Hari-hari
setelahnya aktivitas Andriana kembali normal, sudah tidak ada lagi Neurosis
apalagi dr. Jusuf yang hingga kini tak pernah menampakkan dirinya. Bulan kedua
sejak Andriana mengirimkan pesan terakhirnya untuk dr. Jusuf. Hari ini ketika
Andriana pulang dari kantornya, ada yang berbeda dari pintu rumahnya. Satu
kotak ukuran sedang berwarna putih tergeletak di depan pintu rumahnya bersama
satu buket bunga mawar merah. Tak ada pesan di luar kotak itu, tak seperti
kotak-kotak lain yang selalu ada nama pengirimnya. Andriana membuka kotak itu
sebelum sempat dia membuka pintu rumahnya—lembut berhadapan dengan pintu
rumahnya. Tidak ada barang yang menarik di dalam kotak itu. Hanya ada secarik
kertas bertuliskan “Apa kabar, An?” Andriana melongo bingung ada seseorang yang
memanggilnya, suaranya nampak palsu, suara berat yan dilembutkan, jadi terlihat
aneh. Andriana berbalik badan, di depannya berdiri seseorang yang mengubah
jalan hidup dan pikirannya.
“Aku
tidak bersembunyi, London bukan tempatku, jarak juga bukan teman baikku, kamu
juga tidak perlu repot mencariku hingga ke London. Karena sejauh apapun aku
pergi—kamulah tempatku untuk pulang. Jadi apakah aku terlambat, Andriana?”
“Nggak”
Andriana mendekat membawa satu buket bunga mawar merah, langkah kecilnya
membuat dr. Jusuf juga berjalan mendekatinya. “Sama sekali nggak, dok” Senyum
Andriana mengembang, matanya memburu setiap lekuk wajah dr. Jusuf. “dr. Jusuf nggak terlambat, aku yang terlalu
cepat pergi”.
“Maksudnya?”
Tanya dr. Jusuf. Andriana tidak membalas pertanyaan dr. Jusuf, matanya masih
memburu setiap lekuk wajah dr. Jusuf sampai sebuah mobil yang dikendarai
seorang lelaki terparkir di depan rumah Andriana. Kaca kemudi perlahan terbuka.
“Ayo
Sayang, kita sudah ditunggu” Sahut lelaki dari dalam mobil.
“Iya
sayang” Jawab Andriana, “Maaf dok” Andriana setengah berbisik lalu memberikan
bunga mawar merah itu kepada dr. Jusuf. Andriana berlalu meninggalkan dr.
Jusuf—masuk ke dalam mobil lelaki itu. Mobil perlahan meninggalkan rumah
Andriana. Bunga yang dipegang dr. Jusuf jatuh ketika mobil itu sudah tak
terdengar lagi suaranya.
No comments:
Post a Comment
Ayo Beri Komentar