Monday, October 16, 2023

Biar Tuhan Membunuhmu.


“Tuhan, kapan kamu mau membunuhku, aku ingin mati tapi bukan dengan cara bunuh diri. Kalau boleh aku mau request; bunuh aku di tidur malamku, biar ga kerasa aja sakitnya. Tapi kalau ternyata aku bukan jenis manusia yang layak mati tanpa rasa sakit, bunuh aku dengan cepat. Misal karena ditabrak truk tronton yang menghindari kucing oren yang lagi bertengkar sama kucing item yang berebut kucing betina. Terlalu banyak yang, iya maaf, Tuhan.”

Kutemukan catatan lebih singkat itu di bawah bantal paling empuk yang pernah kutemukan, benar, ia mati ditabrak truk tronton yang menghindari kucing oren yang lagi bertengkar sama kucing item yang berebut kucing betina. Iya terlalu banyak yang, Maaf. Tampaknya alam semesta bekerja sama untuk membuat catatan itu benar terjadi, atau mari kita sebut catatan itu sebagai doa. Lantas apakah tuhan mengabulkan doa-doa buruk? Tak ada yang tahu, tak ada yang mengerti.

Biar coba kuceritakan awal kenapa ia menulis catatan itu. Bayangkan kau sudah siap jatuh cinta, mungkin akan terdengar aneh, ya tapi aku percaya jatuh cinta bisa dikontrol, kapan kau mulai, kapan kau berhenti, bahkan kapan kau punya jeda. Ini diluar persoalan anak muda yang sok punya trust issues sehingga tak lagi mau jatuh cinta. Tapi itu persoalan lain. Oke mari kita ulangi; bayangkan kau sudah siap jatuh cinta. Lantas kau bertemu seseorang yang kau rasa tepat, namun kau tidak ingin terburu-buru langsung menikah. Namun orang itu mengaku tidak sedang ingin memiliki hubungan dengan siapapun punya trust issues katanya. Oke, lantas kau menghargai situasinya. Kau jadi dekat dan saling bertukar cerita tentang apapun, bahkan hal-hal paling privat.

Kau bertemu orang itu dari dating apps, kau lantas menghapus aplikasi sialan itu, karena kau pikir cukup bertemu satu orang dan menjadi sedekat itu. Maaf terlalu banyak itu, sudah terima saja. Tapi kau tahu ia belum menghapusnya, masih bertemu dengan beberapa orang setelah pertemuannya denganmu. Ia pun mengaku begitu. Dia jadi sering menceritakan orang-orang yang ia temui dari aplikasi sialan itu. Itu. Itu pun kau lama-lama merasa jengkel, kita sebut saja cemburu. Ia tahu informasi tentang kau menghapus aplikasimu, dan kau kesal cerita yang awalnya menyenangkan berubah jadi cerita kumpulan orang-orang dari dating apps yang sering ia temui. Dan kau tetap mendengarkannya, meski pada akhirnya kau harus jujur bahwa kau tidak suka dengan situasi itu.

Lantas tiba-tiba dia dekat dengan seseorang, kau bisa menebak, iya dari aplikasi sialan itu. Sialnya ia menceritakannya dengan sukacita, lantas kau berpikir dan akhirnya mengutarakan apa yang kau rasakan, kau menunggunya sampai ia siap untuk punya hubungan dengan orang lain, namun orang itu justru sekarang menjalin asmara dengan orang baru. Orang yang baru saja ia temui di aplikasi yang sama. Kau berpikir bahwa durasi perkenalan, lama atau sebentar, tidak mempengaruhi apapun. Kau makin percaya jatuh cinta adalah perkara momentum. Namun satu titik nista kecil terlintas dipikiranmu, jangan-jangan itu caranya menolakmu, caranya bahwa ia tidak tertarik denganmu.

Saat pertama kali ia bilang sedang punya trust issues dan tidak tertarik menjalani hubungan, mungkin ia sedang menolakmu, dan kau tidak menyadarinya. Ya penolakan yang straight forward alias to the point tidak lebih menyakitkan dari penolakan yang abu-abu, menumpuk dosa karena takut bilang tidak. Sama sekali tak manusiawi. Dan akhirnya kau menyerah, karena kau tak ingin jatuh cinta jadi situasi perlombaan siapa mendapatkan apa atau siapa.

Barangkali tuhan membunuhmu, untuk menyelamatkanmu dari orang-orang seperti itu. Kau tak memutus hubungan pertemanan yang sudah terjalin baik. Namun orang-orang itu menjauh. Hal-hal yang selalu kau rasakan. Tuntas sudah.

Kau sama sekali tidak berpikir untuk bunuh diri karena satu orang sialan yang tak punya prinsip dan tak memegang omongannya. Kau hanya berharap tuhan membunuhmu dengan cara paling senyap. Karena kau tahu mati adalah urusan tuhan, dan biar ia melakukan tugasnya. Biar tuhan yang membunuhmu.

Atau sebut saja, menyelamatkanmu.


Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment

Ayo Beri Komentar