Aku
sadar bahwa kenangan melambatkan ingatan. Prancis membuat luka yang sudah ada
terus meradang. Tapi, Belanda berhasil menyembuhkannya dengan baik. Melupakan
kenangan di Le Cordon Bleu dan membawa sisanya ke Belanda bukanlah perkara yang
gampang. Aku dan Ranum sudah saling mengenal sejak lama, sejak Ranum belum
mengenal dan memahami bunga-bunga, Ranum masih polos, Aku yang selalu membawanya keluar dari segala penderitaan yang
dia alami, terlebih soal pria.
Seorang
pria datang lagi di kehidupan Ranum, mencoba menutup luka hati Ranum dengan semua
rayuan maut yang dimilikinya. Rain Galvin, pemilik kedai kopi paling terkenal
seantero Belanda, Rain Coffee. Aku bersekutu dengannya, aku percaya bahwa dia
orang yang baik dan bisa meluruskan dogma Ranum tentang pria. Aku tidak ingin
lagi melihat Ranum jatuh di pelukan orang yang salah. Aku kenal betul Ranum.
Cinta membuatnya mati gaya, dia selalu malu-malu mengungkapkan perasaannya.
Tapi, aku selalu percaya, bahwa dia bisa mencintai dengan baik, matanya selalu
mengungkapkan itu.
Rain
Galvin membuktikan perasaannya begitu jelas, dengan membuka cabang baru Rain
Coffee tepat di samping tokoku. Sayang, Ranum tidak melihatnya sebagai itikad
baik. Hanya karena Rain mengungkapkan perasaannya terlalu cepat, Ranum jadi
apatis. Aku belum bisa meyakinkan sahabatku itu. Itu pilihannya. Itu prinsip
yang selalu dia jaga. Menurutnya prinsip adalah harta manusia yang tidak bisa
dibeli. Aku tidak bisa mempengaruhinya terlalu banyak.
Aku
mencoba meyakinkan Ranum tentang perasaan Rain. Ranum selalu punya alasan yang
tidak bisa aku sanggah, dia wanita kuat seperti pohon kelapa yang tumbuh di
sekitar pantai. Dia tidak mudah ditaklukan hanya dengan kalimat-kalimat rayuan
para pria. Meskipun aku tahu dia sedikit menyimpan hati untuk Rain, aku melihat
dari sorot matanya.
Aku
menyayanginya lebih dari yang bisa aku tanggung. Percakapanku dengannya di
belakang toko adalah mediaku untuk terus terkoneksi dengannya. Selalu ada hal
baru dari setiap percakapan.
“Hey,
Sean. Kamu tahu nggak kenapa bintang jumlahnya banyak?”
“Kenapa?
Hmm, mungkin karena bintang beranak-pinak? Sekali keluar, ibu bintang bisa
melahirkan ratusan bintang…”
“Memangnnya
kucing. Ngaco kamu, Sean.”
“Terus
karena apa, Ranum?”
“Karena
jumla bintang mengikuti jumlah populasi manusia di bumi.”
“Ha?
Buat apa? Kenapa bintang menyesuaikan jumlah populasi manusia di bumi?”
“Karena
masing-masing dari kita punya satu bintang di langit malam. Dia selalu ada di
sana, mengawasi dan menemani kita. Seperti sekarang.”
“Hmm..
Oke. Sekarang aku mau tanya, kenapa nggak semua bintang keluar di malam hari?”
“Kamu
salah, Sean. Mereka selalu keluar, kamu nggak bisa lihat, karena kamu nggak
menyadari kalau mereka sebenarnya ada.”
“Ha?”
“Sekarang,
coba tutup matamu, Sean.”
Aku
menutup mataku, mengikut Ranum.
“Rasakan
kehadiran bintang-bintang itu, Sean. Rasakan lebih dalam, temukan bintangmu,
sentuh dia, Sean. Pegang…”
Aku
menggerakkan tanganku, membayangkan persis kata-kata Ranum, aku meraih
bintangku. Rasanya begitu nyata, aku menggengamnya erat. Bintang itu bersinar
terang—menyilaukan mata. Tanganku terasa hangat, aku bisa berkaca pada
bintangku… Tapi ada yang aneh, aku tidak
mendengar suara Ranum lagi setelahnya. Ketika aku membuka mata, Ranum tidak ada
di sampingku.
“Ranum!!!”
Aku
tidak sadar, sudah hampir satu jam aku menutup mata, mencoba meraih bintangku.
Ranum memberitahuku lewat telepon. Dia sudah di rumah ketika aku membuka mata.
Ranum
benar, malam itu Ranum mengajarkanku untuk menyadari segala seuatu yang tidak
terlihat. Bahwa segala sesuatu selalu ada ditempatnya, Kita bisa memilih untuk
menyadarinya atau tidak.
Musim
panas di Belanda mencapai tigapuluh derajat, menandakan akan banyak mahasiswa
di Belanda yang memanfaatkan libur musim panas selama dua bulan untuk berkeliling
ke tempat-tempat eksotis di Eropa, di bawah guyuran sinar matahari yang hangat.
Musim panas juga ditandai dengan Summer Internship. Para mahasiswa dibebaskan
untuk bekerja fulltime tanpa rekomendasi dari pihak univeristas. Karena selain
internship dari Universitas, para mahasiswa hanya diperbolehkan untuk bekerja
part time dengan durasi kerja sepuluh jam selama satu minggu.
De
Parade juga sudah dibuka. De Parade adalah festival teater keliling yang
menyerupai sirkus. Diselenggarakan sepuluh sampai limabelas hari selama musim
panas. Biasanya De Parade singgah di empat kota. Rotterdam, Den Haag, Utrecht
dan Amsterdam. Di Amsterdam De Parade singgah di Martin Luther King Park, 15
menit jalan kaki dari stasiun Amstel. Banyak orang yang menggunakan trem 4 dari
Amsterdam Centraal Station untuk pergi ke De Parade atau naik bus malam 355
menuju Victoriplein.
Pagi
setelah percakapanku dengan Ranum malam itu. Aku melihat Ranum bertemu seorang
pria, aku tidak tahu siapa pria itu, aku hanya bisa melihat punggungnya dari
kejauhan. Beberapa detik setelahnya, pria itu pergi. Ranum membawa satu buket
tulip merah ditangannya. Raut wajahnya setengah bingung. Aku buru-buru masuk ke
tokoku ketika Ranum memalingkan wajah ke arahku. Aku mengambil ponselku di saku
celemek, lalu mengirimkan pesan untuk Rain—memberitahu apa yang baru saja aku
lihat…
(BERSAMBUNG)
(BERSAMBUNG)
No comments:
Post a Comment
Ayo Beri Komentar