Percakapan
kita telah usai. Setelah ini, jika sebuah pertemuan tak bisa bicara banyak dan
tak memengaruhi apa-apa. Tandanya masing-masing dari kita perlu menyerah dan
mundur dari realita.
Setelah
itu semua terjadi aku tidak akan merasa ada disini. Orang-orang pasti berubah.
Berbeda, tidak ada yang saling mengenal. Semua menjadi orang asing. Teriakan
anak-anak kecil yang berlari kesana, kemari. Suara perempuan-perempuan yang
membicarakan temannya sendiri. Ruangan yang penuh dengan kaca ini disesaki orang-orang
sakit. Tidak punya tujuan jelas selain menjadi terlihat keren ketika orang
diluar melihat ke dalam. Sialnya, aku terjebak. Berada diantara orang-orang
sakit.
Kita
nggak pernah tahu orang benar-benar suka atau cuma pura-pura. Kamu bilang kamu
bosan. Bosan biasanya terjadi karena kamu sudah mendapatkan apa yg kamu mau dan
apa yang kamu cari dari seseorang. Lalu, kalau kamu sudah mendapatkannya
apalagi yang kamu cari??
Kamu
pikir aku sedang jatuh cinta?? Kamu salah. Aku sedang merasakan bagaimana hatiku
ketika ada kamu yang berusaha menghuninya. Bagaimana responnya, bagaimana
rasanya berada di sampingmu, rasanya kau tinggalkan, rasanya tak mendapat
kabarmu, dan rasanya ketika kamu menyentuh sisi hatiku yang belum pernah di
sentuh siapapun.
Karena
aku takut pada perasaanku sendiri yang bahkan tak bisa lagi merasakan apa itu
jatuh cinta. Apa itu merindu dan apa itu benci. Aku benar-benar mati, dia yang
dulu benar-benar berhasil mengunci semua pintu. Sialnya hanya dia yang membawa
kuncinya. Mau tidak mau, aku perlu menunggunya, entah berapa lama. Entah sampai
kapan. Karena percuma ketika seorang datang hanya bisa mengetuk pintu hatimu
saja, tidak bisa masuk bahkan menghuni karena tidak punya kuncinya.
Bagiku,
hati adalah sebuah brankas. Brankas besar yang menampung banyak brankas kecil
di dalamnya. Kamu punya kuasa untuk membuka dan menutup, menaruh orang yang
kamu cinta di dalamnya. Menyimpan masa lalumu di dalamnya dan memilih tidak
akan lagi membukanya. Bukankah begitu konstelasi hati diciptakan. Semua yang
pernah ada di hatimu memang sebaiknya disimpan. Jangan membuangnya, mereka
bukan sampah. Tapi kalau kamu masih berniat membuangnya berarti hatimu adalah
tempat sampah sementara.
Dimana
dia dilahirkan? Aku seperti masuk pada ruang yang dia ciptakan sendiri. Membagi
diri diantara tangis malam ini, menolak pergi meski hati memaksa untuk
menyendiri. Apakah aku menjadi salah ketika harus bertahan pada perasaan yang
begitu lama telah dipelihara dengan begitu tenangnya. Kamu ini dilahirkan
dimana?? Pikiranku terus meronta memanggilmu kembali.
Jangan
bertanya balik, aku dilahirkan dimana. Aku dilahrikan di bola matamu, di sela
jari-jarimu, di rongga dadamu, diantara percakapan kita malam kamarin. Diantara
air mata yang menetes karena ceritamu yang begitu mengiris hati. Aku
dilahirkan di dalam hatimu. Meski bukan kamu yang mengandungku. Aku tahu telah
lama kamu mengusirku, aku pun tahu pikiranmu sudah tidak lagi tentang aku. Aku
juga tahu, saat aku menulis ini, Aku masih menunggumu. Disini. Di ruang yang kau
ciptakan sendiri.
-----
No comments:
Post a Comment
Ayo Beri Komentar