Kenyangku lahir
dari sisa nasimu, saat
kau masih memakan lauk di piringmu
Kau bercerita tentang anjing, yang bercinta
dengan kucing di ujung gang
Hanya ada bulan tanpa bintang malam ini
Juga sepiring puisi dengan sepasang cincin,
Juga sepiring puisi dengan sepasang cincin,
yang menghuni jari keempat
Telingaku
menggema mendengar mulut yang mengunyah
Sepiring nasi habis menyisakan rendang dari padang
Sepiring nasi habis menyisakan rendang dari padang
Kau bilang
rendang ini enak, tapi kau
memakannya sendiri sampai
tersisa ludah di piringmu
Puisiku lahir dari piring sisa rendangmu
Puisiku lahir dari piring sisa rendangmu
Puisi tentang persetubuhan
anjing dan kucing
Pipiku merah melihat kau mengunyah
Bibir merahmu jadi candu buatku, menjelma
Bibir merahmu jadi candu buatku, menjelma
Nafsu yang memperkosa bibirku
tubuhku berkeringat merasakan
tubuhku berkeringat merasakan
kau menyentuh kelaminku, jari-jarimu
membuat nyala lampu jadi padam
membuat nyala lampu jadi padam
Malam ini jadi candu yang merebahkan tubuh
otakku kram melihat bibirmu menyentuh kelaminku
bibir ala
Monalisa dengan gincu tebal, yang
Membekas di tubuh penuh nafsu.
Mungkinkah ini hari kelahiran cinta.
Mengambil hati di antara payudaramu
Menanam cinta di lubang vaginamu
Mungkinkah ini hari kelahiran cinta.
Mengambil hati di antara payudaramu
Menanam cinta di lubang vaginamu
Semarang,
28 Desember 2015
No comments:
Post a Comment
Ayo Beri Komentar