Wednesday, April 21, 2021

waktu yang tepat untuk patah hati


 

Pagi baru saja singgah malu-malu di jendela rumah Dini, persis seperti kura-kura yang menghindari mangsanya. Dini bangun dan membuka tirai setelah tidur malam yang panjang, ia menyipitkan matanya saat sinar matahari lembut menyentuh wajahnya. Hari biasa lainnya, gumam Dini dalam hati. Tidak ada yang menarik, selain suara lagu dangdut yang diputar keras-keras oleh tetangga samping rumah. 24 Jam seolah dangdut adalah tiket VIP menuju surga. Dini kehabisan kata untuk mengumpat atau sekadar menegur bahwa suara lagu itu sudah melebihi terompet akhir zaman, terlebih Pak Samsul yang giginya hampir habis itu selalu memutar satu album dangdut yang sama.

Dini menuju kamar mandi, mengambil handuk merah muda yang dibelinya dari toko peralatan rumah tangga tidak jauh dari rumahnya, toko itu dibangun di atas lahan sengketa yang diperebutkan oleh mantan kepala desa dan sebuah perusahaan IT dari Jakarta. Baru dua bulan toko itu berdiri setelah Pak Bowo, mantan kepala desa memenangkan kasus sengketa itu di pengadilan. Warga menduga lahan itu bagian dari korupsi aparat desa saat Pak Bowo menjabat.

Handuk itu terbuat dari katun premium yang langsung diimport dari India, negara penghasil katun nomor satu di dunia. India juga salah satu tempat yang ingin Dini kunjungi, bukan karena keindahan Taj Mahal, atau metropolitannya New Delhi. Dini kegilaan dengan India setelah ia menonton Slumdog Millionaire. Film itu banyak mengubahnya, Dini sempat mendaftar untuk mengikuti kuis Who Wants To Be a Millionaire namun selalu gagal, meski ia sudah mencobanya 42 kali.

Dini memiliki selusin handuk katun dari India di lemarinya, secara berkala ia mengganti handuk itu dua hari sekali, warna merah muda dipakai Dini setiap weekend, ia percaya merah muda adalah mood yang baik, apalagi hari ini ia akan pergi bersama seorang pria yang ia temui dari aplikasi pencarian jodoh. Sudah seminggu Dini saling bertukar pesan, saling menanyai kabar, saling mengirimkan foto dan pesan-pesan menggoda. Dilihat dari fotonya, pria itu punya jenggot rapi yang baru saja dicukur, alis tebal, juga rambut hitam lebat dan mata hitam bercahaya mirip Dev Patel, aktor yang memerankan Jamal Malik di film Slumdog Millionaire. Saat itu Dini tidak berpikir dua kali, ia langsung menyukainya di detik pertama.

Tidak seperti biasanya, hari ini Dini melakukan hal-hal yang tidak biasa ia lakukan saat mandi. Ia menggunakan dua jenis sabun, pertama sabun batang aroma lavender kedua sabun cair aroma Lily, ia juga menggunakan dua jenis pasta gigi yang berbeda, pasta gigi berbahan kimia dan organik yang juga ia beli di toko milik Pak Bowo. Tidak hanya itu, Dini bershampoo juga dengan dua jenis shampoo yang berbeda, pertama ia menggunakannya di pembukaan ritual mandinya sebelum sabun batang menempel di tubuhnya, yang kedua ia gunakan sebagai hidangan penutup mandi paginya. Ia menghabiskan dua jam di dalam kamar mandi, dan keluar dengan senyum lebar, meski moodnya sedikit berantakan sebab lagu dangdut dari Pak Samsul masih terdengar kencang.

Tiga tahun lalu Dini menolak menggunakan aplikasi pencarian jodoh, karena baginya itu seperti menyerah dan mengakui bahwa dirinya tidak laku dan tidak ahli dalam menggaet hati para Pria. Di tongkrongan ia selalu meledek teman-temannya yang ia tahu memakai aplikasi itu, atau yang pergi kencan dan menemukan pasangan dari aplikasi hina itu. Ia bahkan menjauh dari orang-orang yang menggunakan aplikasi serupa yang kini ia pakai. Namun tiga tahun rasanya cukup cepat untuk mengubah laku manusia.

