bisa menebak; ia mati bunuh diri, menyayat lehernya dengan pisau cutter karatan yang ditemukan jatuh di bawah kursi tempatnya mengakhiri hidup. Ia tak meninggalkan pesan apapun—untuk siapapun. Hanya catatan pendek, tentang betapa seringnya ia dibohongi. Ajaib-kah? Seorang mati bunuh diri karena muak dibohongi.

Aku mungkin juga jadi alasannya melakukan hal keji itu. Siapa yang tahu. Siapa yang akan tahu bahwa satu titik nista kecil yang kita tanamkan ke orang lain, akan ia ingat terus, membuat tidur malamnya tak nyenyak. Tentang omonganmu yang labil, kemarin hari bilang A, lalu berubah B, dan kau terus mengelak. Namun ia terus mengingatnya dalam-dalam. Apakah kau pikir satu nista kecil itu tidak signifikan? Lalu bagaimana jika semua orang menaruh satu titik nista itu pada satu orang yang sama. Entah, terserah kau bilang itu tidak sengaja, tapi ia mengingatnya, membuat tidur malamnya tak pernah lebih dari tiga jam.

Aku sekarang memikirkan hal-hal di masa lalu yang membentuk keputusan itu. Bahkan perasaan cinta pun, bisa membuat orang memikirkan kemungkinan itu—mengakhiri hidup dengan cara paling sakit—menyakitkan dan mungkin membuat beberapa dari kita muntah-muntah. Pada dasarnya aku juga muak dibohongi, namun sekarang, mati bunuh diri tidak jadi pilihan sadarku. Kalau mati bagimu adalah pilihan terakhir, kamu jelas butuh aku. Biarkan tuhan yang membunuhmu, biarkan tuhan yang mematikanmu, itu tugasnya. Mati tak seharunya jadi pilihan, sama sekali.

Kau pasti butuh aku. Entah nanti, entah kapan.

Entah,

kita lihat saja.

Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment

Ayo Beri Komentar