Tahukah
kamu, di ketiak kirimu ada sebuah tombol untuk membuka sebuah portal. Letaknya
kira-kira dua jari jika diukur dari bagian atas, batas antara ketiak dan
lengan. Biasanya tombol itu aktif setelah pukul dua belas malam, aku sendiri
belum pernah berhasil membukanya, ada sebuah pola yang katanya tiap hari
berganti, pola itu adalah kunci untuk membukanya. Kadang aku juga melihat pola
kunci itu berganti dengan pola angka.
Aku pernah
mendengar kabar dari orang-orang asing, bahwa pintu itu akan terbuka ketika
ketiakmu penuh keringat dan memancarkan bau tidak sedap, lalu sempat
kupikirkan, siapa yang berkeringat pukul dua belas malam? Aku tidak pernah olahraga
pada jam-jam itu. Konon ketiak yang basah membantu melumasi mur-mur pada pintu
itu agar mudah terbuka, maklum pintu itu sudah berusia ratusan tahun, bahkan
sudah ada jauh sebelum kita dilahirkan.
Ibuku
bilang, dulu pernah ada legenda dari Kerajaan Kutai yang berhasil membuka pintu
itu, ia bekeringat karena meniduri 1500 pelayan sebelum pukul dua belas malam, namun
legenda itu tidak pernah kembali. Dari kejadian itu orang-orang meyakini bahwa
pintu itu adalah portal menuju surga. Orang-orang mulai mencoba mengikuti
jejak legenda itu, namun sayangnya tidak ada yang berhasil meniduri lebih dari
satu orang, rata-rata mereka keok sebelum lima menit. Tidak ada pria lain yang
berhasil melewati pintu itu selain sang legenda, Pangeran dari Kerajaan Kutai.
Konon, ada
kabar liar yang mulai jadi bahan pembicaraan, bahwa pintu itu dijaga oleh para
pelayan perempuan. Para pelayan itu tidak akan membiarkan para pria
berkeringat, pelayan-pelayan itu dilatih untuk menaklukan para pria kurang dari
tiga menit. Sehingga jika ada seseorang yang bisa melewati pintu itu berarti ia
adalah orang yang terpilih dan layak.
Pria-pria
tidak bisa sembarangan meniduri para perempuan, meskipun mereka berkeringat, jika
perempuan yang ditiduri bukanlah pelayan yang ditunjuk, keringat itu akan
menjadi sia-sia. Pelayan-pelayan itu memiliki ciri, mereka memiliki tanda dua titik
merah di pergelangan tangan kirinya. Katanya tanda itu akan membantu para pria
untuk membuka pintu dengan menempelkannya pada ketiak kiri. Para pelayan
tersebar di berbagai penjuru negeri, mereka menyamar, ada yang menyamar menjadi
CEO sebuah perusahan startup, ada
juga yang menjadi Walikota, hingga menyamar sebagai polisi.
Sebelum
bertugas mereka diberi pilihan untuk bisa menyamar sebagai siapapun kecuali
menyamar sebagai pekerja seks komersial, karena dengan menyamar sebagai PSK
mereka akan mudah terlihat, dan pintu akan mudah terbuka. Mereka harus menyamar
sebagai seseorang yang sulit didekati.
Tujuh belas
abad kemudian legenda dari Kerajaan Kutai itu ditemukan di sebuah pantai di selatan
Pulau Kalimantan, ia kebingungan, nelayan menemukannya dalam keadaan telanjang
bulat. Berita ini menggemparkan bukan hanya di dalam negeri, namun seluruh
dunia. Rumor tentang keberadaan sebuah portal di ketiak kiri para lelaki
menjadi hangat dan kembali dibicarakan. Adalah seorang peneliti muda yang
pertama kali menulis argumen itu pada sebuah portal berita online. Banyak yang
menganggapnya hanya sekadar racauan belaka, namun lebih banyak yang meyakini
bahwa itu adalah kebenaran yang selama ini coba ditutupi oleh orang-orang yang
hidup sebelum generasi ini.
