
Tentu
saja, kita tidak bisa meragukan akting setiap pemainnya. Saya suka penampilan
Adipati Dolken di film ini, bagi saya ini film dengan penampilan terbaik
Adipati Dolken dalam sebuah film, bahkan melewati aktingnya sebagai Jenderal
dalam film Soedirman. Chemistry yang dihadirkannya bersama Tika Bravani
benar-benar mencuri perhatian penonton. Tidak diragukan lagi bahwa mereka telah
lama saling mengenal dan dekat. Film ini tidak melewatkan kemungkinan yang bisa
terjadi pada pemain lain. Terbukti, masing-masing tokoh di buat mempunyai
keunikkan. Keunikkan itu langsung dihadirkan melalui suara dari Riva, diawal
film. Lagi-lagi film ini efektif menciptakan tokoh yang benar-benar mendukung
unsur komedinya. Apalagi Adi Kurdi, sangat pantas jika dia masuk dalam Nominasi
Pemeran Pendukung Pria Terbaik FFI 2016. Aktingnya natural, seperti diberi
kebebasan dialog oleh Ifa Ifansyah selaku sutradara.

Awal
saya mengetahui film ini adalah dari seorang teman yang sekolah di Jogja Film
Academy. Sebagai seorang yang menyukai gaya penyutradaraan Ifa Ifansyah sejak
Sang Penari, saya langsung dibuat penasaran akan film ini. Awalnya hanya nama
Ifa yang membuat saya tertarik. Namun, kepercayaan saya terhadap film ini
bertambah ketika nama Tika Bravani, Adipati Dolken dan Adi Kurdi menjadi salah
satu yang menghiasi Cado Cado. Film ini benar-benar memfokuskan diri pada
kehidupan seorang dokter dan Koass, bagaimana kesehariannya dan bagaimana
ketika seorang Koass menghadapi seorang pasien. Bahkan kisah cinta satu arah
antar Riva dan Evi hanya menjadi pemanis bukan inti cerita. Saya bilang satu
arah, karena kecemburuan Evi terhadap Riva hanya digambarkan sebagai
kecemburuan antar seorang sahabat saja. Bagi saya ini menarik, fokus penonton
tidak hanya pada satu inti cerita, penonton bisa menikmati cerita masing-masing
tokoh. Meskipun dalam jumlah porsi sedikit untuk tokoh selain Vena, Riva dan
Evi.

Hal
yang menarik bagi saya, film ini memenuhi tugasnya sebagai pembawai pesan. Ada
dialog-dialog sarkasme yang memperlihatkan keadaan Indonesia pada saat ini.
Bagaimana diawal film adegan sinetron dihadirkan secara sarkas atau
terang-terangan. Contoh ketika Riva mengeluh tentang berita negatif yang terus
ada di TV pada ayahnya dalam satu adegan. Celetukkan tentang dunia kedokteran
yang muncul dari setiap bibir para tokohnya. Saat Riva beralasan menjadi dokter
karena ingin menyembuhkan orang dan Prof. Burhan hanya tertawa meremehkan
alasan Riva. Hal-hal lain yang nyata terjadi di jurusan kedokteran. Ada yang
sekedar ikut-ikutan teman, ada yang karena hidup seorang dokter bisa terjamin
apalagi dokter spesialis.

Saya
tidak sama sekali terganggu oleh gambar yang ditangkap mata kamera. Meskipun awalnya
saya merasa aneh ketika rak-rak buku di perpustakaan justru minim buku. Itu
telihat saat adegan Riva dan Evi di perpustakaan. Tim artistik dan Sutradara
jelas punya maksud juga tujuan tersendiri. Saya membayangkan akan terganggu
ketika rak-rak buku itu justru dipenuhi buku. Padahal dalam waktu yang sama,
adegan itu termasuk menjadi salah satu adegan penting perihal chemistry antara
Riva dan Evi.
Terakhir!
Saya suka Cado-Cado, chemistry antar tokoh terutama Riva dan Evi, skrip yang efektif,
tidak bertele-tele dan jelas. Juga Soundtrack yang easy listening.
Sekian,
Terimakasih.
#BanggaFilmIndonesia
#CadoCadoTheMovie
No comments:
Post a Comment
Ayo Beri Komentar