Siapa
Sophie?. Semua orang pasti punya cara untuk menggambarkan sosok yang dia
kagumi. Sama seperti Romeo yang pada intinya mati bersama Juliet. Meskipun
banyak cerita yang mengisahkan Romeo dan Juliet. Tanpa sadar analisis kita
terbagi. Sebenarnya bagaimana kisah akhir seorang Romeo dan Juliet?. Mengacu
pada kisah Romeo and Julia karya William
Shakespeare. Mereka adalah pasangan mempelai muda yang keluarganya
saling bermusuhan, Romeo and Julia
merupakan salah satu karya Shakespeare yang paling terkenal, salah satu
karyanya yang paling sering dipentaskan selain Hamlet dan Macbeth. Cerita Romeo
and Julia dibuat berdasarkan cerita di Italia, yang diubah menjadi sajak
dalam The Tragical History of Romeus and Juliet oleh Arthur Brooke tahun
1562, dan diceritakan kembali dalam bentuk prosa pada Palace
of Pleasure karya William Painter tahun
1582. Shakespeare meminjam ide dari keduanya, tetapi lebih mengembangkan
karakter pendukung, terutama Mercutio dan Paris,
untuk memperluas jalan cerita. Ditulis antara tahun 1591 hingga 1595, Romeo,
dan Julia pertama kali dipentaskan tahun 1597.
Romeo and Julia adalah contoh bagaimana seorang pria yang memperjuangkan
wanita yang dia kagumi, ribuan tembok ditubruk ratusan bom waktu meledak,
sungai-sungai menjadi kering karena kegilaan seorang Romeo terhadap Julia atau
yang lebih kita kenal sebagai Juliet.
Kembali lagi pada kisah Sophie. Wanita tangguh yang mencintai
karier dan kecerdasan. Aku kagum dibuatnya, setiap cerita yang keluar dari
bibirnya aku rekam. Diam-diam aku meletakkan handphone diatas meja ketika kami berbincang lalu merekan semua
pembicaraan dari setiap kalimat yang keluar. Licik memang, dari hal itu dia
selalu memberikanku ide di setiap tulisan yang aku buat. Menghidupkan tuts-tuts
keyboard yang bahkan seperti magnet. Tak ingin ditinggalkan. Pablo Picasso
pernah bilang: “Semua karya seni adalah hasil curian”. Kiranya itu yang dapat
aku gambarkan, aku mencuri pemikirannya, idealismenya , integritas seorang
wanita yang aneh tapi tetap pada koridor seorang wanita. Sophie adalah nama fiktif atau bukan nama sebenarnya. Awalnya
seperti awan, aku hanya bisa melihatnya dari bawah tidak bisa menyentuh bahkan
memegang. Tapi sejauh mata memandang aku tahu bahwa awan selalu ada disana,
ditempat khusus yang tuhan ciptakan. Antara langit biru dan lautan lepas. Perlu
dicatat aku tidak mencintainya, aku hanya mengagumi pemikirannya, idealismenya
juga integritasnya. Untuk mencintai nampaknya aku belum siap. Ada guratan yang
membuatku berpikir dua kali untuk melangkah ke kalimat itu. Dia mengajarkanku
untuk cuek, cool, diam tapi
menganalisis setiap kejadian yang ada. Tanpa arti, tanpa makna, tanpa
perjuangan sekali tembak semua kena. Mati, sekarat ataupun lumpuh. Wanita Hebat
yang selalu mengeluh bahwa menjadi Extrovert atau Extraversion berarti menjadi beda dan beda selalu
berkonotasi negatif. Bagiku dia sama
sekali bukan Extrovert dia Ambievert atau seimbang dia punya
keduanya. Anggun saat sendiri, aktif saat bersama orang yang nyaman untuk dapat
bertukar pikiran. Aku banyak mengetahui tentang dia. Dia satu-satunya orang
yang aku ceritakan tentang sebuah drama yang (sengaja) aku ciptakan, meskipun
sepertinya dia tidak suka pria yang terlalu banyak drama. Itu menyakitkan
bagiku, seperti ditampar ratusan minion. Aku selalu membaca tulisannya, hampir
setiap hari, hampir setiap bangun tidur ataupun sebelum tidur. Tulisannya
sangat inspiratif, kami yakin bahwa esensi dari hidup adalah saling memotivasi
dan menginspirasi.
Dia adalah seorang yang sangat jarang berlibur, keluar rumah
hanya sebatas kebutuhan atau mengunjungi saudara. Wanita yang sangat
mencintai ibunya dan perjuangan ayahnya dalam menghidupi keluarga. Oh, sempurna
sekali untuk wanita malang yang sangat menikmati kesakitan yang terlalu lama
mengendap dalam jiwa berlumur darah. Wanita yang mencatat baik-baik janji tuhan
: “Tuhan tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuannya”. Dia meyakini
bahwa Tuhan sayang terhadap hambanya, dan Tuhan itu maha pemurah, terutama bagi
hambanya yang meminta. Dulu, dia hampir tidak pernah meminta masa depan
disetiap doa-doanya. Namun belakangan dia berubah pikiran untuk meminta
semuanya secara mendetail. Mulai dari gelar magister
yang sangat ingin dia capai untuk membahagiakan seorang ibu yang selalu bangun
pagi, bahkan sebelum ayam-ayam berkokok untuk berusaha menyediakan sarapan
sempurna diatas meja sebelum dia berangkat sekolah.
