Saturday, January 10, 2015

Review Film Assalamualaikum Beijing


Saya terkesima dengan Film “Assalamualaikum Beijing” garapan sutradara Guntur Soeharjanto, banyak ilmu tentang perkembangan islam di China yang saya dapatkan dari film tersebut. Tapi dibalik semua itu saya akan mencoba me-review film pertama yang saya tonton di bulan januari 2015 ini. Pertama dari tokoh-tokohnya, saya justru tertarik dengan tokoh Sekar yang di perankan oleh Laudia Chintya Bella, kenapa?. Karena sekar menambah kesan menarik dari film ini karena perannya yang lucu, kocak & banyol. Sebelumnya saya belum pernah melihat akting Laudia yang seperti ini, jujur saya kaget dengan aktingnya yang seperti itu. Kalaupun ada festival film dengan kategori pemeran pembantu terbaik untuk sementara ini saya menjagokan “Sekar” tokoh yang sangat suka film korea dan punya hati yang tulus. 


Saya juga tertarik dengan  peran “Zhong Wen” yang diperankan Morgan Oey,  saya lebih terkesima lagi dengan aktingnya yang tenang dan polos menghadapi perempuan, saya merinding ketika dia mengucapkan “Ashima” apalagi ketika berada di rumah sakit dia mengucapkan masalah cinta sempurna”Bahwa tidak perlu fisik sempurna untuk memiliki cinta sempurna”.Saya hampir tidak mengenali bahwa itu memang Morgan. Sampai-sampai penonton dibelakang saya bertanya pada anaknya “Itu yang laki-laki siapa sih namanya”, saya hanya terawa dalam hati karena mungkin saja kalo saya tidak tau morgan saya juga akan mempertanyakan hal itu. Tapi selepas dari itu semua, sampai sekarang saya masih bertanya-tanya kenapa seorang penduduk china yang diperankan oleh Morgan bisa lancar mengucapkan bahasa Indonesia tanpa aksen china? Beda dengan pemandu wisata “Asma” sebelum zhong wen, dia bisa bahasa Indonesia tapi dengan aksen China yang kenal.Apalagi Zhong Wen bilang dia hanya bisa sedikit “Bahasa Indonesia”  menurut saya Zhong Wen justru hanya sedikit mengerti bahasa china. Tapi dialog favorit saya dari Zhong Wen adalah ketika dia bilang “Saya percaya akan adanya tuhan, tapi ragu dengan Agamanya”

Saya juga berterimakasih dengan “Alim Sudio” selaku penulis bahwa dia memasukan beberapa sejarah yang ada di China. Seperti bahwa “Islam masuk ke china dari abad ke 7, melalui jalur suter yang legendaries”, masjid tua yang dibangun pada tahun 996 masehi juga dengan bagus di explor. Pengetahuan tentang the bahwa the menjaga keseimbangan tubuh dan symbol permintaan maaf ketika kamu memberikannya kepada orang lain. Meskipun Konflik batin yang disajikan menurut saya sudah biasa, tapi saya merasakan kegalauan yang hebat jika saya menjadi, asma dan Zhong wen ataupun Dewa yang diperankan oleh Ibnu Jamil. Cerita yang mungkin disengaja agar mirip dengan Legenda Ashima dari Yunan yang setia dengan “Ahei” menambah kuat dari sisi penceritaan. Bisa saya simpulkan bahwa Ashima itu “Asma” dan “Ahei” itu “Zhong Wen”

Teknik kamera memutari tokoh di film ini saya sangat suka, didukung dengan wajah kota Beijing yang mempesona. Sinematografi yang juga sangat indah. Tapi ada juga subtitle yang mungki  terlambat/double pada adegan Asma bertemu Zhong When di bus. Iklan produk yang diselipkan awalnya mengganggu saya, tapi karena tidak berlebihan saya justru menikmatinya.


Saya bisa mendapatkan pesan dari film ini mengenai kesetian tanpa memandang fisik seperti yang dikatakan Zhong Wen bahwa”tidak perlu fisik sempurna untuku mendapatkan cinta sempurna” karena juga seperti apa yang dikatakan Asma bahwa “Cinta itu menjaga, terges-gesa itu nafsu belaka”.
Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

2 comments:

Ayo Beri Komentar