Ibu
Ana meninggal sejak Ana lahir. Entah tidak begitu jelas apa penyebabnya. Prof.
Uru sangat pintar menutupi penyebab kematian Istrinya. Sejak kecil Ana tidak
mendapakan ASI seperti bayi lainnya, dia disusui oleh bibinya yang hingga kini
masih sering mengunjungi rumah Ana untuk sekedar mengurus rumah ataupun
menemani Ana. Bibinya adalah Koki balai Kota, dia juga merahasiakan penyebab
kematian Ibu Ana. Hingga kini Ana masih mempercayai bahwa ibunya meninggal
dalam sebuah kecelakaan mobil ketika Ana berumur 6 bulan.
Arthur
kaget mendengar cerita singkat dari ibunya. Arthur tidak percaya dengan apa yang
dikatakan ibunya. Ibunya memohon pada Arthur untuk tidak menceritakannya pada Ana.
Arthur
dan ibunya mulai mengantri utnuk meninmbang hasil panen yang mereka bawa.
Dua orang didepan mereka juga ikut mengantri. Seorang kakek tua Nampak berdebat masalah upah yang diberikan Anei. Upah yang diterima kakek itu tidak sesuai dengan hasil yang dia dapatkan. Anei mengusir kakek tua itu dengan memanggil petugas penjaga yang berdiri tidak jauh dari tempat kejadian. Si kakek menggerutu, dahinya mengkerut, alisnya beradu, matanya memerah memandangi Anei dalam-dalam ketika penjaga menarik kakek tua itu. Arthur bertindak tapi ibunya mencegah. “Tidak usah ikut campur urusan orang lain, apalagi dalam keadaan seperti ini” bisik ibu Arthur pelan. Arthur hanya menunduk memandangi tanah cokelat yang basah diguyur air.
Dua orang didepan mereka juga ikut mengantri. Seorang kakek tua Nampak berdebat masalah upah yang diberikan Anei. Upah yang diterima kakek itu tidak sesuai dengan hasil yang dia dapatkan. Anei mengusir kakek tua itu dengan memanggil petugas penjaga yang berdiri tidak jauh dari tempat kejadian. Si kakek menggerutu, dahinya mengkerut, alisnya beradu, matanya memerah memandangi Anei dalam-dalam ketika penjaga menarik kakek tua itu. Arthur bertindak tapi ibunya mencegah. “Tidak usah ikut campur urusan orang lain, apalagi dalam keadaan seperti ini” bisik ibu Arthur pelan. Arthur hanya menunduk memandangi tanah cokelat yang basah diguyur air.
Seorang
perempuan yang berada di depan Arthur, langsung pergi setelah melihat upah yang
diberikan Anei.
“Hallo Nyonya
Witson, sepertinya makin hari makin banyak hasil yang kau bawa”
“Ini
berkat bantuan, Arthur. Dia juga ikut membantuku”. Nyonya Witson menyerahkan
hasil panennya untuk ditimbang. Arthur nampak tidak suka dengan sikap Anei yang
menggoda ibunya, matanya mengikuti pergerakan Anei. Dia akan marah jika Anei
memberi upah yang tidak sesuai seperti nasib kakek tua tadi. Nyonya Witson
merangkul pundak Arthur untuk mecegahnya berbuat sesuatu seperti kakek tua
tadi. “Ini upah untukmu, sesuai dengan hasil yang kau dapatkan, anak itu bisa
menjadi jimat keberuntungan untukmu, Nyonya Witson” Arthur tidak mengetahui
jumlah persis upah yang didapatkannya dari Anei. “Terimakasih, saya pulang dulu”.
Arthur
dan ibunya bergegas meninggalkan tempat penimbangan tanpa memberikan jabat
tangan yang sudah biasa dilakukannya setiap pergi menimbang hasil panen. Arthur
bertanya tentang upah yang diberikan Anei. Ibunya lama terdiam. Menjawab
pertanyaan Arthur ketika mereka sudah sampai rumah yang jaraknya tidak begitu
jauh dari tempat penimbangan tadi. Ibu Arthur menaruh upah di meja kayu yang
sudah reot.
“Apa?,
hanya segini upah yang kita terima,bu?” Arthur medobrak meja, meja kayu itu
terlihat makin reot. “Tenanglah Arthur, ini lebih dari cukup untuk kebutuhan
kita” jawab ibunya halus. “Kenapa ibu tidak protes?, kenapa ibu menahanku untuk
menolong kakek tua tadi?”
“Kamu
harus berfikir jernih sebelum bertindak Arthur. Pekerjaan kita bisa hilang jika
kita gegabah. Belajarlah dari seekor burung hantu yang duduk di sebatang pohon,
semakin banyak dia melihat, semakin sedikit dia berbicara, semakin sedikit dia
berbicara, semakin banyak dia mendengar”
“Mengapa ibu mengijinkan
orang yang ibu baiki tidak berlaku baik pada ibu?”
“Karena ibu tahu
ini pasti untuk kebaikan ibu”
Arthur
terdiam, dagunya mengeras, tanganya membersihkan keringat di keningnya,
menunduk menatap meja dalam-dalam. Hari ini dia diajarkan arti Bijaksana. Arthur
merasa beruntung memiliki ibu yang tidak pernah memaksanya untuk mengerti arti
kehidupan.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletewho?
Delete