Mimpinya sangat sederhana, hidup bersama pria yang sangat dia
cintai, mempunyai keluarga kecil, anak jagoan seperti Captai America, Mungkin.
Membayangkan dirinya ada bersama seseorang yang bagi saya masih menjadi
pertanyaan yang berurat---berakar dalam pikiran saya, berdiri dan mengarungi
dunia bersama, memberi arti bahwa hidupnya seluruhnya untuk orang-orang yang
dia kasihi. Dia selalu menganggap dirinya adalah turis bukan traveler. liburan baginya hanya untuk merefresh pikiran, sedikit
melonggarkan aktivitas, pergi dari kejenuhan. Dia sama denganku mengenal
dirinya lewat media tulis. Membaca dan menulis. Meskipun dia sangat
selektif untuk sebuah bacaan, benar-benar mefilter, mungkin agar pemikirannya
tidak terlalu banyak dipengaruhi.
Sejauh
yang saya ketahui, keluarganya adalah keluarga sederhana, bagi keluarganya
kelebihan adalah ketika orang-orang pandai bersykur, Wanita yang mendapatakan
pembelajaran dari bapak yang punya ketegasan untuk selalu bekerja keras. Aku
ingat dengan kalimat ini “Jangan
berpikir bahwa hidupmu tidak menarik. Fokus kepada hal kecil yang kamu sukai
dan buatlah hidupmu menarik.”. Mungkin dia tidak ingat bahwa kalimat itu
pernah terlontar ketika kita berbincang. Dia mencintai dan mengagumi banyak
tokoh dunia, berbeda dengan perempuan lain yang mencintai korea, boyband
ataupun pria tampan. Hidupnya termotivasi dari tokoh-tokoh yang dia pelajari
bahkan dia rela membeli buku tokoh tersebut untuk sekedar mengenal lebih dekat.
Dia memilikki insting yang kuat bagaimana sebuah buku menjadi menarik dan bagus
untuk dibaca. Wanita yang sama denganku, suka ke toko buku. Wanita yang punya
ambisi gila dan mimpi yang bahkan bisa membuat orang-orang minder juga
tergeletak lemas. Toilet selalu jadi teman berpikirnya meskipun dia tidak
melakukan hal yang seharusnya dilakukan dalam satu bilik toilet. Aku kaget aku
tidak bilang itu hal yang jorok,
pengakuan yang sama baru saja keluar dari mulutnya karena sesekali aku juga sering
ke toilet untuk mendpatkan ide sembari melakukan hal yang wajar dilakukan di toilet.
Dia tidak takut atas mimpinya yang tinggi, karena baginya
jika mimpi itu tidak terwujud setidaknya dia pernah mencapai ketinggian yang
tidak disentuh orang-orang. Aku pernah (sengaja) menawarkan sebuah buku
padanya. Lalu dia meminjam. Setahun lebih dia meminjamnya. Aku sengaja tidak
menagih buku itu. Aku yakin dia akan tumbuh menjadi penulis imaji yang hebat
atas prinsipnya yang berhasil menulariku.
Bagiku ini adil, wanita sepertinya bebas memilih pria yang
pantas untuk hidupnya, tak perlu memasang standard atau tipe seperti kebanyakan
perempuan. Aku menjadikan tulisannya sebagai refrensiku untuk menulis selain
tokoh-tokoh lain atau bapakku sendiri. Aku belajar banyak dari dia. Banyak tulisanku
yang hidup dan terinspirasi darinya. Seperti: “Malam Bersama Sophie”, “Maaf,
Sophie”, “Senja Bersama Sophie”, “Sophie, bawa aku mati” dan “Dongeng dari Keukenhof”.
Kini, aku dihadapkan pada satu tembok besar dan pintu besi.
Hanya ada dua pilihan, Kembali atau menunggu agar pintu besi terbuka, serta ada
tangga yang bisa membuatku memanjat tembok tinggi itu dan melihat siapa yang
ada dibaliknya. Pria istimewa yang selalu membuatnya bahagia dengan cara yang
sederhana. Harusnya dia tak pernah sedih lagi. Meskipun akhir-akhir ini aku
mulai mengetahui siapa laki-laki istimewa dibalik semua tulisannya. Tapi, Aku
tidak yakin atas intuisiku..
Aku masih ingin terus mencuri pemikiranya,
idealismenya dan integritasnya. Dengan batas yang tak saling dilanggar dan
saling dihormati. Sophie, Wanita gila yang tidak menyukai batu akik.. Pissss!
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete