“Tuhan, kapan kamu mau membunuhku,
aku ingin mati tapi bukan dengan cara bunuh diri. Kalau boleh aku mau request;
bunuh aku di tidur malamku, biar ga kerasa aja sakitnya. Tapi kalau ternyata
aku bukan jenis manusia yang layak mati tanpa rasa sakit, bunuh aku dengan
cepat. Misal karena ditabrak truk tronton yang menghindari kucing oren yang
lagi bertengkar sama kucing item yang berebut kucing betina. Terlalu banyak
yang, iya maaf, Tuhan.”
Kutemukan catatan lebih singkat itu di
bawah bantal paling empuk yang pernah kutemukan, benar, ia mati ditabrak truk tronton
yang menghindari kucing oren yang lagi bertengkar sama kucing item yang berebut
kucing betina. Iya terlalu banyak yang, Maaf. Tampaknya alam semesta bekerja
sama untuk membuat catatan itu benar terjadi, atau mari kita sebut catatan itu
sebagai doa. Lantas apakah tuhan mengabulkan doa-doa buruk? Tak ada yang tahu,
tak ada yang mengerti.
Biar coba kuceritakan awal kenapa ia
menulis catatan itu. Bayangkan kau sudah siap jatuh cinta, mungkin akan
terdengar aneh, ya tapi aku percaya jatuh cinta bisa dikontrol, kapan kau
mulai, kapan kau berhenti, bahkan kapan kau punya jeda. Ini diluar persoalan
anak muda yang sok punya trust issues sehingga tak lagi mau jatuh cinta.
Tapi itu persoalan lain. Oke mari kita ulangi; bayangkan kau sudah siap jatuh
cinta. Lantas kau bertemu seseorang yang kau rasa tepat, namun kau tidak ingin
terburu-buru langsung menikah. Namun orang itu mengaku tidak sedang ingin
memiliki hubungan dengan siapapun punya trust issues katanya. Oke,
lantas kau menghargai situasinya. Kau jadi dekat dan saling bertukar cerita
tentang apapun, bahkan hal-hal paling privat.
Kau bertemu orang itu dari dating
apps, kau lantas menghapus aplikasi sialan itu, karena kau pikir cukup
bertemu satu orang dan menjadi sedekat itu. Maaf terlalu banyak itu, sudah
terima saja. Tapi kau tahu ia belum menghapusnya, masih bertemu dengan beberapa
orang setelah pertemuannya denganmu. Ia pun mengaku begitu. Dia jadi sering
menceritakan orang-orang yang ia temui dari aplikasi sialan itu. Itu. Itu pun
kau lama-lama merasa jengkel, kita sebut saja cemburu. Ia tahu informasi
tentang kau menghapus aplikasimu, dan kau kesal cerita yang awalnya
menyenangkan berubah jadi cerita kumpulan orang-orang dari dating apps
yang sering ia temui. Dan kau tetap mendengarkannya, meski pada akhirnya kau
harus jujur bahwa kau tidak suka dengan situasi itu.
Lantas tiba-tiba dia dekat dengan
seseorang, kau bisa menebak, iya dari aplikasi sialan itu. Sialnya ia
menceritakannya dengan sukacita, lantas kau berpikir dan akhirnya mengutarakan
apa yang kau rasakan, kau menunggunya sampai ia siap untuk punya hubungan
dengan orang lain, namun orang itu justru sekarang menjalin asmara dengan orang
baru. Orang yang baru saja ia temui di aplikasi yang sama. Kau berpikir bahwa
durasi perkenalan, lama atau sebentar, tidak mempengaruhi apapun. Kau makin
percaya jatuh cinta adalah perkara momentum. Namun satu titik nista kecil
terlintas dipikiranmu, jangan-jangan itu caranya menolakmu, caranya bahwa ia
tidak tertarik denganmu.
Saat pertama kali ia bilang sedang
punya trust issues dan tidak tertarik menjalani hubungan, mungkin ia
sedang menolakmu, dan kau tidak menyadarinya. Ya penolakan yang straight
forward alias to the point tidak lebih menyakitkan dari penolakan yang
abu-abu, menumpuk dosa karena takut bilang tidak. Sama sekali tak manusiawi. Dan
akhirnya kau menyerah, karena kau tak ingin jatuh cinta jadi situasi perlombaan
siapa mendapatkan apa atau siapa.
Barangkali tuhan membunuhmu, untuk
menyelamatkanmu dari orang-orang seperti itu. Kau tak memutus hubungan
pertemanan yang sudah terjalin baik. Namun orang-orang itu menjauh. Hal-hal
yang selalu kau rasakan. Tuntas sudah.
Kau sama sekali tidak berpikir untuk
bunuh diri karena satu orang sialan yang tak punya prinsip dan tak memegang
omongannya. Kau hanya berharap tuhan membunuhmu dengan cara paling senyap. Karena
kau tahu mati adalah urusan tuhan, dan biar ia melakukan tugasnya. Biar tuhan
yang membunuhmu.
Atau sebut saja, menyelamatkanmu.
No comments:
Post a Comment
Ayo Beri Komentar