Thursday, December 7, 2017

Romantisme yang Subtil dalam Film Satu Hari Nanti


Bagaimana jika Satu Hari Nanti pasanganmu merasa bahwa kamu adalah alasan dari semua ketidaknyamanan yang ada di hidupnya. Bagaimana jika Satu Hari Nanti kamu menikmati perselingkuhanmu dengan orang lain. Bagaimana jika Satu Hari Nanti kamu menyadari ada yang lebih penting dari sekadar hubungan dengan kekasihmu. Dan bagaimana jika Satu Hari Nanti itu adalah hari ini?

Satu Hari Nanti adalah bentuk pergulatan tentang cinta, mimpi, dan pikiran liar manusia. Ketiganya ada menjadi nyawa sekaligus pengantar yang baik sepanjang cerita digulirkan, film ini tidak bernafsu mencoba menawarkan keindahan Swiss dan itu sesuatu yang sangat baik. Film ini fokus pada kompleksitas empat karakter utamanya. Keindahan Swiss hanya menjadi transisi antar gambar saja.

Salman Aristo mungkin berusaha memberitahu kita tentang bagaimana kehidupan orang Indonesia di luar negeri yang pada akhirnya “terkontaminasi” dengan budaya yang ada di sana. Swiss dipakai sebagai latar cerita bukan semata karena keindahan di sana, tapi karena cocok dan sangat mungkin terjadi cerita yang semacam itu. Beda cerita ketika latar yang dipakai adalah Indonesia, mungkin penonton akan merasa aneh.

Ini film tentang kerentanan manusia menghadapi dan memahami apa itu cinta. Dari semua tipe wanita mereka yang patah hati adalah orang-orang paling berbahaya, karena dari sana perselingkuhan bisa terjadi. Bahkan film ini bisa dibilang berhasil menciptakan narasi; bahwa perselingkuhan adalah sesuatu yang sakral, setidaknya bagi saya.

Label 21+ bagi saya adalah sesuatu yang berlebihan, adegan-adegan yang membawa film ini ke rating itu sesungguhnya hanya menjadi penegasan bahwa hal semacam itu adalah sesuatu yang PASTI terjadi di suatu hubungan atau sebuah perselingkuhan. Memangnya apa yang dicari seseorang ketika mereka selingkuh? Mungkin alasannya karena bosan atau mencari pelampiasan, agaknya kita setuju umur hanya sekadar angka.

Ini tipe film yang bisa dibilang jelek banget, bisa dibilang buagus banget. Bisa dibilang sangat membosankan, juga bisa dibilang sangat romantis. Bergantung penonton lebih memilih mana; nafsu, pikiran, atau rasa. Tiga hal itu tidak bisa digunakan bersamaan.

Dan aku sarankan. Pilih rasamu. Film Satu Hari Nanti akan membuatmu menjadi makhluk paling beruntung karena memiliki kekasih yang seutuhnya mencintaimu. Apapun itu. Karena Setiap orang akan sepenuhnya RENTAN saat ia sudah mengenal apa itu perselingkuhan. Apa itu cinta. Hanya dengan rasa saling menyayangi kerentanan itu akan hilang. 

Meski ada detail penyutradaraan yang luput, saya suka cara Salman Aristo menunjukkan pergulatan dan kerentanan keempat tokoh utama dalam menghadapi realita di hidupnya. Sangat kentara bahwa Film Satu Hari Nanti adalah film yang disutradarai oleh seseorang yang memang sebelumnya tidak terbiasa ada di ranah itu. Tapi terlepas dari semuanya, Salman Aristo mampu menggambarkan kerentanan, kegetiran, dan pergulatan yang begitu kompleksnya di Satu Hari Nanti.

Satu Hari Nanti adalah salah satu Film Indonesia favoritku yang rilis tahun 2017. Film ini memilih penontonnya dengan label 21+, artinya butuh kedewasaan untuk menontonnya, butuh keterbukaan antara pikiran dan perasaan. Sungguh Satu Hari Nanti lebih dari sekadar romantis.

Dia menghadirkan sekaligus mengajari pelaku industri film yang sering salah mengartikan apa itu romantisme. Satu Hari Nanti tidak sekadar memberikan kata-kata romantis, tapi dia mempertunjukkan dengan sangat baik apa itu romantisme. Satu Hari Nanti adalah pertunjukkan romantisme yang subtil!


#BanggaFilmIndonesia
Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment

Ayo Beri Komentar