Dini menjadi adiktif, setelah seorang teman perempuan yang menurutnya tidak lebih cantik dari dirinya dinikahi seorang pria tampan kaya yang ditemui dari aplikasi itu. Dini bahkan tidak ingin menyebut nama aplikasi itu, ia menolak bahwa tinder telah banyak mewujudkan mimpi banyak perempuan untuk memiliki pasangan yang mereka idam-idamkan.

Dini membubuhkan segala jenis make up untuk mempercantik dirinya setelah ia selesai memilih baju apa yang akan ia pakai. Setengah jam berada di depan cermin untuk mencocokan pakaian mana yang paling pas ia pakai untuk kencan pertama, ia memilih dress merah gelap tanpa lengan yang menonjolkan kedua lengannya yang mulus tanpa cacat. Ia membubuhi bibirnya dengan gincu berwarna serupa lalu beberapa kali mencecap untuk merapikan gincu di bibirnya. Hampir tiga jam waktu yang diperlukan Dini untuk merias diri. Ia kini tampak seperti Anne Hathaway dalam film The Intern.

Pukul sembilan lebih tiga puluh menit, Dini menunggu dengan sabar pria yang akan menjemputnya. Keduanya masih saling bertukar emotikon cium dan peluk, seolah tidak ada waktu jeda bagi mereka untuk saling menggoda. Tentu masih dengan satu album dangdut populer yang diputar keras-keras seperti menjadi alarm untuk membangungkan seluruh warga kampung.

Dini sama sekali tidak gugup, ia tahu bagaimana menaklukan pria, bahkan ia selalu membagikan cara itu kepada semua teman perempuannya yang masih tidak memiliki pasangan, meski Dini juga belum memiliki kekasih karena ekspektasinya selalu tidak terpenuhi oleh setiap pria yang ia temui di tinder. Dini menulis pada sebuah caption di second account instagramnya tentang bagaimana mendapatkan hati seorang pria idaman. Ia menulis itu di second accountnya bukan hanya karena lebih privat, tapi juga ia menjaga image, ia pikir itu kenapa banyak perempuan punya second account, untuk lebih bebas memosting apa yang ia ingin tanpa filter, karena di negara ini menjadi perempuan bukan hanya pekerjaan yang sulit, namun juga membutuhkan mental kuat yang seringkali harus siap menerima komentar-komentar tidak mengenakan.

Lima menit scrolling Instagram, Dini dikagetkan oleh Honda Civic hitam yang pelan-pelan terparkir di depan rumahnya, beberapa tetangga termasuk Pak Samsul bahkan sampai penasaran siapa yang mengendarai mobil itu. Beberapa detik kemudian nama Rizal Syarif muncul di notifikasi ponselnya, “aku di depan,” Dini lalu bergegas keluar rumah, menutup pintu, dan merapikan dressnya, seperti seorang yang mengusir debu yang menempel.

“Hey,” Rizal Syarif menyapa. Dini membalas sapaan itu dengan memeluk Rizal Syarif yang membuatnya sedikit gagap karena tidak menduga pelukan itu.

“Hallo,” Dini melemparkan senyum, seluruh jiwa dan pikirannya pelan-pelan ia berikan pada pria dengan jam rolex keluaran terbaru yang tampak berkilau. Rizal Syarif berpakaian rapi dengan kemeja hitam dan celana chinos cokelat, juga Adidas Yeezy warna hitam. Hanya rambutnya saja yang tampak tidak rapi, ia benar-benar mirip Dev Patel dalam series Modern Love keluaran Amazon Prime.

Keduanya lalu meninggalkan jalanan rumah Dini, menyisakan Pak Samsul yang masih terpana dengan Honda Civic kinclong yang baru saja ia lihat. Sesaat lagu dangdut favoritnya tidak lagi terdengar di telinganya.

