Jalan
panjang bertanah halus itu memang sering dilewati Arthur dan ibunya,
dikelilingi hamparan perkebunan, persawahan dan ladang gandum yang luas.
Terlihat para polisi kota mulai berdatangan dari arah yang berlawanan. Satu
lagi peraturan di kota Nanoi yang tidak boleh dilanggar, Penduduk tidak boleh
keluar rumah ketika matahari sudah terbenam. Mulai dari bayi sampai orang
dewasa, hanya para polisi kota, para Anei dan Natalie yang boleh keluar.
“Ibu,
polisi kota sudah mulai keluar kita harus bergegas untuk sampai ke tempat
penimbangan” Arthur menarik tangan ibunya.
“Tenang
Arthur, selama kita masih membawa persediaan untuk para Anei mereka tidak akan
mengganggu kita”
“Tempat
penimbangan masih jauh, kita butuh tumpangan sampai kesana sebelum matahari terbenam,bu”
Arthur gelisah.
“Tidak
akan ada yang bersedia menumpangi kita,Arthur”
“Kenapa
tidak? sudah banyak mobil yang melewati kita, masa sih tidak ada satupun?”
Arthur berjalan mundur untuk menghadang mobil dengan tanganya dari pinggir
jalan.
Di
kota Nanoi tidak banyak yang memiliki mobil dengan atap yang terbuat dari kain
dan bisa di buka-tutup, Para Anei memproduksi mobil itu hanya untuk kalangan
tertentu saja, penduduk tidak bisa sembarangan memiliki mobil, hanya dengan
persetujuan Natalie penduduk Nanoi baru bisa memilikinya.
Tiba-tiba
dari jarak yang tidak jauh, terdengar suara klakson mobil yang membuat Arthur
dan ibunya berhenti.
“Akhirnya
ada juga yang bersedia memberikan tumpangan untuk kita,bu”
“Belum
tentu mereka akan memberi tumpangan untuk kita, Arthur” mobil itu berhenti
tepat di depan Arthur dan ibunya..
“Arthur!”
teriak seseorang dari dalam mobil
“Ana?”
Arthur kaget melihat seseorang yang memanggilnya.
“Arthur
sama ibu mau kemana?” Tanya Ana.
“Ini
dari perkebunan, mau ke tempat penimbangan” Jawab ibu Arthur.
“Ana,
beri kami tumpangan sampai ke tempat penimbangan ya?” Arthur memohon.
“Arthur!,
tidak perlu Ana” sahut ibu Arthur
“Dengan
senang hati, Arthur” Ana tersenyum, menandakan kesediannya untuk memberi
tumpangan.
“Terimakasih
Ana, ayo bu kita pulang. Jangan menolak pertolongan Ana” Arthur tersenyum.
Ana
adalah anak dari Prof. Uru, dokter untuk para Anei semasa Witson memimpin kota
Nanoi, Ana kenal baik dengan Arthur dan ibunya. Dulu, ayahnya sering
bercakap-cakap masalah pembangunan kota Nanoi bersama Witson. Meskipun Prof.
Uru hanya seorang dokter pada waktu itu. Tapi, Witson menganggap Prof. Uru
sebagai tangan kanannya. Persahabatan yang mereka jalin sejak kecil membuat
mereka Nampak seperti saudara. Di dalam mobil mereka bercakap-cakap hangat,
kebiasaan yang selalu dilakukan ketika mereka bertemu.
“Gimana
kabarmu Arthur?” Tanya Ana.
“Baik,
Ibu juga baik.. Gimana kabar Prof. Uru?” jawab Arthur
“Ayah
masih menjadi dokter untuk para Anei”
“Rumahmu
masih di pinggir pantai, Ana?” Tanya ibu Arthur
“Masih,
sekarang Ana sering kesepian karena jam kerja ayah ditambah, ayah sering pulang
pagi bahkan terkadang tidak pulang” keluh Ana.
“Nanti
biar Arthur menemanimu ketika kamu kesepian”
“Tidak
perlu repot-repot bu. takutnya jadi membebani Arthur”
“Aku
tidak merasa terbebani kok, kita jadi bisa sering-sering bermain dipinggir
pantai seperti saat kita kecil dulu, Ana” Arthur, memukul halus pundak Ana.
“Terimakasih
Arthur, ibu. Ana seperti mempunyai keluarga yang utuh lagi” jawab Ana.
“Kamu
sudah Ibu anggap sebagai keluarga, Ana”.
Tidak
lama kemudian mobil Ana telah sampai ke tempat penimbangan. Arthur dan ibunya
berterimakasih kepada Ana. Mereka langsung bergegas menuju tempat penimbangan
yang mulai sepi, sambil membicarakan ibu Ana yang meninggal sejak Ana lahir.
No comments:
Post a Comment
Ayo Beri Komentar