Aku
berharap semesta bertasbih mendengar doaku. Sejak kejadian di Keukenhof dua
bulan lalu, Ranum berubah. Wanita memang selalu membingungkan, sedetik yang
lalu kita bisa melihat seorang wanita dengan mood yang bombastis, sedetik
kemudian mood bombastis itu bisa hilang seketika, makhluk tuhan yang satu ini
memang harus diperlakukan spesial. Kini Ranum menciptakan jarak, dia tak
semanis dulu, tak seceria dulu.
Aku
paham, ungkapan perasaanku terlalu dini untuk dibilang cinta sejati, wanita
macam Ranum butuh lebih dari sekedar cinta untuk menjalin hubungan dengan
seorang pria. Para wanita hanya punya dua pilihan ketika seorang pria
mengungkapkan perasaannya. Mencoba berpura-pura cinta lalu benar-benar cinta
atau berpura-pura lupa bahwa kejadian itu tak pernah terjadi lalu perlahan
memberi jarak dan meninggalkan semua yang telah terjadi, aku paham—meski tidak
semua wanita punya sifat seperti Ranum.
Aku
mencintai Ranum lebih dari yang bisa ku tanggung, aku tak punya alasan, kenapa
aku mencintainya. Aku bingung, aku rasa untuk urusan cinta alasan adalah hal
yang tabu untuk dibahas. Aku memutuskan membuka cabang baru Rain Coffee tepat
di samping Queen Of Sean. Aku dan Sean bersekutu soal Ranum, Sean bersedia
membantuku dalam hal apapun soal Ranum. Meskipun awalnya Sean bilang ini gila,
“Ranum
itu nggak kaya wanita kebanyakan” Kata Sean.
“Iya
aku tahu, Sean. Makanya aku butuh bantuanmu.”
“Kamu
mau apa, Rain?”
“Aku
cuma butuh kamu meyakinkan Ranum, soal perasaanku.”
“Kamu
gila, Rain.”
“Ayolah,
Sean.”
Sean
berpikir panjang soal hal ini, bagaimanapun juga dia tak ingin melihat
sahabatnya menderita lagi karena pria, kejadian di Tropea Beach beberapa tahun
lalu cukup jadi pengalaman buruk Ranum untuk terakhir kali. Sean tahu betul
Ranum luar-dalam, itu alasan kenapa aku meminta tolong padanya.
“Oke,
aku coba. Tapi dengan caraku bukan caramu.” Kata Sean.
“Oke.”
“Rain,
kamu ini CEO perusahan besar, kamu kelihatan berwibawa ketika Ranum pertamakali
melihatmu, Ranum selalu bilang kalau kamu orang yang paling bijak dan wibawa
yang pernah dia temui… Aku nggak melihat itu lagi sekarang. Aku baru tahu kalau
cinta bisa merubah sifat manusia.”
“Ayolah
Sean, jangan menceramahiku. Ini bukan saatnya.”
“Kenapa
kamu mencintai Ranum?”
Pertanyaan
Sean bukanlah pertanyaan yang musti djawab. Aku adalah orang yang percaya bahwa
cinta tak butuh alasan. Karena ketika cinta beralasan seluruh semesta akan
mengingat alasan kita dan mau tidak mau, kita harus bersusah payah memegang
janji-janji yang keluar dari mulut kita, memelihara alasan yang kita ucapkan.
“Ranum
pasti butuh alasan kenapa kamu mencintainya” Kata Sean.
“Apakah
cinta butuh alasan? Apa cinta pernah menagih alasan?”
“Kamu
harus membayar cintamu dengan alasan, Rain.”
“Kamu
salah. Aku membayar cintaku dengan kesetiaan.”
“Terserahlah,
laki-laki memang bikin bingung.”
“Jadi?”
“Beri
aku nomor ponselmu, aku akan menghubungimu lagi” Kata Sean.
Sisi lain kota ini, menyisakan luka yang meradang. Malam di Amsterdam terasa
mencekam bagi mereka yang terpenjara dalam kesendirian dan terlalu lama
merasakan kesepian. Aku masih bisa merasakan ada jeda yang
mengukur kata, membuatnya jadi bisa terbaca. Jarak yang dibangun oleh Ranum
membaurkan luka, membuatku hilang kesadaran penuh sesal. Aku tahu selalu ada
batas yang mengikat rasa, membuatku selalu bertanya pada diriku sendiri
“Sanggupkah aku melewati batas diantara rasa yang tak saling mengikat?” Hanya
Ranum yang bisa menjawabnya.
Musim panas mendatangi Belanda, tanda bahwa Daylight Saving Time mulai
diterapkan di belahan Eropa. Daylight Saving Time adalah perubahan atau
pergeseran waktu pada musim panas. Daylight Saving Time dilakukan secara resmi
dan serentak di belahan Eropa. Waktu dimajukan selama satu jam lebih awal dari
zona waktu resmi yang diberlakukan pada musim semi dan musim panas. Daylight
Saving Time bertujuan untuk menyesuaikan kegiatan kerja dan sekolah, Di musim
panas, siang hari jau lebih lama dibanding malam hari. Letak geografis eropa
membuat matahari tidak meyinari kawasan eropa secara merata.
Pagi ini aku melihat Ranum mengendarai sepedanya, memakirkan persis di
samping Ran Fleuriste, aku melihatnya dari cctv yang aku pasang di luar Rain
Coffee, kamera khusus yang menghadap teras Ran Fleuriste. Aku terpaksa
memasangnya, Ranum selalu menghindar ketika dia melihatku, berpura-pura sibuk
ketika aku mulai mengajaknya bicara. Aku selalu merindukannya seperti mentari
yang merindukan pagi, seperti senja yang merindukan malam, juga seperti rindu
awan pada langit. Aku ingin menjadikannya sebatas jantung yang mencari nafas,
sebatas urat yang mencari nadi, tanpa sekat, tanpa ampun dalam mengasihi.
09.30, ponsel di saku celanaku bergetar, satu pesan masuk dari Sean. Buru-buru
aku membacanya…
(BERSAMBUNG)
No comments:
Post a Comment
Ayo Beri Komentar