Sunday, September 25, 2016

Bahas #FFB2016


Mari kita hentikan euforia Festival Film Bandung. Saya akan mencoba membahasnya satu per satu. Saya berhasil menebak setidaknya 6 dari total 11 nominasi Film Bioskop. Tidak sulit untuk menebak Rudy Habibie sebagai Film Terpuji, melihat FFB sangat memfokuskan diri pada film-film macam ini. Seperti Tjokroaminoto di tahun 2015 dan Soekarno di tahun 2014.

Rudy Habibie juga mendapatkan dua penghargaan keaktoran. Pemeran utama wanita terpuji lewat Chelsea Islan dan Pemeran pembantu wanita terpuji lewat Indah Permatasari. Dua nominasi itu juga sesuai dengan prediksi saya. Meskipun Dua penghargaan itu diraih dua orang sekaligus. Ine Febrianti lewat film Nay dan Nova Eliza lewat Aach, Aku Jatuh Cinta.

FFB2016 juga memberikan dua gelar terpuji pada dua nominasi lain. Skenario Terpuji lewat Ngenest & Aisyah: Biarkan Kami Bersaudara juga Penata Musik Terpuji lewat AADC dan Badoet.

Memberikan dua gelar terpuji dalam satu nominasi adalah ciri khas FFB. Setahu saya tidak ada festival film selain FFB yg memberikan dua gelar juara. Entah, antara dua peraih itu memang layak atau pengamatan juri yang kurang bisa menentukan satu pilihan. Well, kita lupakan paradigma dua juara dalam satu nominasi itu. Biarkan itu tetap menjadi ciri khas FFB & biarkan menjadi pertanyaan besar saya.

Tidak masuknya SITI sebagai Film terbaik FFI 2015, Surat Dari Praha sebagai Film Terbaik Usmar Ismail Award & A Copy Of My Mind yg membawa Joko Anwar meraih piala sutradara terbaik di FFI cukup mengagetkan saya. Apa yang menjadikan FFB tidak memasukkan tiga film itu cukup membuat saya terus bertanya "kenapa". Alasan dibalik itu, paradigma yang dipakai dalam penjurian.

Kita tidak lupa SITI juga meraih terbaik di FFI dalam dua nominasi lainnya. Penata Musik & Skenario Asli. Surat Dari Praha, membawa Tio Pakusadewo & Angga Dwimas Sasongko di Usmar Ismail Award dan A Copy Of My Mind yg juga meraih Aktris terbaik dan penata suara terbaik di FFI. 

Mungkin FFB 2016 ingin tampil beda, salah satunya dengan memasukkan Jingga yang hanya menjadi pemanis setiap nominasi, juga Aisyah dan 3 yang masing2 mendapatkan satu penghargaan terpuji. Yang cukup mengagetkan saya adalah ketika My Stupid Boss meraih penata artistik terpuji. Kalo juri memfokuskan diri hanya pada artistik tokoh Boss memang tidak salah. Tapi sayangnya kita berbicara soal film keseluruhan yang artinya, menurut saya AADC2 berhak mendapatkan predikat itu.

My Stupid Boss punya kesalahan kecil tapi fatal, karena kesalahan kecil itu tercipta pada properti yang dipakai tokoh Boss, seperti kabel mic yang terlihat lewat lekukan baju dan pelapis kepala yang tampak lentur (empuk) pada satu adegan ketika tokoh Boss menggaruk-garuk kepala. Saya mengira Reza akan mendapat predikat terpuji lewat Rudy Habibie, karena menjadi Boss pun sosok Habibienya tetap saja belum hilang.

Untuk pemeran pembantu pria saya setuju Tanta Ginting sebagai terpuji, seperti di tahun 2014 yang membawa dia juga meraih pemeran pembantu pria terpuji lewat film Soekarno. Pun juga Sutradara Terpuji yang diraih oleh Anggy Umbara. Untuk pemeran pembantu wanita terpuji saya lebih memilih Indah Permatasari ketimbang Nova Eliza. Sederhana saja, porsi Nova Eliza tidak sebanding dengan porsi permainan Indah di film Rudy Habibie. Perlu diketahui kata "pembantu" mengartikan bahwa peran itu bertujuan untuk membantu tokoh utama dalam pencapaian akting, bukan sekedar menjadi pelengkap. Sayangnya, Nova Eliza di Aach, Aku Jatuh Cinta tidak banyak membantu pencapaian film & tokoh utama, cenderung hanya menjadi pelengkap.

Yang menjadikan bingung adalah Pemeran Wanita terpuji. Chelsea Islan & Ine Febriyanti keduanya benar2 menjadi ruh dalam film, top performa. Chelsea Islan dengan logat Polandia dan dialog dalam Bahasa Indonesia, tidak mudah mencapai hal itu. Chelsea Islan adalah salah satu aktor dengan akting menangis yang baik dan tidak terlihat aneh apalagi memaksa. Ciri khas menangis dengan Gesture sesenggukan seperti menahan nafas benar2 menjadi kartu AS bagi Chelsea Islan. Memilih dua pemenang di nominasi ini adalah pilihan yang tidak salah. Saya setuju. Tapi, jika disuruh memilih satu, saya akan memilih Chelsea Islan.

Akting monolog Ine Febriyanti menjadi satu-satunya nyawa dalam film Nay. Selain Djenar Maesa Ayu yang dengan tangan dinginnya mendirect Ine menjadi perempuan yang sangat rapuh dan sakit. Saya lama mengenal Ine Febriyanti melalui panggung teater, dalam Film Nay pencapaian dia melebihi pencapaiannya dalam dunia teater. Chelsea Islan dan Ine Febriyanti dua aktor dengan skill dan Inner yang baik dan mumpuni.

Menjadi pertanyaan. Film yang menang dalam satu festival film harus meraih nominasi apa untuk menjadi film terbaik. Seperti SITI, dia dinobatkan menjadi film terbaik karena meraih Skenario Asli Terbaik. Biasanya film terbaik meraih paling tidak skenario, sutradara atau Pemeran utama terbaik. Seperti Cahaya Dari Timur: Beta Maluku di FFI 2014, yg membawa Chicco meraih Aktor Utama Terbaik,  sehingga membawa filmnya menjadi yang terbaik juga. Contoh film luar adalah Spotlight dalam ajang OSCAR 2016. Spotlight meraih Skenario Asli terbaik yang cukup menghantarkannya menjadi film terbaik.

Satu lagi yang agak membuat telinga saya gatal adalah ketika seorang mengibaratkan FFB seperti Golden Globenya Indonesia atau sebagai ajang pemanasan sebelum FFI. Perlu diketahui bahwa Festival Film Bandung punya cara penilaian dan paradigma tersendiri. Menyamakannya dengan festival lain adalah opini yang kurang masuk di akal dan tidak mendasar.

Sekian, terimakasih.
#BanggaFilmIndonesia
Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment

Ayo Beri Komentar