Friday, January 8, 2016

Ran Fleuriste #2 Episode 2


Aku sadar bahwa kenangan melambatkan ingatan. Prancis membuat luka yang sudah ada terus meradang. Tapi, Belanda berhasil menyembuhkannya dengan baik. Melupakan kenangan di Le Cordon Bleu dan membawa sisanya ke Belanda bukanlah perkara yang gampang. Aku dan Ranum sudah saling mengenal sejak lama, sejak Ranum belum mengenal dan memahami bunga-bunga, Ranum masih polos, Aku yang selalu  membawanya keluar dari segala penderitaan yang dia alami, terlebih soal pria.

Seorang pria datang lagi di kehidupan Ranum, mencoba menutup luka hati Ranum dengan semua rayuan maut yang dimilikinya. Rain Galvin, pemilik kedai kopi paling terkenal seantero Belanda, Rain Coffee. Aku bersekutu dengannya, aku percaya bahwa dia orang yang baik dan bisa meluruskan dogma Ranum tentang pria. Aku tidak ingin lagi melihat Ranum jatuh di pelukan orang yang salah. Aku kenal betul Ranum. Cinta membuatnya mati gaya, dia selalu malu-malu mengungkapkan perasaannya. Tapi, aku selalu percaya, bahwa dia bisa mencintai dengan baik, matanya selalu mengungkapkan itu.

Rain Galvin membuktikan perasaannya begitu jelas, dengan membuka cabang baru Rain Coffee tepat di samping tokoku. Sayang, Ranum tidak melihatnya sebagai itikad baik. Hanya karena Rain mengungkapkan perasaannya terlalu cepat, Ranum jadi apatis. Aku belum bisa meyakinkan sahabatku itu. Itu pilihannya. Itu prinsip yang selalu dia jaga. Menurutnya prinsip adalah harta manusia yang tidak bisa dibeli. Aku tidak bisa mempengaruhinya terlalu banyak.
Aku mencoba meyakinkan Ranum tentang perasaan Rain. Ranum selalu punya alasan yang tidak bisa aku sanggah, dia wanita kuat seperti pohon kelapa yang tumbuh di sekitar pantai. Dia tidak mudah ditaklukan hanya dengan kalimat-kalimat rayuan para pria. Meskipun aku tahu dia sedikit menyimpan hati untuk Rain, aku melihat dari sorot matanya.

Aku menyayanginya lebih dari yang bisa aku tanggung. Percakapanku dengannya di belakang toko adalah mediaku untuk terus terkoneksi dengannya. Selalu ada hal baru dari setiap percakapan.

“Hey, Sean. Kamu tahu nggak kenapa bintang jumlahnya banyak?”

“Kenapa? Hmm, mungkin karena bintang beranak-pinak? Sekali keluar, ibu bintang bisa melahirkan ratusan bintang…”

“Memangnnya kucing. Ngaco kamu, Sean.”

“Terus karena apa, Ranum?”

“Karena jumla bintang mengikuti jumlah populasi manusia di bumi.”

“Ha? Buat apa? Kenapa bintang menyesuaikan jumlah populasi manusia di bumi?”

“Karena masing-masing dari kita punya satu bintang di langit malam. Dia selalu ada di sana, mengawasi dan menemani kita. Seperti sekarang.”

“Hmm.. Oke. Sekarang aku mau tanya, kenapa nggak semua bintang keluar di malam hari?”

“Kamu salah, Sean. Mereka selalu keluar, kamu nggak bisa lihat, karena kamu nggak menyadari kalau mereka sebenarnya ada.”

“Ha?”

“Sekarang, coba tutup matamu, Sean.”

Aku menutup mataku, mengikut Ranum.

“Rasakan kehadiran bintang-bintang itu, Sean. Rasakan lebih dalam, temukan bintangmu, sentuh dia, Sean. Pegang…”

Aku menggerakkan tanganku, membayangkan persis kata-kata Ranum, aku meraih bintangku. Rasanya begitu nyata, aku menggengamnya erat. Bintang itu bersinar terang—menyilaukan mata. Tanganku terasa hangat, aku bisa berkaca pada bintangku…  Tapi ada yang aneh, aku tidak mendengar suara Ranum lagi setelahnya. Ketika aku membuka mata, Ranum tidak ada di sampingku.

“Ranum!!!”

Aku tidak sadar, sudah hampir satu jam aku menutup mata, mencoba meraih bintangku. Ranum memberitahuku lewat telepon. Dia sudah di rumah ketika aku membuka mata.

Ranum benar, malam itu Ranum mengajarkanku untuk menyadari segala seuatu yang tidak terlihat. Bahwa segala sesuatu selalu ada ditempatnya, Kita bisa memilih untuk menyadarinya atau tidak. 

Musim panas di Belanda mencapai tigapuluh derajat, menandakan akan banyak mahasiswa di Belanda yang memanfaatkan libur musim panas selama dua bulan untuk berkeliling ke tempat-tempat eksotis di Eropa, di bawah guyuran sinar matahari yang hangat. Musim panas juga ditandai dengan Summer Internship. Para mahasiswa dibebaskan untuk bekerja fulltime tanpa rekomendasi dari pihak univeristas. Karena selain internship dari Universitas, para mahasiswa hanya diperbolehkan untuk bekerja part time dengan durasi kerja sepuluh jam selama satu minggu.

De Parade juga sudah dibuka. De Parade adalah festival teater keliling yang menyerupai sirkus. Diselenggarakan sepuluh sampai limabelas hari selama musim panas. Biasanya De Parade singgah di empat kota. Rotterdam, Den Haag, Utrecht dan Amsterdam. Di Amsterdam De Parade singgah di Martin Luther King Park, 15 menit jalan kaki dari stasiun Amstel. Banyak orang yang menggunakan trem 4 dari Amsterdam Centraal Station untuk pergi ke De Parade atau naik bus malam 355 menuju Victoriplein.


Pagi setelah percakapanku dengan Ranum malam itu. Aku melihat Ranum bertemu seorang pria, aku tidak tahu siapa pria itu, aku hanya bisa melihat punggungnya dari kejauhan. Beberapa detik setelahnya, pria itu pergi. Ranum membawa satu buket tulip merah ditangannya. Raut wajahnya setengah bingung. Aku buru-buru masuk ke tokoku ketika Ranum memalingkan wajah ke arahku. Aku mengambil ponselku di saku celemek, lalu mengirimkan pesan untuk Rain—memberitahu apa yang baru saja aku lihat…

(BERSAMBUNG)
Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment

Ayo Beri Komentar