Hmm,
oke akan aku lanjutkan kisah V dari drama sebelumnya. Aku akan memandumu dalam
menegakkan kisah dalam cerita ini. Siapkan dirimu, aku akan memberi waktu
untukmu mengambil camilan dan minuman yang bisa membantu meningkatkan gairahmu
dalam membaca kisah ini. Oke? Akan aku beri satu menit dalam hitungan ketiga.
Satu, dua, tiga…
Aku
melihatnya berdiri menatap dinding putih di belakang rumahnya. Di dinding itu banyak kode angka, Valensi dan
massa atom dalam unsur-unsur kimia. Dari Aktinium hingga Rubidium. Dari Ac sampai Rb. Dari 3 ke 1. Dari – sampai 1,53.
Kamu paham? Tidak? Hmm, mungkin belum. Jangan khawatir aku akan memandumu
menyelesaikan masalah ini. Buka unsur-unsur kimia dalam susunan periodik SMA
yang kamu simpan rapi dalam kardus cokelat di atas lemari pakaianmu. Akan aku
beri waktu dua menit, lalu pelajari kode angka, valensi dan massa atom dari
semua unsur yang ada. Oke, dalam hitungan ketiga silahkan ambil barang itu.
Satu, dua, tiga…
Aku
melihat perempuan itu membawa spidol hitam yang dipegangnya di tangan kanan dan
catatan kecil di tangan kirinya. Perempuan itu telanjang bulat, dia mulai
menuliskan satu unsur di dinding putih itu, Sangat dekat hingga payudaranya
menempel lembut pada dinding putih itu. Hmm, tahan nafasmu jangan sampai
terengah-engah, aku tahu yang ada di pikiranmu, tapi tolong kesampingkan dulu
pikiran binalmu soal perempuan yang aku maksud. Rapikan baju dan celanamu,
tegakkan lagi posisi dudukmu, jangan membaca ini sambil tiduran di kasur
apalagi di lantai. Akan sangat berbahaya, jadi lebih baik duduk saja. Akan aku
beri waktu tiga menit untukmu bangkit dari kasurmu. Oke, siap? Ingat, dalam
hitungan ketiga. Satu, dua, tiga…
Perempuan
itu menuliskan unsur Indium dalam simbol dan kode angka 49, juga 3 dalam valensinya.
Perempuan itu juga menuliskan nama di bawahnya. Jerman Ferdinand Reich dan
Hieronymus Theodor Richter, lalu merabanya sesaat. Oke, apakah kamu tahu
siapakah kedua nama itu? Belum? Oke, akan aku bantu. Mari buka Tab baru dalam
gadgetmu. Tuliskan Google.com dan ketik nama itu di mesin pencari google,
tunggu beberapa detik pilih satu artikel saja. Lalu baca dengan teliti tanpa
melewatinya. Aku tahu kamu tidak suka membaca sesuatu yang tidak ada urusanya
denganmu. Tapi, untuk mengetahui kisah ini kamu harus melakukannya. Kesampingkan
egomu, Ingat itu. Akan aku beri waktu empat menit. Kita mulai dalam hitungan
ketiga. Satu, dua, tiga…
Sudah?
Ah, kamu berbohong. Aku akan menghentikan cerita ini jika kamu belum
mencarinya. Ini akan mendukungmu untuk mengetahui kisah yang ada dalam drama
ini. Jangan malas! Akan aku beri waktu lagi untukmu sebelum aku melanjutkannya,
dalam hitungan ketiga. Satu, dua, tiga…
Perempuan
itu duduk telanjang di kursi kayu yang meninggalkan debu di pantat putihnya.
Perempuan itu berpikir sejenak, dagunya terangkat. Dia telah mencari jejak talium unsur dalam
sampel bijih seng. Sebuah garis indigo brilian dalam spektrum sampel
mengungkapkan adanya indium. Indium sekitar melimpah seperti perak, tetapi jauh
lebih mudah untuk pulih karena biasanya terjadi bersama dengan seng, besi,
timbal dan tembaga bijih. Oke, oke, oke. Aku tahu kamu mulai bingung dengan jalan
cerita kisah ini. Jika kamu bingung, kamu harus kembali lagi mencari tahu dua
nama tadi. Atau mungkin kamu sama sekali belum mencaritahu? Bahaya! Itu pembunuhan
untukmu. Sudah aku bilang kamu harus mengikuti perintahku untuk memahami kisah
ini. Jangan bandel, mari kita mulai lagi, akan aku beri waktu tiga menit lagi
untukmu. Siap? Seperti biasa dalam hitungan ketiga. Satu, dua, tiga…
Ada satu titik kosong di dinding
itu. Tak ada tulisan unsur di titik itu, kosong—bersih dikelilingi spidol hitam bertuliskan unsur-unsur
periodik kimia. Perempuan itu sengaja menyisahkan bagian kosong itu untuk satu
huruf lagi. Aku melihatnya menangis, air matanya menetes jatuh di payudaranya
yang menggantung keras. Stop! Sudah aku bilang kesampingkan pikiran binalmu
tentang perempuan ini. Dia orang yang berpengaruh di hidupku, menghadirkanku
wahana baru. Perempuan culun yang sering menangis hanya karena mengingat masa
lalunya, lesu—lemah. Sudikah kamu mengartikan ini semua? Apakah kamu paham? Oke, tunggu sepertinya kamu belum tahu siapa perempuan culun yang malang itu. Akan aku bantu supaya kamu tahu. Ikuti aku, mari pejamkan matamu dua menit. Tidak lama, bayangkan semua clue itu dalam kepalamu. Oke? Siap? Dalam hitungan ketiga. Satu, dua, tiga…
Perempuan itu mulai memakai
pakaian. Kaus putih dengan gambar gajah. Dengan pelan perempuan itu memakai
ditengah badai tangis yang sedang mengganggunya.
Ini clue kedua untukmu mulai
memahami. As you walk on by , when you
call my name. Ada yang seperti itu. Belajarlah antonim , kalo ada
pertemuan pasti ada perpisahan. Belum merasa
berkorban karna cinta belum pudar. Seperti apakah setia itu? Ketika
rembulan menyusut menjadi setengah bagian, perempuan itu hanya bisa menangis
malu mengerti itu semua. Perempuan itu tahu, ketika rembulan telah bulat
sempurna, bahwa dia bukan satu-satunya wanita yang memasuki kehidupanku. My
kind of perfect. Perempuan itu menganggap prianya adalah pria sejati yang
membuatnya sangat senang menunggu dan menangis di sudut kamarnya. Melukis di
dinding kamarnya dengan air mata yang menetes dingin. Sssttt, sudah. Tidak akan
aku lanjutkan lagi. Sayapnya telah patah. Aku terdiam tapi kamu bengong—melongo. Oke, tahan dulu. Akan aku beri waktu satu menit, satu menit saja untukmu mencari tahu siapa perempuan itu. Caranya? Baca ulang kisah ini baik-baik, kamu akan menemukan namanya dibalik kata-kata yang sengaja kamu lewatkan ataupun terlewat olehmu dan tidak sempat kamu baca. Jangan kaget, jika kamu sudah menemukannya, jangan beritahu siapa-siapa, ini rahasia kita berdua. Oke? Siap? Dalam hitungan ke tiga. Satu, dua, tiga…
I See You, I…
No comments:
Post a Comment
Ayo Beri Komentar