Seekor merpati terbang melintasi Taman
Bunga Keukenhof ketika Ranum dan Rain duduk berdua di bangku kayu berwarna
putih dan beberapa kelinci putih yang mondar-mandir didepan Ranum
menghalanginya untuk melihat jajaran bunga warna-warni yang tertata rapi dan
membentuk pola lingkaran yang bercabang. Tak biasanya merpati terbang melintasi
Keukenhof yang terletak diantara kota Hillegom dan Lisse. Situasi ini langka,
apalagi Keukenhof hanya dibuka setahun sekali pada
minggu terakhir bulan Maret hingga pertengahan bulan Mei.
Orang-orang
berkeliling mengitari jalan setapak sejauh 15 kilometer untuk melihat lebih dari tujuh juta
bunga Tulip, Daffodil dan Hyacints tapi tidak dengan Ranum dan Rain, mereka
memilih duduk di bangku kayu berwarna putih. Di dekat kumpulan tulip yang juga
berwarna putih. Merpati itu masih saja terbang diatas mereka berputar-putar
seperti orang yang mabuk. Seperti ada pesan yang hendak disampaikan. Ranum dan Rain berbincang-bincang
dan saling melempar opini tentang bunga-bunga yang ada di Taman Keukenhof. Mata
Rain masih terus menatap lesung pipit Ranum yang masih saja berbicara tentang
bunga-bunga yang ada di Keukenhof, Rain memalingkan wajahnya ketika Ranum
menangkap Rain yang memandangi dirinya.
Kelinci putih itu masih
terus mondar-mandir di depan mereka
membuat kesan nyaman jadi sedikit hilang. Tema taman
Keukenhof tahun ini adalah United Kingdom – Land of Great Gardens. Kombinasi
bunga-bunga yang membentuk mozaik Big Ben dan Tower Bridge khas London tempat
yang juga ingin Ranum kunjungi selain Jerman. Tempat yang membuat Ranum jatuh
cinta dengan kultur dan budayanya.
Fashion memang
berubah setiap enam bulan sekali, tapi ada satu hal yang tetap sama: Ranum,
gadis beralis hitam dan berambut pirang dengan sejuta mimpi untuk membahagiakan
banyak orang lewat bunga, kini dia berada di samping pria yang belum lama dia
kenal. Ranum sangat mudah jatuh cinta pada mereka yang hidup tenang dan tidak
terduga. Diam dalam tenang, putih sangat bersih. Hidup tanpa dosa karena tak
pernah sekalipun mengurusi hidup orang lain. Stabil atau mungkin Stagnan.
Siang ini Ranum menemukan
keanehan di langit Keukenhof, seperti ada garis horizontal lurus yang tak jelas
dimana ujungnya, Ranum melongo
benar-benar tak percaya. Pria itu tiba-tiba menyusuri jari-jari Ranum hingga
memegang tangannya, Ranum tidak melepaskan tanganya, sentuhan halus Rain membuat
Ranum merasa nyaman dan tenang.
Ranum kaget, dia
melihat Pria dari Tropea Beach itu berdiri tepat di depan Paviliun Oranje Nassau yang memamerkan koleksi beragam bunga tulip.
Ranum menutupi wajahnya dengan bersandar di pundak Rain. Rain Galvin kaget,
matanya menatap Ranum lembut meganggap Ranum membalas kemesraan yang dia
ciptakan lewat tangan. Beberapa detik setelah Ranum menutup wajahnya di pundak
Rain, pria dari Tropea Beach itu melewati
mereka berdua.
Merpati dan kelinci
itu tiba-tiba menghilang, setelah pria dari Tropea Beach itu semakin jauh dari
tempat Ranum dan Rain duduk. Merpati terbang bersama merpati lainnya. Kelinci putih
itu bersembunyi diantara bunga-bunga di Keukenhof. Pria dari Tropea Beach itu benar-benar
tidak sadar bahwa dia berada di tempat yang sama dengan Ranum. Ranum bersyukur.
