Friday, October 14, 2016

Bahas #PinkyPromise


Pinky Promise adalah conton film yang efektif. Efektif dalam menceritakan kisah para tokohnya. Bahkan film ini tidak kehilangan nyawa saat ditinggalkan Tante Anin (Ira Maya Sopha). Fokus film berpindah pada Tika (Agni Pratistha). Pinky Promise jelas punya tujuan tersendiri kenapa film ini harus dibuat. Tidak semata-mata untuk memenuhi selera pasar ataupun meraup keuntungan. Film ini dibuat sebagai bentuk kampanye Kanker Payudara.

Selain Ken (Dhea Seto) empat main aktor film ini bermain sangat baik, didukung pembawaan peran yang tidak terkesan dipaksakan. Tokoh Baby yang menjadi Model sengaja dibuat medok dan berasal dari Surabaya. Ini adalah bentuk kecerdasan, dilema. Seksi namun medok, lucu. Saya senang dengan satu tokoh ini, menunggu celetukan-celetukan yang keluar dari mulutnya. Akting singkat Maudy Koenadi berhasil juga mencuri perhatian saya. Benar-benar dimanfaatkan dengan amat baik. Film ini juga punya unsur komedi yang dibalut lebih ke ironi dari para tokohnya. Dialog soal “tetek” bisa dengan mudah menggelitik, terdengar lucu dan tidak sama sekali kotor.

Setiap tokoh punya masalah dan motivasi yang membawa mereka pada satu garis besar cerita. Soal persahabatan, soal perjuangan melawan Kanker Payudara. Meskipun tetap, saya mempertanyakan kejelasan tokoh Chelsea Islan yang hanya menjadi pengantar melalui suara. Chelsea tidak terlalu mendukung peran Vina, Tika, Ken dan Baby. Seperti hanya menjadi pemanis.

Saya suka artistik film ini, apapun yang berada di dalam rumah pink, saya benar-benar suka. Dari cara menata buku dalam rak-rak. Kursi, lukisan, kenapa harus memakai bata-bata. Saya mencintai kedetailan dalam sebuah film. Bagaimana detail-detail kecil bisa membuat film terlihat hidup dan nyata. Pinky Promise mendapatkan hal itu, detail-detail yang digarap dengan serius.

Pinky Promise membuat beberapa tokohnya dipotong botak sebagai bentuk keseriusan dalam berakting. Film ini sadar, mereka tidak bisa sekedar memberi air mata pada para penontonnya. Komedi dalam film ini juga sangat efektif. Saat tika memotong rambutnya lalu listrik padam adalah scene yang saya suka. Bagaimana awalnya membawa emosi penontonnya, lalu seketika dibuat ketawa dengan sangat mudah.

"Lo bilang lo feminis. Tapi, pukul rata semua cowo".
Pinky Promise, So Pink!!

Sekian, terimaksih.

#BanggaFilmIndonesia


Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment

Ayo Beri Komentar