Aku tak paham bagaimana
konsep Tuhan membantu mengobati luka hambanya. Semalam aku memimpikanmu, bagian
dari hidup yang sudah lama tak kurasakan lagi. Ini seperti berada di tengah
lautan sunyi. Aku tak bahagia, juga tak merasa rugi. Karena aku memimpikan seseorang
yang sama sekali tak mungkin bisa kugenggam. Aku merasa patah hati. Sesuatu
yang sudah lama tak kurasakan, dan sesuatu yang sudah lama ingin kurasakan
lagi. Karena patah hati telah membawaku sampai di sini.
Aku
bermimpi, kamu menungguku di bawah tangga. Kamu mengenakan baju sabrina warna
putih dan rok hitam longgar di bawah lutut. Aku bertanya; kenapa harus di bawah
tangga? Apa maknanya. Kamu adalah wanita itu, yang selama ini menjaga moodku
dan membawanya entah ke mana, aku seperti dibawa pada sebuah ruang ilusi di
mana selalu ada kamu di sampingku.
Seketika
aku berpikir; barangkali kamu menjadi moodbost orang lain. Tapi kamu tak pernah
tahu, orang itu juga tak mencintaimu; dia merasa moodnya jadi baik saat kamu
ada. Hari ini pikiranku dipenuhi bayanganmu, aku merasa seharusnya itu tak
terjadi. Aku selalu berusaha mencoba bijak memahami segala sesuatu apalagi yang
melibatkan wanita. Tuhan selalu memberikan kode-kode misterius yang harus
kupecahkan sendiri. Dia Zat Maha Agung, Maha mencintai permainan.
Ada
kekosongan yang bahkan tak sudi kuisi. Sepertinya dia menunggu siapa pun yang
hendak mengisi, mengobatinya lalu sembuh. Bahwa seharusnya kita tak boleh lagi
melihat seseorang dari apa yang terlihat, aku selalu jatuh cinta pada
orang-orang yang tak malu menunjukkan kemampuan & pemikirannya. Artinya dia
merdeka; tak terbelenggu oleh apa pun.
Aku
memimpikanmu, Vii. Bahkan disaat aku tak mencintaimu, mungkin kamu tahu itu.
Aku juga sering bilang, bahwa kamu adalah penjaga moodku yang paling pintar.
Aku ingin bicara apa adanya; aku ingin istirahat untuk mencintai. Sudah saatnya
aku memukul rata semuanya. Tak ada lagi pandang bulu, aku merasa telah
memberikan seluruh cintaku pada semesta, pada penghuni alam ini, dunia ini. Tak
ada lagi yang bisa kuperbuat selain meneruskan perjuangan ini, menyembuhkan
orang-orang sekarat yang tak tahu diri, tak pernah mengucapkan terima kasih.
Vii,
aku bermimpi, kamu menciumku di bawah tangga besi. Sejak aku mendedikasikan
diri dalam dunia literasi, aku tak pernah meremehkan makna mimpi, aku percaya;
itu adalah gambaran yang Tuhan kirim. Kamu adalah wanita pertama yang masuk
dalam mimpiku setelah sekian lama. Setelah patah hati terhebatku yang terakhir.
Yang membuatku menjadikan wanita itu sebagai tokoh utama dalam novelku.
Rasanya
tak ada lagi yang perlu kuperbuat, cinta telah dikunci, kenangan telah
mengendap. Memori telah berubah. Lalu, aku sendiri bertanya; Apa maksud semua
ini? Memimpikanmu, mengobati para wanita yang datang menghampiriku dan mengaku
patah hati. Atau sekedar pergi bersama seorang wanita yang minta ditemani. Aku
berpikir Tuhan sedang membantuku untuk keluar dari perasaan aneh ini. Tapi
sekali lagi, itu semua tak efisien, tak berhasil. Tak ada koneksi yang kuat.
Tak ada.
Semalam
aku bermimpi, seorang wanita menciumku di bawah tangga. Bahkan aku ingat
bagaimana situasi saat itu, bagaimana rasanya. Aku tak pernah bisa membedakan
di mana ruang mimpi dan di mana kehidupan nyata yang terjadi. Semua sempat
kujelaskan dalam novel pertamaku. Bahwa semua itu nyata, bahkan aku bisa
menjadi arsitek bagi mimpiku sendiri. Aku bermimpi, dalam sekian detik setelah
kamu menciumku, aku merasakan kehangatan yang kau ciptakan di antara peluk.
Kamu memelukku, lalu mimpi itu berakhir dengan aku yang membuka mata &
tersenyum di atas kasur, meringkuk sendirian. Aku rindu kamu, Vii, bahkan
ketika kita belum pernah bertemu.
Untuk
siapa pun yang membaca ini, jangan persempit duniamu. Jangan menilai orang lain
dari apa yang terlihat saja. Barangkali ada yang dia tahan, ada yang dia pendam
sejak lama. Ada yang masih dia cinta tanpa butuh balasan, dia hanya diam, dan
terus memelihara seseorang itu di dalam hati dan pikirannya. Karena, bukankah
cinta yang tulus adalah cinta yang tak diucapkan?
No comments:
Post a Comment
Ayo Beri Komentar