Friday, April 24, 2015

ARTHUR (Episode 6)


Arthur dan Ana duduk semakin dekat, seperti ada medan magnet diantaranya. Arthur mengambil biskuit kelapa dan dipegangnya ditangan kiri, Arthur memakannya beberapa. Arthur cerdik, dia sengaja menyingkirkan biskuit kelapa itu agar tidak ada lagi jarak antara dia dan Ana.

“Apa yang sedang kamu cari Arthur?” Ana bertanya. Lautan yang dipenuhi dengan ombak besar berubah menjadi tenang, suara angin nampak jelas bertabrakan dengan pohon-pohon kelapa.
“Kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu?”
“Ah, mukamu tidak bisa membohongiku, Arthur. Kamu tidak pandai berbohong, kamu ingin menemui ayahku kan?. Apalagi kalau bukan ada sesuatu yang ingin kamu cari dari ayahku?” Ana mengmbil biskuit kelapa yang sudah dimakan setengahnya ditangan Arthur.

“Kamu memang satu-satunya orang yang selalu bisa menebak tentangku” Arthur tertawa, merasa bangga mempunyai teman seperti Ana. “Aku ingin mencari informasi dari ayahmu tentang kematian ayahku, Ana” Arthur menatap lembut mata Ana.
“Apalagi yang ingin kamu cari, Arthur? bukankah para Anei sudah pernah menjelaskan tentang kematian ayahmu?” Ana menolak tatapan lembut Arthur.
“Ada yang mengganggu pikiranku, Ana. Semalam aku bermimpi tentang ayahku. Di mimpi itu semua nampak jelas, seperti nyata. Seperti ada pesan yang ingin disampaikan ayahku. Aku ingin mencaritahu apa maksud mimpi itu, Ana.”

“Lalu, apa yang ingin kamu lakukan setelah kamu mengetahui semua tentang kematian ayahmu, Arthur?” Ana menatap lautan luas. Mencoba menghindar dari tatapan Arthur. Ana tidak pernah kuat berlama-lama menatap mata Arthur. Hatinya selalu berdebar setiap Arthur mentapnya.

“Aku ingin menuntut kematian ayahku, aku yakin ayahku mati bukan karena usianya yang sudah tua, pasti ada sesuatu yang disembunyikan para Anei dariku.”Arthur mendekati Ana, kini tidak ada lagi jarak diantara kedunya, paha dan bahunya bertemu. Ana merasa canggung dengan situasi yang dia hadapi sekarang, Arthur benar-benar mentapnya dari dekat meski Ana tidak membalas tatapan Arthur. Jantung Ana berdebar keras, nafasnya tidak beraturan, keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Ana tidak bisa menghindar, dia tidak mungkin, dia tidak ingin salah bertingkah di hadapan Arthur.

“Arthur, kamu tidak perlu cari tahu sejauh itu, kamu masih muda, nyawamu bisa terancam” jemari Ana saling beradu, matanya menatap gambar di baju Arthur..
“Kamu tidak perlu khawatir nyawaku, Ana. Aku akan baik-baik saja, aku akan bertanya pada ayahmu, cara masuk ke Balai Kota dengan aman, tanpa ada curiga dari penjaga” Arthur melingkarkan tanganya ke pundak Ana.

“Kamu tidak kasihan dengan ibumu Arthur?, aku yakin kamu belum bilang ibumu kan?” Ana menjadikan pundak Arthur sebagai bantalnya, moment ini yang selalu di inginkan Ana sejak lama. Arthur membenarkan letak duduknya, membuat Ana melingkarkan tanganya pada punggung Arthur.
“Setelah ini, aku akan memberitahu ibuku, kamu tidak usah khawatir Ana, kamu terlalu romantis untuk bersikap khawatir padaku” Arthur tertawa kecil, tangannya mengusap pundak Ana.. Pipi Ana memerah belum pernah dia sedekat ini dengan Arthur, terakhir dia dan Arthur tidur bersama dirumah Ana, itu pun 15 tahun yang lalu ketika Ana dan Arthur masih sangat kecil, hanya sebatas takut tidur sendirian karena ditinggal kerja orang tuanya.”Lalu, apakah kamu mau ikut mencari tahu bersamaku, Ana?” Arthur bertanya, tatapannya nampak serius, mata Ana melirik menatap Arthur yang menunggu jawabannya.

“Aku belum bisa jawab, tapi asalkan bersamamu aku tidak bisa menolak ajakanmu, Arthur” Arthur dan Ana melepaskan situasi yang tadi mereka ciptakan, kini mereka duduk seperti biasa, saling tersenyum dan menatap, Arthur tidak menjawab perkataan Ana. Tangan mereka memegang erat ujung kursi. Arthur mendekati wajah Ana, hidung dan dahi keduanya bersentuhan, saling beradu, mereka berdua tertawa. Arthur masih belum menjawab perkataan Ana, sampai Ana bertanya kenapa Arthur diam. Arthur hanya tersenyum, senyuman khas yang dimimpikan Ana setiap malam. Arthur menciumnya membuat mata Ana terpejam..


(Bersambung)
Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment

Ayo Beri Komentar