Persis seperti situasi canggung pada umumnya, Dini dan Rizal Syarif masih terdiam setelah sepuluh menit keduanya meninggalkan rumah Dini. Masing-masing menunggu dan berharap bukan dirinya yang membuka obrolan. Hanya terdengar suara-suara Rizal Syarif menelan ludah, atau Dini yang pura-pura batuk seolah kerongkongannya gatal.

Lagu Ordinary People milik John Legend terdengar di radio, dan secara bersama keduanya menyanyikan lirik pertama setelah intro selesai,

“Suka lagu ini juga?” tanya Dini, meruntuhkan dinding gengsinya untuk bertanya.

“Lumayan, sering dengerin juga. Kamu?” Rizal Syarif tampak tenang, ia benar-benar idaman yang perempuan suka, tipikal misterius dari pria.

“Suka juga,” Dini sengaja tidak melanjutkan kalimatnya, ia tahu ini bagian dari cara menaklukan hati pria yang ia yakini, rules nomer satu adalah menjadi misterius ketika seorang pria terlihat misterius. Karena banyak pria yang pura-pura menjadi misterius hanya karena ingin memberikan kesan pertama yang mengenang.

Obrolan itu lalu berlanjut saat Rizal Syarif menanyakan lagu dangdut yang ia dengar tadi, Dini menjelaskan dengan sukacita, tubuhnya menghadap Rizal Syarif, menunjukkan ketertarikan yang lebih. Rules nomer dua adalah berikan tanda atau kode supaya para pria dapat dengan mudah mengenali situasi dan perasaan apa yang seorang perempuan inginkan. Tentu bukan karena Pak Samsul ia menjadi girang menjelaskan, namun karena Rizal Syarif yang sedari tadi duduk di kursi kemudi membuat hatinya bergetar kencang.

Dini menyentuh lembut lengan Rizal Syarif, entah karena alasan apa, Dini melakukan itu sebagai bentuk aktifitas pada rules nomer ketiga yang ia percayai, yaitu afeksi. Setiap pria menyukai sentuhan, Dini meyakini itu, dan tiga cara itu selalu berhasil membuat pria-pria yang pernah ia temui takluk. Cara ketiga bahkan bisa langsung memperlihatkan bagaimana sifat pria.

Rizal Syarif tiba-tiba berbelok masuk ke tol dalam kota, Dini bertanya dan Rizal Syarif tidak benar-benar menjawab pertanyaannya. Dini penasaran kejutan apa yang akan dibuat Rizal Syarif, ini adalah bagian yang Dini sukai, menjadi penasaran karena Dini bermain-main pada ekspektasi, ia menyukai para pria yang berhasil mematahkan tebakan atau ekspektasinya.

Lima belas menit berada di jalan tol dalam kota, Rizal Syarif keluar menuju ke pinggiran kota, Dini mulai familiar dengan jalanan yang dilalui, jalanan menuju sebuah resort terkenal yang menyuguhkan pemandangan indah. Dini tidak menduga Rizal Syarif akan membawanya ke tempat itu, ia memakirkan mobilnya di depan sebuah villa megah dengan kolam renang besar yang terlihat dari dalam mobil. Dini melihat Rizal Syarif yang tampak tenang melepas sabuk pengamannya.

“Yuk,” ucap Rizal Syarif menatap Dini.

“Ha? Mau ngapain?” tanya Dini, raut mukanya berubah, ia bingung.

“Nginep, sama aku,” Rizal Syarif mencoba memegang paha Dini, namun Dini menghindar. Dini menyandarkan tubuhnya pada kursi, mengambil nafas panjang, membuangnya pelan-pelan, ada banyak sumpah serapah yang tertanam di kepalanya dan siap keluar membabi buta. Kini, raut muka Rizal Syarif berubah, tidak lagi misterius, tidak lagi menyenangkan, bagi Dini lebih seperti pria-pria sange yang sebelumnya selalu ia temui di tinder.