Pangeran
dari Kerajaan Kutai itu hanya terlihat sekali, setelah orang-orang perwakilan
pemerintah menjemputnya, tidak ada lagi yang mengetahui keberadaan Sang
Pangeran, spekulasi bermunculan, media-media online menulis kemungkinan
keberadaannya. Yang paling logis, pangeran itu kini menjadi aset negara, dan ia
mungkin sedang diinterogasi. Hingga hampir sepuluh tahun setelah kejadian, tidak
ada yang tahu di mana keberadaannya.
Di tahun
kesepuluh, seorang aktor baru dipromosikan pada sebuah film hasil rumah
produksi yang pertama kali mempopulerkan
nama Reza Rahadian. Namanya Zahid Paningrome, ia lebih tampan dari Reza
Rahadian, lebih jago dalam berakting daripada Reza Rahadian. Film debutnya
bercerita tentang keadaan bumi di tahun 2050 yang mulai sepi, karena lebih dari
50% penduduk bumi sudah pindah ke planet mars. Hanya tersisa penduduk miskin yang harus berjuang hidup di lingkungan yang sudah tidak lagi sehat karena
racun akibat limbah produksi yang tidak lagi terkontrol.
Para
penduduk miskin diberi kesempatan untuk bisa tinggal di mars dengan biaya
gratis. Syaratnya harus mengikuti sebuah pelatihan di dalam camp yang dibangun oleh
negara. Camp-camp itu menyiapkan seseorang untuk diberangkatkan ke planet mars
menjadi tentara yang memetakan planet mars, planet itu masih harus dipetakan
karena tergolong baru untuk ditempati. Orang-orang yang masih tertinggal di
bumi tidak menyangka bahwa jumlah penduduk miskin hampir sama dengan
jumlah penduduk tidak miskin yang mampu membeli tiket sekali jalan ke planet
mars.
Film itu
memenangkan banyak kategori di Festival Film Indonesia, termasuk aktor terbaik
untuk penampilan outstanding dari
debut Zahid Paningrome, film terbaik, sinematografi, sutradara, skenario asli,
tata suara, tata musik, dan efek spesial terbaik. Film itu bahkan mewakili
Indonesia di ajang Academy Award sebagai Best Foreign Film dan berhasil lolos
hingga lima nominasi terakhir di malam puncak, meskipun tidak membawa piala
botak itu.
Sejak Zahid
Paningrome mulai mendapatkan sorotan orang-orang mulai curiga bahwa dirinya
adalah pangeran dari Kutai yang sepuluh tahun lalu ditemukan, paras tampannya
persis, membuat orang-orang semakin yakin bahwa ia dan pangeran itu adalah
orang yang sama.
Zahid
Paningrome yang selalu ditanyai fakta itu dalam setiap kesempatan wawancara
menolak untuk menjawab, ia hanya diam dan meminta untuk mengajukan pertanyaan
lain. Hal itu semakin membuat masyarakat yakin bahwa dirinya adalah pangeran
Kutai yang hilang itu.
Karena
warga merasa ada keanehan, dan yakin 100% bahwa ada fakta dan kebohongan yang
coba ditutupi, mereka melakukan protes dengan turun ke jalan, aliansi pembela
kebenaran terbentuk dan mereka bertelanjang dada untuk melakukan protes itu,
pria dan perempuan turun ke jalan, memamerkan ketiak kiri mereka yang
berkeringat. Media internasional memberitakan anomali unik itu, hingga hampir
enam bulan lamanya protes itu selalu digelar hampir setiap hari. Protes itu
selalu berjalan damai, tidak ada alasan bagi pihak kepolisian untuk
membubarkan. Selama enam bulan juga tidak ada jawaban yang memuaskan mereka.
Zahid Paningrome tetap diam, bahkan merilis film keduanya yang kali ini ia tulis
dan ia sutradarai.
Sejak
pertama kali poster film itu dirilis, film itu langsung jadi pembicaraan.
Seakan menjawab para demonstran yang melakukan protes. Film itu berjudul dari sudut ketiak kiri, bertahan di
bioskop selama lebih dari dua bulan. Film itu menjawab seluruh
pertanyaan orang-orang tentang kebenaran kisah portal pada ketiak kiri. Meski
film itu tidak sesukses film pertama Zahid Paningrome dalam urusan penghargaan,
namun film itu memecahkan film Box Office Indonesia hampir sebelas kali lipat
dari film paling laris sebelumnya.
