Tuesday, August 18, 2020

jangan menunda pertemuan;


 

Aku lagi gak enak badan, setelah bangun dan menyadari bahwa realita ideal yang kuinginkan ternyata baru sebatas mimpi pengantar tidur. Lalu satu menit kala mengumpulkan nyawa rasanya aku ingin melakukan perjalanan waktu, dan melihat realita apa yang terjadi di hidupku dalam lima tahun ke depan. Paling tidak aku memahami apa yang sudah kulakukan sehingga menjadi efek domino atas apa yang terbentuk di masa depan. Sekalipun buruk, penerimaan adalah satu-satunya jalan dari pilihan berisiko yang dijalani.

Ah, tampaknya kita suka membicarakan hal-hal baik padahal kita tidak benar-benar melakukan itu, kita sering membagikan sesuatu yang tampaknya sering kita lakukan padahal tidak, sebetulnya kita sangat menginginkan itu ada di hidup kita. Kita memproyeksikan segala sesuatu yang baik tanpa pernah benar-benar menjalaninya.

Kita jatuh cinta, kita tertarik, kita menyukai seseorang atau sesuatu yang dilakukan tanpa berkata pada diri sendiri, apakah ini benar-benar perasaan yang muncul atau sekadar rasa penasaran yang kadang mengganggu. Kita terlanjur mengucapkannya lantas kita tersadar bahwa ternyata benar, itu hanya rasa penasaran karena kegabutan kita yang tidak pernah diisi apa-apa. Kita terlanjur, dan kita tidak sama sekali merasa bersalah. Malah kita merasa tenang-tenang saja, sama sekali tidak sensitif.

Jangan pernah menunda pertemuan, untuk alasan apapun. Karena ketika kamu benar-benar tertarik pada seseorang, kamu akan memberikan waktu dan tenagamu untuk orang itu. Menunda pertemuan hanya akan menghilangkan perasaan-perasaan yang terbentuk dan akhirnya luruh tak membekas. Mungkin bagimu itu hal biasa, mungkin bagimu tak ada pengaruhnya. Lalu coba kamu pikirkan baik-baik bagaimana dengan perasaan orang tersebut.

Kau janjikan pertemuan, namun kau gagalkan tanpa ampun. Kau memintanya untuk memberikan waktu sekadar untuk mendengar kamu bercerita, lalu kau saat itu juga tidak ada kabar, atau tidak serius menanggapi balasannya, padahal kamu yang meminta. Bagaimana jika orang itu masih terus menunggu dan kamu malah asik dengan yang lainnya. Dan bagaimana jika orang itu merasakannya berjuta-juta kali, dan kamu hanya orang ke sejuta kalinya yang memperlakukan dirinya seperti sampah.

Tidakkah kamu berpikir mungkin orang itu akan merasa dirinya tidak pantas untuk siapa-siapa, lalu bagaimana jika ia terus berjuang dari pikiran bodoh untuk mengakhiri hidup, tapi kehadiranmu justru menguatkan niatnya itu? Apakah kamu masih ingin keras kepala, arogan, dan egois. Bahwa jika kamu tidak bisa mengharagai waktu orang lain, barangkali kamu juga tidak bisa mengharagai segala bentuk kehidupan di dunia.

Apakah kamu tidak malu pada seorang yang masih bersikap baik padamu, padahal kamu tidak sekali dua kali mengecewakannya? Membuatnya sedih? Atau sampai mebuatnya marah. Dan lebih parahnya lagi kau seenaknya, tidak tahu terima kasih, tidak sempat minta maaf. Atau jika pun kamu memaafkan, kamu akan mengulanginya lagi dan lagi, seolah permintaan maaf itu hanya angin lewat dengan debu-debu kotor yang beterbangan.

