#ATHIRAH
adalah bentuk kelembutan dari seorang sutradara. Riri Riza berhasil
menyampaikan energi positif kepada penonton melalui film yang lembut dan lugas,
tidak basa-basi. #ATHIRAH menyusun gambarnya secara acak, tanpa ikatan yang
kuat. Garis besar film disampaikan hanya dalam beberapa scene. Membuat
kemungkinan adanya penonton yang bosan ditengah film. Tapi, tidak bagi saya.
Film ini sadar betul bahwa adanya kemungkinan rasa bosan saat menonton, hal itu
ditutupi dengan menyisipkan musik-musik otentik yang ditempatkan pada adegan
transisi & stock shoot yang indah dan efektif.
Jelas
Riri Riza & Miles Film jago membuat setting ditahun sekitar 50 hingga 60an.
Kita tidak lupa film Gie, Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi yang juga punya
Setting tempo dulu. Ruh itu terjadi di #ATHIRAH penggambaran setting yang
sangat real membuat artistik film ini sangat meyakinkan. Tanpa menyalahi struktur
tiga babak (awal, isi, akhir) #ATHIRAH seperti kapal yang berlayar dari satu
perlabuhan ke pelabuhan yang lain. Pelan, lembut tapi lugas dan mengerti arah.

Jelas
ada resiko besar bagi Produser untuk memutuskan mengangkat #ATHIRAH yang
diangkat dari novel karya Alberthine Endah naik ke layar lebar. Isu yang
diangkat #ATHIRAH secara cerita adalah isu yang universal. Bahkan hingga kini
hal-hal itu masih terjadi. Film ini benar-benar memfokuskan diri pada sosok
#ATHIRAH yang rapuh dan sakit hati tapi mencoba untuk kuat dan bangkit. Kisah
cinta UCU juga disampaikan benar-benar sangat tegas dan lugas, tanpa basa-basi.
Ini yang saya suka. Saya tidak perlu membagi fokus saya pada lebih dari satu
objek film.

Epilog
atau akhir film ini juga lewat narasi suara tokoh UCU dewasa, yang
"sialnya" suara tetap mirip dengan suara Nelwan di narasi awal film.
Hal ini membuat saya tersenyum dan berkata "sialan" dalam hati.
Getaran suara, logat dan cara berbicara benar-benar persis. Padahal dari dua
orang yang berbeda.
Cara
editing #ATHIRAH menunjukkan perasaan dan emosi tokoh-tokohnya. Contoh ketika
UCU remaja membaca surat dari ibunya. Gambar dipotong tiga kali secara tegas
hingga tokoh UCU memasukkan surat ke laci lalu menutupnya. Film ini padu dengan
sangat baik. Sadar betul untuk tidak memaksakan durasi yang pada akhirnya akan
merusak film itu sendiri.
Saya
sempat bertanya kenapa harus mengganti tokoh Ida & UCU saat dewasa, karena
itu bisa mengganggu konsistensi film itu sendiri. Untungnya tokoh dewasa itu
keluar hanya di akhir film tidak memakan waktu dan durasi. Sekali lagi
disampaikan secara tegas dan lugas. Tanpa basa-basi.
Terakhir.
Menonton #ATHIRAH juga bisa membuat perut kita kenyang!!
Sekian,
Terimaksih.
#BanggaFilmIndonesia
#ATHIRAH
#ATHIRAH
No comments:
Post a Comment
Ayo Beri Komentar