Kedua
matamu bertemu pada satu titik dimana orang-orang melihat keindahan bukan dari
estetik sebuah seni melainkan dari cara orang lain mengungkapkan opininya.
Setiap malam banyak orang selalu berfikir bahwa bagaimana caranya membuat malam
jadi nyaman dan tentram. Meskipun jawabannya, sebenarnya hanya satu—orang-orang
akan merasa nyaman dan tentram pada malam hari jika mereka pergi tidur tanpa
membawa beban dalam sehari. Kenangan harusnya tidak pernah menang, karena
kenangan selalu berada di belakang. Sayangnya, banyak orang yang membawa
kenangannya tepat di depan kening, membuat mereka jadi lupa esensi dari
melupakan. Orang-orang bilang bahwa kenangan tidak perlu dilupakan, karena dari
kenangan kita bisa memperbaiki hidup kita kedepan.
Kenangan
baik mungkin jangan dilupakan, tapi kenangan buruk? Agaknya orang-orang lupa
bahwa sebenarnya mereka lebih sering mengingat kenangan-kenangan buruk setiap
orang tanpa menyadari kenangan baik yang ada. Karena kenangan buruk lebih asik
untuk dibahas, Kenangan baik hanya membuat orang-orang lupa sementara akan
keburukan seseorang. Ada yang mengaku, kenangan bisa melambatkan ingatan.
Bukankah harusnya sebaliknya? Bahwa ingatan melambatkan kenangan, sayangnya
ketika ingatan melambatkan kenangan, orang-orang justru memilih memungut
kenangan-kenangan buruk di keramik-keramik otak tanpa menyadari ada banyak
kenangan baik yang menggantung di langit-langitnya.
Malam
itu Sean dan Ranum duduk berdua di depan toko setelah membersihkan pekerjaan
masing-masing, tidak seperti biasanya Ranum duduk di depan toko. Sean
mendatangi Ranum yang duduk sendirian dengan celemek yang sama-sama belum
dilepas. Sean melihat Ranum menangis—Ranum menghapus air matanya ketika Sean
duduk tepat di sebelahnya.
“Ranum?
Kamu nangis? Kenapa?” Pertanyaan Sean bertubi-tubi membuat Ranum salah tingkah
mencoba menyeka air matanya. Sean menatap Ranum yang tertunduk.
“Sean?—enggak
kok, biasa… Ngantuk, kurang tidur nih” Ranum tersenyum menatap Sean.
“Jangan
bohong, kamu kenapa? Cerita dong.”
“Nggakpapa
Sean, aku baik-baik aja.”
“Ayolah
Ranum, kamu nggak pinter bohong” Sean semakin dalam menatap Ranum.
“Nggakpapa,
Se-an.” Ranum menyeka air matanya.
“Ranum”
Sean tersenyum menatap Ranum yang matanya mulai sembab.
“Ibu”
Ranum tertunduk, jari-jarinya saling beradu di atas celemeknya.
“Ibu??
Ibu kenapa??” Sean kaget memegang kedua pundak Ranum dan menatapnya.
“Penyakit
ibu makin parah, Sean.” Ranum menangis.
“Ranum…”
Sean membaringkan kepala Ranum di pundaknya.”
“Ibu
harus pulang ke Indonesia, keluarga di sana minta ibu pulang” Ranum melingkarkan
tangannya, memeluk Sean.
“Karena
apa?” Sean mengelus pundak Ranum.
“Keluarga
di Indonesia bakal ngerawat ibu, kamu kan tahu, di sini Ibu cuma sama aku,
itupun sering aku tinggal kerja.”
“Bagus
dong kalau niatnya gitu, berarti keluarga di sana memang perhatian sama ibu. Kamu
jangan nangis” Sean mengelus rambut Ranum hingga ujung.
“Aku
sedih Sean” Ranum menatap Sean.
“Sedih
kenapa?” Sean tersenyum membalas tatapan Sean.
“Kalau
ibu pergi, aku sendiri dong.”
“Eh
kata siapa? Kan ada aku” Ranum melepas pelukannya, mengangkat kepalanya dari
pundak Sean.
“Ah
Sean, kamu memang paling ngerti deh, aku tambah sayang sama kamu” Ranum dan
Sean saling berpelukan.
“Iyadong,
Sean gitu. Harus tambah sayang. Gak boleh sedih lagi ya, kan ada aku” Kata Sean
sambil mengelus punggung Ranum.
“Aduh
jangan keras-keras meluknya” Kata Ranum, melepas pelukan Sean.
“Eh
maaf Ranum, terlalu semangat” Sean tertawa.
“Sssttt,
udah malam, jangan keras-keras ketawanya” Ranum mengacungkan telunjuk di depan
bibirnya.”
“Sssttt”
Tiru Sean. “Gimana kalo besok kita sepedaan?” Bisik Sean.
“Ha
besok? Kan besok kerja.”
“Yaelah
Ranum, santai aja kali, liburin aja. Sekali-kali” Sean memohon.
“Hmm,
okedeh besok kita sepedaan.”
Belanda
memang surganya sepeda, bahkan jumlah sepeda di Belanda melebihi jumlah
penduduknya. Rata-rata orang Belanda
bersepeda sejauh 2.5 km perhari atau 900 km pertahun. Negeri para filsuf
ini, punya kurang lebih 16 juta penduduk dan 18 juta jumlah sepeda. Penduduk
Belanda adalah orang-orang yang mencintai kopi. Penduduk Belanda adalah pengimpor kopi pertama dengan skala
besar-besaran ke Eropa pada tahun 1600an hingga 1700an. satu orang di
Belanda bisa menghabiskan 140 liter kopi dalam setahun atau 3,2 cangkir setiap
hari, tidak heran Rain Coffee bisa sangat terkenal dan disukai banyak orang.
Belanda menjadi salah satu pendiri Uni Eropa, organisasi antar-pemerintahan dan supra-nasional, yang beranggotakan negara-negara
Eropa. Belanda adalah negara pertama yang melegalkan
pernikahan sesama jenis pada tahun 2001.
“Eh Sean, lusa anterin aku ke bandara ya, nganter ibu pulang.
Ibu bareng adiknya yang kebetulan ada di Belanda, jadi sekalian pulang bareng.”
“Oke boss!! Siap.”
(BERSAMBUNG)
No comments:
Post a Comment
Ayo Beri Komentar