Sunday, February 21, 2016

Ran Fleuriste #2 Episode 9


Apa yang harus dikatakan oleh seorang wanita ketika tiba seorang pria di depan matanya? Lalu memintanya untuk terus menatapnya sampai matahari terbenam dan terbit lagi. Si Pria hanya meminta Si Wanita terus menatapnya—tanpa batas yang berdiri di antara mereka. Di saat yang sama Si Wanita tidak bisa menatap Si Pria karena ada perasaan orang lain yang dia jaga. Seseorang yang memelihara perasaannya dengan sangat baik. Si Pria mencoba menjalin hubungan dengan seseorang yang baru—mencoba melupakan seseorang yang telah lama memelihara perasaannya, tapi begitu cepat membunuh dan mengobrak-abrik perasaannya. Si Pria berkata pada Si Wanita tepat di depan matanya “Memang terasa aneh mencoba menjalin hubungan dengan seseorang yang baru disaat kita masih belum bisa melupakan seseorang yang dulu—yang telah lama menghuni bagian terdalam hati kita.”

Ketika sepasang kekasih yang memiliki banyak kesamaan, mereka sangat percaya diri akan keberhasilan hubungan yang mereka bangun. Tapi, mereka lupa. Bahwa, suatu hubungan ibarat air laut yang punya siklus pasang-surut. Terkadang, hubungan yang terlihat baik di atas kertas, belum tentu berhasil di kehidupan nyata. Sepasang kekasih yang saling menguatkan, mengatakan bahwa suatu hubungan hanya butuh keperayaan di antara mereka. Agaknya mereka lupa, bahwa kepercayaan ibarat Anggrek, Indah tapi mudah rapuh, butuh kondisi yang tepat supaya Anggrek bisa tumbuh subur, tanpa kondisi yang baik Anggrek akan mudah mati.

Ranum berhenti menulis, air matanya menetes ketika Anggrek yang dia tulis mengingatkan dia pada kejadian di Tropea Beach, Italy. Seorang pria yang dia yakini bisa menjadi pelipur lara, mematahkan semua kata yang pernah di ucapkan, menghancurkan kenangan yang pernah dibuat bersamanya, meremukkan hati yang diserahkan padanya dengan sukarela. Ranum bangkit dari meja kerjanya, kedua tangannya membasuh muka. Ranum menuju jendela yang berada di kamarnya, menatap keluar. Kenangan di Tropea Beach benar-benar melambatkan ingatannya. Masa lalu benar-benar membuatnya berjalan lambat, membuat kebingungan yang tak kunjung usai, antara membuat masa depan baru atau memperbaikki masa lalu yang sempat jadi masa depannya.

Ranum meyakini satu hal, bahwa mereka yang mabuk akan cinta masa muda, hidupnya terpenjara dengan nafsu. Hingga dia lupa, seluruh yang dia punya telah hilang dengan cuma-cuma. Manusia tidak pernah bersahabat dengan penyesalan. Penyesalan adalah musuh yang susah ditaklukkan, karena datang tanpa diduga. Musuh yang bisa membuatmu hancur perlahan, menggerogoti seluruh tubuhmu, merusak sistem otakmu. Mematikanmu hingga ke dalam. Penyesalan bisa membuatmu menjadi lebih baik, tapi juga bisa membuatmu menjadi manusia yang lebih buruk dari sebelumnya. Ranum paham betul dengan penyesalan. Dia tidak ingin musuh terbesarnya kembali ke kehidupannya dan menghancurkannya sekali lagi.

Ponsel Ranum berdering, buru-buru Ranum mengambil ponsel yang berada di tempat tidurnya. Satu pesan dari Rain.

“Aku di perjalanan menuju rumahmu.”

Ranum melihat jam di ponselnya, hampir pukul delapan, Ranum menepuk keningnya, Dia benar-benar lupa janji malam ini. Lalu Ranum buru-buru menelpon Rain.

