Tuesday, July 14, 2020

sudah kupikirkan baik-baik;



Sudah kupikirkan baik-baik, tidak ada yang benar-benar merasa baik, saat apa yang kamu yakini harusnya berjalan baik. Untuk standard yang kita yakini menjadi kabur, dan menemui jalan buntu saat ia dipertemukan oleh seseorang yang standard hidupnya ditentukan oleh orang lain. Sudah kupikirkan baik-baik, tidak ada yang benar-benar merasa baik, saat apa yang kamu yakini harusnya berjalan baik. Namun ternyata menjadi baik adalah posisi yang sangat tidak ideal, baik memilih kamusnya sendiri. Dan aku bukan bagian dari isi kamus itu, bahkan sampulnya, bahkan judulnya. Aku di luar konstelasinya.

Kupikir segala yang buruk seharusnya tidak ikut campur, buruk adalah kata sifat paling mematikan, ia sembunyi di balik kata baik. Orang-orang menggunakan kata itu sebagai kartu terakhir, kita memutuskan segala sesuatunya tiba-tiba sebelum tepat pada waktunya, kita buru-buru memilih dan menilai, sampai akhirnya harus terang-terangan membenci hanya untuk sekadar lupa. Padahal di lubuk hati paling dalam, membenci adalah perasaan yang perlu kita buang jauh-jauh. Namun apa boleh buat, melupakan seseorang yang selalu memberi memori-memori baik seperti berdiri di atas rel kereta api dan berharap tidak mati saat gerbong-gerbong itu melintas.

Kita pikir kita baik, saat berpikir semua ini demi diri, pikiran dan hati, namun belakangan muncul satu hal di detik terakhir; bagaimana jika kita tidak sedang menyelamatkan diri sendiri, justru sedang menghancurkan apa yang hendak kita perbaiki. Mekanisme dibentuk dari pengalaman yang selama ini kita pelajari, bahwa tanpa adanya kemampuan analitik yang baik, pengalaman hanyalah busa pada air cucian baju ibu, dibuang, dimainkan oleh anak ibu paling kecil, atau paling buruk merusak lingkungan.

Sudah kupikirkan baik-baik, cerita ini ditulis saat kesedihan memasuki hari ke sembilan belas. Aku tidak paham lagi apakah kesedihan bentuk dari sifat baik atau buruk, sedih pada sesuatu yang buruk adalah mesin penghancur yang membabi-buta pikiranmu. Sedih pada pengalaman buruk yang harusnya membentukmu ternyata justru menenggelamkanmu pada badai penuh intrik di dalam kepala. Kesedihan mengambil alih tubuhku, ia menguras seluruh energy lalu pergi. Tanpa pamit, tanpa mengucap hati-hati.

Aku waktu itu merasa ingin menjadi anak kecil. Yang tidak mengenal kesedihan sebagai pembentuk sifat manusia, kesedihan hanya sebagai bagian dari permainan yang ibu akan membantumu untuk tidak lagi menangis. Anak kecil memahami kesedihan lebih hebat daripada kita yang hidup di dunia dengan orang-orang yang tidak tahu diri; meminta maaf tanpa hati, meminta tolong tanpa peduli. Sudah kupikirkan baik-baik, cerita ini ditulis saat amarah memasuki minggu keduanya bernyawa, ia selalu lebih butuh makan daripada inangnya sendiri. Sudah benar-benar kupikirkan. Benar-benar.

Aku sedang berusaha menyembuhkan diri saat cerita ini terjadi, aku yakin, aku hampir merampungkan proses itu. Aku hampir selalu mendengar tiap tangis di detik-detik pergantian malam tiap harinya, tangis-tangis yang menggambarkan sifat buruk dari perpisahan, atau sifat buruk dari mengetahui sesuatu tapi memilih untuk diam dan tidak mengerti apa-apa. Kesedihan-kesedihan membawa kita pada ruang-ruang baru, saat kita pikir, kita butuh orang lain; kita lupa berpikir orang lain juga butuh yang lainnya. Karena mekanisme pertahanan diri yang rentan mudah dihancurkan saat kerapuhan dalam diri membungkus kepalamu, atau bahkan matamu.

Sudah kupikirkan baik-baik pertanyaan ini, setiap kali aku merebahkan tubuh pada malam-malam dingin di kamar tidurku, aku selalu bertanya, mengapa tiap kali rasa sedih datang, kita tidak menemukan bagian dari diri kita yang selalu hadir saat perasaan bahagia menyetubuhi. Aku berpikir seolah ada sosok lain yang sembunyi di dalam tubuh ini, dan ia hanya ingin merasa bahagia, saat kesedihan datang ia pergi, membiarkan kita merasakan sendiri. Aku lelah karena setiap kali aku harus merasakan sendiri aku selalu kalah. Kesedihan selalu menjadi musuh utama umat manusia. Pertanyaan itu sudah kupikirkan baik-baik, mengapa sosok-sosok yang biasanya hadir untuk semua perasaan bahagia menghilang bersamaan dengan perasaan itu. Sudah kupikirkan baik-baik, dan masih kupikirkan baik-baik.

Apa yang akan kita katakan, saat seseorang hadir dan meminta tolong. Apa yang akan kita katakan, saat seseorang itu ternyata baru saja merasakan pengalaman hidup paling pahit dalam sepanjang hidupnya. Aku selalu bertanya-tanya, apa kata-kata yang paling ideal untuk menyembuhkan seseorang dari rasa sakitnya, atau paling tidak membuat orang itu sedikit merasa baik-baik saja. Sejak dulu hingga kini masih kupikirkan baik-baik apa yang seharusnya aku lakukan saat itu terjadi dan mendatangiku. Jangan kau biarkan saat seseorang datang dan menceritakan kesedihannya, karena kau pun butuh orang lain untuk menetralkan kesedihanmu.

Sudah kupikirkan baik-baik, segala hal tentang kesedihan ada baiknya di buang jauh-jauh, namun ternyata merasakan kesedihan sampai benar-benar kering dan habis adalah jalan satu-satunya berdamai pada kesedihan itu. Kita tidak bisa melawan sesuatu dengan mata tertutup atau wajah yang tertunduk. Kita butuh sadar untuk membuka mata, membuatnya ciut dan lari entah ke mana. Sudah kupikirkan baik-baik sampai pada akhirnya kesedihan telah berteman baik dengan diriku, mungkin sebaiknya kamu juga. Sudah kupikirkan baik-baik, menganggap kesedihan sebagai perasaan biasa yang pasti datang, entah apakah pikiran itu akan berujung baik atau buruk. Tapi, sudah kupikirkan baik-baik.

Sudah kupikirkan baik-baik, mulai hari ini. Aku akan merasa baik-baik saja, tetap baik-baik saja, saat hal-hal buruk mampir menghantuiku. Semoga kamu juga baik-baik saja saat itu terjadi di hidupmu. Sudah waktunya kita menang lagi dalam pertarungan antara kesedihan dan perasaan baik-baik saja. Sudah kupikirkan baik-baik, bahwa saat seluruh tubuh, pikiran, dan jiwaku menghendaki baik-baik saja, semua akan bisa kulewati juga dengan baik-baik saja. Sudah kupikirkan baik-baik, semoga kamu juga memikirkannya baik-baik.


Semarang, 15 Juli 2020


Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

1 comment:

  1. Sudah kupikirikan baik-baik tulisan mas Zahid memang kereeen :), hehe

    ReplyDelete

Ayo Beri Komentar