Tuesday, October 17, 2023

Orang-Orang Kesepian Ditabrak Babi.


“Aku ingin bertuhan pada babi, bukan babi yang kotor karena lumpur. Tapi babi-babi pink yang dirawat bersih dan berakhir oleh pisau jagal dan dagingnya kunikmati sebagai nasi campur yang biasa kubeli di vihara, atau ramen daging babi yang enaknya ga karuan. Aku bagian dari orang-orang kesepian, dan babi adalah tuhanku, setidaknya sebelum ia menabrakku, karena kebodohanku yang tetap berlari lurus saat dikejar, saat itu aku tak tahu kalau babi tak bisa berbelok. Apalagi menengok ke atas.”

“Sudah saatnya, ini bukan sekte, tapi pergerakkan. Setidaknya kalo ingin jadi babi, jangan jadi babi yang kotor karena lumpur. Kau bermain-main di lumpur—kotor, bau, dan penyakitan. Ya, aku sedang membicarakan seseorang, atau mungkin lebih dari seorang. Barangkali kau juga sama. Atau mungkin kau bagian dari orang-orang kesepian, yang dikotori oleh babi lumpur—mari sebut saja seperti itu. Kalo kita semua sama-sama babi. Jadilah babi yang terawat. Bersih—pink, menggemaskan.”

Yang satu ini bukan catatan yang kutemukan di mana-mana, hanya isi pikiranku setelah melihat babi-babi di peternakan. Barangkali mantanmu juga babi, babi lumpur. Jangan sebut mereka babi terawat, mereka kotor. Mantan apapun, mau itu mantan pacar, gebetan, mantan selingkuhan—untuk yang satu itu kau juga babi lumpur. Untuk menyebut satu relationship itu toxic, butuh minimal dua orang toxic, dua-duanya pelaku, dua-duanya korban—kalau kau ingin menyebutnya seperti itu. Aneh emang, pelaku sekaligus korban. Ya toxic—paling enak sebut aja bego, tolol, bodohhhhhh. H nya lima. Eh itu enam.

Rasanya pengen nyebut babi. Tapi jangan, orang juga punya pilihan. Dan punya pilihan jelas privilege, tapi kita harus belajar mengakhiri hal-hal yang sudah kita mulai. Harus bisa dan harus berani, ya bukankah hidup memang soal keberanian. Sialnya orang-orang itu justru sepertinya hidup nyaman tanpa beban pikiran setelah mematahkan hati seseorang tanpa pesan apapun. Ya, umumnya kita memang hanya akan mengurusi apa yang harus kita urus. Tapi kau, aku, dan kita semua, terlanjur memulai.

Dan memangnya sesuatu yang dimulai tanpa diakhiri harus disebut apa? Perasaan semua orang itu valid. Validasilah, baik atau buruk. Kita semua hanya butuh belajar menerima semua respon, termasuk respon buruk—yang tak sesuai dengan keinginan dalam hati. Bereaksilah tanpa merugikan, terutama merugikan diri.

Supaya kau tak selalu pakai alasan tumbuh dari keluarga dan orang tua yang buruk, lalu menyebut semua pengalaman dan tindakanmu sebagai “inner child.” Aku paham, tapi kita bisa belajar dan meminimalisir, memangnya selama kau hidup, diberi nyawa dan nafas kau tak belajar apapun selain belajar menjadi bodoh?

Satu kebohongan mengekspose sifat buruk yang lain. Kau harus terus berbohong untuk menutupi fakta. Padahal satu perkataan jujur membuat hidupmu lebih mudah—ringan. Semoga kau berubah jadi babi pink, memang sama-sama akan mati. Tapi kita mati dalam keadaan bersih. Jauh dari kehinaan.


Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment

Ayo Beri Komentar