Bintang
Venus bersinar lagi malam ini, berada di antara bintang-bintang yang sinarnya
tidak terlalu terang. Tapi, masih sama—tidak ada yang mempedulikannya, kecuali
Andriana. Malam itu Andriana terbangun ketika denting halus bintang jatuh
terdengar di telinganya—bingung melihat selimut yang menyelimutinya ditambah
dengan hilangya dr. Jusuf dari sampingnya. dr. Jusuf tertidur di kursi balkon
hotel dengan buku catatan yang masih terpegang di tangan kanannya. Andriana
tersenyum mengambil selimut yang baru saja meyelimutinya. dr. Jusuf terbangun
ketika selimut menyentuh lehernya.
“Jangan
tidur di sini, dok. Dingin”.
“Iya
An, saya tertidur. Makasih selimutnya” dr. Jusuf menegakkan badanya.
“Makasih
juga dok” Andriana duduk di samping dr. Jusuf.
“Jam
berapa ini An?”.
“setengah
empat dok, kenapa emang?”.
“Oh
enggak, nggakpapa, An”.
Aku
bingung mengakhiri kisah ini. Andriana mulai gamang, pikirannya menggantung
seperti mangga yang siap dipetik. dr. Jusuf juga—dia mulai menjauhi Andriana
disaat cinta datang pelan menyapa Andriana. dr. Jusuf menganggap Andriana minim
rasa dengannya. dr. Jusuf malu ketika Andriana mengetahui bahwa dr. Jusuf
membohonginya soal terapi Neurosis yang dia lakukan secara diam-diam. Pagi
menjelang subuh di balkon hotel adalah situasi yang tidak ingin dirasakan lagi
oleh dr. Jusuf. Andriana sudah sejak awal mengetahui bahwa dr. Jusuf
membohonginya soal hasil pemeriksaan Neurosis. Andriana sangat mengenal dr.
Jusuf, seantero Jakarta tahu sepak terjangnya di dunia kedokteran.
Andriana
perempuan cerdas. Mengajak dr. Jusuf ke Gili Trawangan bukan tanpa alasan.
Harapan Andriana atas terapi khas dr. Jusuf terpenuhi. Pagi setelah pembicaraan
mereka di balkon hotel. dr. Jusuf memilih pulang ke Jakarta lebih dulu, untuk
menghindari pembicaraan yang makin menjadi-jadi. Tapi, Andriana salah. justru Andriana masih ada dalam permainan
khas dr. Jusuf. Terapi masih terus berjalan meski dr. Jusuf sudah tidak berada
di sampingnya. Andriana tidak menyadari, ini adalah saat dimana dr. Jusuf
leluasa menanam semua tentangnya di pikiran Andriana. Terapi akhir khas dr.
Jusuf sebelum Andriana benar-benar sembuh.
Seminggu
setelah kejadian di balkon hotel, pertanyaan besar Andriana mulai memenuhi
ubun-ubun dan hampir pecah. Pikiranya tentang dr. Jusuf mulai benar-benar jatuh
tertanam. Tidak tahu berawal dari mana—ini artinya dr. Jusuf berhasil dan
Andriana masih belum menyadarinya. Pesan yang dikirim Andriana belum juga
terbalas. Kamu tahu aku sengaja membuat dr. Jusuf tidak membalas pesan dari
Andriana. Semakin Andriana penasaran semakin banyak pertanyaan yang muncul,
semakin banyak pertanyaan yang muncul semakin banyak yang tidak terjawab.
Semakin kesemakinan itu menjadi-jadi, dr. Jusuf akan menampakkan dirinya lagi
BERSAMBUNG...
No comments:
Post a Comment
Ayo Beri Komentar