“Anjing, gila lo ya,” Dini berusaha membuka pintu, ia ingin keluar, namun pintu masih terkunci, Rizal Syarif mendekat, berusaha meraih tubuh dan rambut dini.

“Ayolah, gak usah munafik,” Rizal Syarif meraih tangan Dini cepat mengarahkannya pada penis yang mulai tegang, Dini berusaha menarik, semakin Dini menolak Rizal Syarif makin membabi buta. Dini melempar pandangan keluar, ia teriak sekuat tenaga, Rizal Syarif membenturkan kepala Dini pada kaca mobil, membuat Dini terdiam menahan sakit.

“Oke, kalo gak mau nginep,” Dini menoleh melihat Rizal Syarif sudah menurunkan celananya, dan penis yang tegang itu berdiri, Dini menatap Rizal Syarif, melotot, ada tangis yang hampir pecah. Rizal Syarif menyeringai, berusaha kembali meraih tangan Dini. Dengan kekuatan tiga kali lipat, Rizal Syarif berhasil mendaratkan tangan Dini pada penisnya, tangan Dini tidak bergerak, Rizal Syarif mencengkeram kuat tangan Dini berusaha menggerakkannya naik turun, Dini terus menolak dan berusaha manarik tangannya.

Dini mulai menangis, tubuhnya seolah kehilangan kekuatan, ia melemah, Rizal Syarif masih berusaha memenuhi nafsu birahinya dengan tangan Dini yang masih ia cengkeram. Tangis Dini pecah, ia berusaha dengan sisa tenanga menarik tangannya. Melihat Dini melempar muka ke arah luar, dan mendengar tangis yang mulai menganggunya, Rizal Syarif melepaskan cengkeramannya, ia berusaha menenangkan Dini, namun Dini terus menghindar.

Rizal Syarif menunggu Dini untuk berhenti menangis, ia masih berusaha mendapatkan yang ia mau, namun tangis Dini tak kunjung berhenti, gairahnya hilang berubah jadi emosi yang membuncah di kepala. Rizal Syarif menjambak rambut Dini dan membenturkannya sekali lagi ke kaca mobil. Ia menyalakan mobilnya, mengambil arah jalan pulang.

Dini buru-buru turun saat mobil Rizal Syarif terparkir di depan rumahnya, Pak Samsul yang masih menyetel musik dangdut keras-keras melihat Dini yang tertunduk menuju rumahnya. Rizal Syarif lalu bergegas memacu mobilnya dengan kecepatan kencang membuat Pak Samsul berteriak menyuruhnya pelan-pelan.

Dini langsung menuju kamarnya, menutup pintu, satu hari lagi ia habiskan dengan patah hati. Hal-hal yang semakin membuatnya mengerti, rules nomer empat adalah segalanya meski ia selalu berusaha positif thinking. Rules untuk selalu curiga pada setiap pria, ia terlalu naif untuk percaya bahwa setiap pria itu berbeda, ia tidak ingin mengecilkan para pria baik yang keberadaanya tertutup oleh kumpulan pria brengsek yang seringkali eksis dan lebih mudah ia temukan. Jika ada satu keahlian yang ingin ia pelajari, Dini ingin memiliki kemampuan membedakan mana pria baik dan brengsek hanya dari sekali tatap.

Para pria brengsek itu tidak pernah memahami satu hal yang selalu dirasakan setiap perempuan di dunia, bahwa para perempuan merasakan patah hati seribu kali lebih dahsyat daripada yang dialami oleh para pria.



Semarang, 22 April 2021

*cerita ini didasari pada kejadian nyata

kunjungi https://bullyid.org/revenge-porn-help-centre/ jika ada orang yang mengancam akan menyebarkan foto/video pribadimu.

kunjungi https://safenet.or.id jika kamu pernah mengalami tindakan kekerasan seksual

Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment

Ayo Beri Komentar