Mari kita hentikan euforia
Festival Film Bandung. Saya akan mencoba membahasnya satu per satu. Saya
berhasil menebak setidaknya 6 dari total 11 nominasi Film Bioskop. Tidak sulit
untuk menebak Rudy Habibie sebagai Film Terpuji, melihat FFB sangat memfokuskan
diri pada film-film macam ini. Seperti Tjokroaminoto di tahun 2015 dan Soekarno
di tahun 2014.
Rudy
Habibie juga mendapatkan dua penghargaan keaktoran. Pemeran utama wanita
terpuji lewat Chelsea Islan dan Pemeran pembantu wanita terpuji lewat Indah
Permatasari. Dua nominasi itu juga sesuai dengan prediksi saya. Meskipun Dua
penghargaan itu diraih dua orang sekaligus. Ine Febrianti lewat film Nay dan
Nova Eliza lewat Aach, Aku Jatuh Cinta.
FFB2016
juga memberikan dua gelar terpuji pada dua nominasi lain. Skenario Terpuji
lewat Ngenest & Aisyah: Biarkan Kami Bersaudara juga Penata Musik Terpuji
lewat AADC dan Badoet.
Memberikan
dua gelar terpuji dalam satu nominasi adalah ciri khas FFB. Setahu saya tidak
ada festival film selain FFB yg memberikan dua gelar juara. Entah, antara dua
peraih itu memang layak atau pengamatan juri yang kurang bisa menentukan satu
pilihan. Well, kita lupakan paradigma dua juara dalam satu nominasi itu.
Biarkan itu tetap menjadi ciri khas FFB & biarkan menjadi pertanyaan besar
saya.
Tidak
masuknya SITI sebagai Film terbaik FFI 2015, Surat Dari Praha sebagai Film
Terbaik Usmar Ismail Award & A Copy Of My Mind yg membawa Joko Anwar meraih
piala sutradara terbaik di FFI cukup mengagetkan saya. Apa yang menjadikan FFB
tidak memasukkan tiga film itu cukup membuat saya terus bertanya
"kenapa". Alasan dibalik itu, paradigma yang dipakai dalam penjurian.
Kita
tidak lupa SITI juga meraih terbaik di FFI dalam dua nominasi lainnya. Penata
Musik & Skenario Asli. Surat Dari Praha, membawa Tio Pakusadewo & Angga
Dwimas Sasongko di Usmar Ismail Award dan A Copy Of My Mind yg juga meraih
Aktris terbaik dan penata suara terbaik di FFI.
Mungkin
FFB 2016 ingin tampil beda, salah satunya dengan memasukkan Jingga yang hanya
menjadi pemanis setiap nominasi, juga Aisyah dan 3 yang masing2 mendapatkan
satu penghargaan terpuji. Yang cukup mengagetkan saya adalah ketika My Stupid
Boss meraih penata artistik terpuji. Kalo juri memfokuskan diri hanya pada
artistik tokoh Boss memang tidak salah. Tapi sayangnya kita berbicara soal film
keseluruhan yang artinya, menurut saya AADC2 berhak mendapatkan predikat itu.
My
Stupid Boss punya kesalahan kecil tapi fatal, karena kesalahan kecil itu
tercipta pada properti yang dipakai tokoh Boss, seperti kabel mic yang terlihat
lewat lekukan baju dan pelapis kepala yang tampak lentur (empuk) pada satu
adegan ketika tokoh Boss menggaruk-garuk kepala. Saya mengira Reza akan
mendapat predikat terpuji lewat Rudy Habibie, karena menjadi Boss pun sosok
Habibienya tetap saja belum hilang.
Untuk
pemeran pembantu pria saya setuju Tanta Ginting sebagai terpuji, seperti di
tahun 2014 yang membawa dia juga meraih pemeran pembantu pria terpuji lewat
film Soekarno. Pun juga Sutradara Terpuji yang diraih oleh Anggy Umbara. Untuk
pemeran pembantu wanita terpuji saya lebih memilih Indah Permatasari ketimbang
Nova Eliza. Sederhana saja, porsi Nova Eliza tidak sebanding dengan porsi
permainan Indah di film Rudy Habibie. Perlu diketahui kata "pembantu"
mengartikan bahwa peran itu bertujuan untuk membantu tokoh utama dalam
pencapaian akting, bukan sekedar menjadi pelengkap. Sayangnya, Nova Eliza di
Aach, Aku Jatuh Cinta tidak banyak membantu pencapaian film & tokoh utama,
cenderung hanya menjadi pelengkap.
Yang
menjadikan bingung adalah Pemeran Wanita terpuji. Chelsea Islan & Ine
Febriyanti keduanya benar2 menjadi ruh dalam film, top performa. Chelsea Islan
dengan logat Polandia dan dialog dalam Bahasa Indonesia, tidak mudah mencapai
hal itu. Chelsea Islan adalah salah satu aktor dengan akting menangis yang baik
dan tidak terlihat aneh apalagi memaksa. Ciri khas menangis dengan Gesture
sesenggukan seperti menahan nafas benar2 menjadi kartu AS bagi Chelsea Islan.
Memilih dua pemenang di nominasi ini adalah pilihan yang tidak salah. Saya
setuju. Tapi, jika disuruh memilih satu, saya akan memilih Chelsea Islan.
Akting
monolog Ine Febriyanti menjadi satu-satunya nyawa dalam film Nay. Selain Djenar
Maesa Ayu yang dengan tangan dinginnya mendirect Ine menjadi perempuan yang
sangat rapuh dan sakit. Saya lama mengenal Ine Febriyanti melalui panggung
teater, dalam Film Nay pencapaian dia melebihi pencapaiannya dalam dunia
teater. Chelsea Islan dan Ine Febriyanti dua aktor dengan skill dan Inner yang
baik dan mumpuni.
Menjadi
pertanyaan. Film yang menang dalam satu festival film harus meraih nominasi apa
untuk menjadi film terbaik. Seperti SITI, dia dinobatkan menjadi film terbaik
karena meraih Skenario Asli Terbaik. Biasanya film terbaik meraih paling tidak
skenario, sutradara atau Pemeran utama terbaik. Seperti Cahaya Dari Timur: Beta
Maluku di FFI 2014, yg membawa Chicco meraih Aktor Utama Terbaik, sehingga membawa filmnya menjadi yang terbaik
juga. Contoh film luar adalah Spotlight dalam ajang OSCAR 2016. Spotlight meraih
Skenario Asli terbaik yang cukup menghantarkannya menjadi film terbaik.
Satu
lagi yang agak membuat telinga saya gatal adalah ketika seorang mengibaratkan
FFB seperti Golden Globenya Indonesia atau sebagai ajang pemanasan sebelum FFI.
Perlu diketahui bahwa Festival Film Bandung punya cara penilaian dan paradigma
tersendiri. Menyamakannya dengan festival lain adalah opini yang kurang masuk
di akal dan tidak mendasar.
Sekian, terimakasih.
#BanggaFilmIndonesia
No comments:
Post a Comment
Ayo Beri Komentar