Ranum melepaskan wajahnya dari pundak Rain Galvin. Lalu tersenyum ketika Rain
menatap Ranum bingung. Bingung dan bertanya-tanya.
“Kenapa Ranum?” Tanya
Rain.
“Nggak apa-apa,
tanganmu?”
“Oh ini” Rain memegang
erat tangan Ranum, “aku ingin menghangatkan tanganmu”.
Rain sedang bercerita,
Ranum mendengarkan cerita Rain tentang kekasihnya yang meninggalkanya dan pergi
bersama pria lain. Rain melihat kekasihnya sedang bermesraan pada suatu malam
di Tropea Beach, Italia. Rain melihatnya dari penginapan yang berada diatas
tebing di pinggir jalan Tropea Beach. Seorang pria mencium kekasihnya lalu menggendongnya masuk ke dalam sebuah
tenda kemah yang didirikan di Tropea Beach, Italia. Setelah melihat kejadian
yang membuat Rain kaget dan marah besar, lalu Rain menghampiri pria itu, adu pukul
sempat terjadi. Kekasih Rain melerainya. Rain menampar Kekasihnya lalu pergi
tanpa mengucapkan apa-apa.
Ranum melongo apa yang diceritakan Rain,
persis yang dia rasakan ketika pergi ke Tropea Beach, Italia untuk mencari pria
yang meninggalkanya hampir dua tahun.
“Kamu kenal pria itu?”
Tanya Ranum.
“Tidak, aku belum
pernah melihat pria itu sebelumnya. Hanya sekali ketika kejadian itu”.
“Itu pria yang dulu
aku cintai, yang sempat pergi ke Italia karena alasan pekerjaan”.
“Ha? Maksudnya?” Tanya
Rain.
“Pria yang kamu lihat bersama
kekasihmu di Tropea Beach adalah orang yang dulu sangat aku cintai… Dia mantan
kekasihku”. Rain melepaskan genggaman tanganya, menatap mata Ranum dalam-dalam.
Mata Rain dan Ranum berbinar.
Ini bukan Roman
yang sengaja mempertemukan dua orang bernasib
sama. Kenyataanya Rain dan Ranum punya masa lalu yang sama, Membuat mereka
membenci dan antipati. Sama-sama pernah dihianati.
“Ini kebetulan?” Ranum
membalas tatapan Rain dalam-dalam.
“Bukan… Ini takdir, Ranum”
Rain memegang kedua tangan Ranum, ibu jarinya mengusap tangan Ranum perlahan.
“Kalau ini takdir,
kenapa tuhan mempertemukan kita yang punya nasib sama di tempat ini?”.
“Aku tidak tahu,
Ranum. Yang aku tahu, aku mencintaimu sejak pertama kali pergi ke Ran Fleuriste”.
“Jadi, Itu alasanmu
memberikanku kartu namamu? Supaya aku bisa menghubungimu?”.
“Iya, dan kamu benar
menghubungiku”.
“Itu juga alasanmu
kenapa kamu mengajakku bertemu dalam secarik kertas yang kamu berikan bersama
uang untuk membayar tulip pesananmu?”.
“Iya, itu semua benar.
Dan kini kita ada di sini, Ranum”.
“Lalu apa maksudmu
mengajakku kesini?”.
“Ik hou van jou,
Ranum”.
“Maaf. Tapi, aku
belum mencintaimu seperti kamu mencintaiku sekarang”.
“Tidak perlu minta
maaf, Ranum. Aku akan menunggumu dan membuatmu mencintaiku” Ranum terdiam
sesaat, matanya menatap mata Rain dengan lembut, senyumnya mengembang. Ranum memeluk Rain, tangan Ranum dan Rain saling mengusap punggung. Rain
berbisik “Ik hou van Jou, Ranum”.
(Tamat)
No comments:
Post a Comment
Ayo Beri Komentar