“Iya, Ran. Gimana?”

“Aduh, Rain. Aku bener-bener lupa kalo ada janji sama kamu, malam ini.”

“Yah… Terus gimana dong?”

“Di rumah aku aja gimana? Kita gak perlu pergi keluar.”

“Oh gitu? Yaudah gapapa.”

“Maaf ya Rain, aku bener-bener lupa.”

“Iyaudah gapapa, santai aja.”

“Makasih, Rain.”

“Sama-sama, Ranum.”

“Aku tunggu ya.”

“Oke, bye, Ranum.”

“Bye.” Ranum menutup telponnya. Bergegas merapikan kamarnya. Lalu pergi mandi.

Duapuluh menit berlalu, Rain sudah berdiri di depan pintu memakai setelan jas tanpa dasi, Ranum masih memakai Bathrobe putih usai mandi dengan rambut yang digerai. Menuju pintu depan lalu membukakan pintu untuk Rain.

“Hai, Rain, Maaf lama, habis mandi” Rain sedikti kaget, terpesona dengan Ranum yang mengenakan Bathrobe putih.

“Iya gapapa, ini buat kamu.” Rain memberikan satu buket tulip merah.

“Oh, Makasih” Ranum tersenyum, menghirup aroma tulip.

“Masuk Rain” Rain melayangkan pandang.

“Duduk, Rain. Aku ganti baju dulu ya.” Ranum menutup pintu. Rain hanya tersenyum dan mengangguk.

Sepuluh menit Rain menunggu, Ranum datang mengenakan kaus putih lengan panjang dan celana pendek hitam di atas lutut dengan rambut yang sudah di kuncir.

“Maaf ya, Rain. Jadi nunggu lama deh.”

“Iya gapapa, kok kamu bisa lupa sih? Padahal tadi pagi bilangnya gak akan lupa” Rain terkekeh, tersenyum menatap Ranum.

“Iyanih, aku seharian nulis di kamar, sampai lupa waktu” Ranum tertawa.

“Oh gitu, nulis apa emang?” Tanya Rain.

“Nulis yang bisa ditulis aja, mau lihat?”

“Boleh” Ranum bergegas mengambil laptop di kamarnya.

Ranum kembali dengan membawa laptop yang setengah terbuka, meletakkannya di meja. Ranum menyilahkan Rain membacanya. Sambil Rain membaca, Ranum pergi ke dapur—menyiapkan minuman untuk Rain.

Ranum kembali dengan membawa dua Snifter dan satu botol Red Wine, Monte Alpha. Ranum menuangkannya pada Snifter yang dia bawa. Meletakkannya di samping Rain yang masih fokus membaca.

“Gimana, Rain?” Kata Ranum setelah Rain selesai membaca.

Rain menutup laptop, menatap Ranum dalam-dalam.

“Kamu kenapa Rain?”

Rain masih terdiam menatap Ranum dalam-dalam. Ranum mengalihkan pandang.

“Perasaan siapa yang masih kamu jaga, Ran?”

“Kenapa kamu bilang gitu?” Tanya Ranum

“Tulisanmu.” Rain mengambil Snifter berisi Red Wine, lalu meminumnya.

“Nggak, nggak ada” Ranum mengelak.

“Coba tatap aku” Rain memegang kedua tangan Ranum.

Ranum  menatap Rain, Ibu jari Rain mengelus pergelangan tangan Ranum.

“Apa yang harus dikatakan oleh seorang wanita ketika tiba seorang pria di depan matanya?” Tanya Rain.

Ranum masih terdiam, menatap Rain dalam-dalam. Rain mendekatkan genggamannya membuat Ranum mendekat. Ranum masih menatap Rain hingga tanpa sadar, ujung hidung mereka menempel. Pelan-pelan Ranum menutup kedua matanya, ketika bibir Rain menyentuh bibirnya.



(BERSAMBUNG)
Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment

Ayo Beri Komentar