Tidakkah kamu malu jika orang itu masih berbuat baik, tanpa merasa dendam. Ia pemaaf dan kamu masih seenaknya, merasa semua orang berlaku jahat dan tidak adil padamu. Padahal kamu juga begitu. Jangan menunda pertemuan untuk meminta maaf, jangan menunda pertemuan untuk jatuh cinta, jangan menunda pertemuan untuk saling memuji, jangan menunda pertemuan untuk berteman. Pertemuan adalah satu-satunya jalan untuk mengenal, untuk mengasihi, untuk saling mencintai. Jika dengan saling bertatapan saja kamu enggan, jangan terus-terusan meminta tolong, datang saat butuh, dan jadi bajingan saat merasa aman.

Jangan sampai penyesalan paling buruk harus kamu rasakan, kehilangan adalah sifat yang paling sulit diterima jiwa manusia. Saat kita bicara tentang kehilangan, kamu baru akan merasakan betapa jahatnya kamu, bukan hanya pada diri sendiri tapi juga orang lain. Menunda pertemuan hanya akan mendatangkan penyesalan. Apalagi jika kamu hanya memberikan janji iya, namun sama sekali tidak berniat menemuinya, berjumpa, bertemu. Jaga sikapmu, jaga mulutmu. Karena itu adalah cerminan dari siapa temanmu, siapa keluargamu, bahkan siapa jodohmu.

Jangan sampai dengan sifat seenakmu itu, kamu menghilangkan orang-orang baik dari dunia, dari kehidupanmu, dari lingkunganmu. Karena mendapatkan perlakuan baik dari orang lain adalah sebuah privilege, membalasanya dengan perlakuan baik juga bagian dari privilege, karena tidak semua orang mampu. Kebanyakan dari kita berkekspektasi untuk mendapat balasan dari kebaikan yang kita lakukan.

Tidakkah kamu mampu untuk sekadar berbuat baik? Bahwa dengan perbuatan baik itu, kamu merasa tenang dan nyaman untuk menjalani hari-hari yang mungkin buruk. Tidakkah perbuatan baik adalah hal paling mudah yang mungkin bisa kita lakukan. Kenapa kita tidak bisa sekadar berbuat baik, kenapa orang lain tampaknya mudah melakukannya tapi kita tidak. Atau jangan-jangan kita terlalu berharap dan berekspektasi untuk mendapatkan perlakuan baik tanpa memberikan itu pada orang lain. Kita masih egois, arogan, dan keras kepala. Tanpa menyadari bahwa mungkin kita merasakan itu semua, ya karena kita sendiri

Jangan pernah menunda pertemuan, karena sebelum itu dilakukan kita tidak pernah tahu bagaimana perasaan orang lain atau bahkan bagaimana perasaan kita sendiri. Jangan pernah menunda pertemuan tanpa belajar bagaimana merespon reaksi orang lain. Bahwa jawaban dari segala yang kamu inginkan tidak selalu tentang iya dan persetujuan yang lain. Penolakan dan kata tidak juga bentuk jawaban dan respon dari reaksi orang lain. Dan kamu harus terbiasa akan hal itu. Jangan arogan, jangan egois, jangan keras kepala untuk hanya ingin mendengar kata iya.

Penolakan hanyalah bagian dari hidup yang tiap hari berkeliaran di sekitar kita, pahami itu, biasakan diri. Jangan seenaknya, hidup bukan milikmu seorang. Kamu cuma numpang, ikuti aturan mainnya, jangan pakai aturan main sendiri dan memaksa yang lainnya untuk ikut aturan mainmu.

Pertemuan adalah privilege, makin banyak kamu memahami segala perspektif, makin baik juga kamu merespon segala reaksi, bahkan yang belum pernah kamu lalui. Jangan pernah menunda pertemuan, jangan pernah gengsi, tapi tetap bawa dirimu, jaga dirimu. Jangan terlena, percayakan segala sesuatunya pada insting-insting baik. Bahwa jika dengan niat baik segala yang baik pasti akan mengikuti. Jangan pernah menunda pertemuan. Lebih baik tidak dipikirkan tapi kamu melakukannya, daripada tidak melakukannya tapi kamu tidak henti-hentinya memikirkan.


Semarang, 19 Agustus 2020

Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment

Ayo Beri Komentar