Film itu
membicarakan hal-hal yang lama diyakini banyak orang, seperti rumor tentang
pelayan perempuan dan tanda dua titik merah di pergelangan tangan kiri. Banyak
orang mulai mencurigai para Polwan, CEO dan Walikota perempuan, film itu bahkan
memberitahu dengan detail bagaimana cara membuka portal itu dengan menaruh
adegan di ending. Adegan itu sangat ekonik dan terus dibicarakan, lima ratus
pasangan bercinta di jalanan sebelum pukul dua belas malam hingga berkeringat. Lalu
film itu berakhir dengan cahaya terang muncul dari langit dan seeorang pria dengan
jubah putih berambut gondrong turun ke bumi.
Para
demonstran yakin itu adalah cara Zahid Paningrome berkomunikasi dan menjawab
bahwa rumor tentang dirinya yang seorang pangeran dari Kerajaan Kutai adalah
benar adanya. Mereka melakukan protes lagi, dan turun ke jalanan, kali ini
dengan jumlah masa dua kali lipat lebih banyak. Dan mereka bercinta
bersama-sama di jumat yang dingin satu jam sebelum pukul dua belas malam.
Adegan itu
direkam oleh banyak mata kamera, bahkan tanpa menunggu lama sudah tersedia di
situs video dewasa seperti pornhub. Dari kejadian itu orang-orang mulai sadar
bahwa ternyata banyak pejabat dan orang penting yang juga mempercayai rumor dan
cerita melegenda itu. Terlihat banyak menteri, pejabat daerah, para polisi dan
CEO perusahan startup yang ikut turun
ke jalan untuk bercinta dan bertukar pasangan. Mereka saling memberi semangat untuk tetap
bertahan agar mencapai orgasme bersama-sama. Teriakan untuk menahan menggema
di langit-langit.
Mereka
meneriakkan sumpah serapah saat mulai merasakan orgasme hebat, keringat mulai
membasahi tubuh para demonstran, menempel dari satu tubuh ke tubuh lainnya, di
antara mereka ada para perempuan yang menempelkan pergelangan tangan kirinya
pada ketiak kiri para pria. Makin lama adegan itu makin tidak terkendali,
orang-orang mulai lupa pada tujuan awal, mereka memuaskan diri sendiri dengan
terus bercinta sampai orgasme berkali-kali.
Tepat jam
dua belas malem terdengar dentuman keras yang membuat para demonstran berhenti
bergerak, seperti sebuah patung selamat datang. Mereka saling bertanya dari
mana datangnya suara dentuman itu, keadaan menjadi hening, seperti pagi dingin sebelum
azan subuh terdengar. Lima menit kemudian dentuman kedua, lebih
keras dari dentuman pertama, mengangetkan semuanya. Mereka menyadari bahwa
suara dentuman itu terdengar dari langit malam. Mata mereka tertuju pada satu
titik di langit, sesuatu yang sangat terang muncul membuat mata-mata menghindar
untuk langsung melihatnya, beberapa dari mereka menahan cahaya itu dengan
tangan agar tak langsung menerpa mata. Banyak juga di antara mereka yang tetap
menatap cahaya terang itu dengan mata terbuka.
Orang-orang
mulai memberi ruang mendarat untuk cahaya yang mulai melebar. Cahaya itu
seperti cahaya senter yang ditumpahkan ke dinding-dinding. Di dalam kepala
mereka muncul pertanyaan yang sama, dengan senyum yang sumringah, apakah ini jawabannya.
Seseorang
dari demontran menginjakkan kaki pada cahaya yang menempel di aspal hitam, demonstran
itu mulai melayang, kakinya tidak lagi menapak pada jalanan. Ia terbang pada
alur cahaya itu meunju ujungnya lalu menghilang. Yang lainnya saling menatap,
lalu satu persatu mengikutinya, masuk ke cahaya itu, melayang—terbang lalu
hilang. Sampai pada orang terakhir, cahaya terang itu pelan-pelan naik dan ikut
menghilang.
Jalanan
kembali sepi, menyisakan cairan-cairan yang keluar dari kelamin para
demonstran, membanjiri jalanan seperti banjir setiap awal tahun di ibu kota.
Semarang. 27 Maret 2021
dari sudut ketiak kiri oleh Zahid Paningrome
No comments:
Post a Comment
Ayo Beri Komentar