Friday, January 22, 2016

Ran Fleuriste #2 Episode 4


Kedua matamu bertemu pada satu titik dimana orang-orang melihat keindahan bukan dari estetik sebuah seni melainkan dari cara orang lain mengungkapkan opininya. Setiap malam banyak orang selalu berfikir bahwa bagaimana caranya membuat malam jadi nyaman dan tentram. Meskipun jawabannya, sebenarnya hanya satu—orang-orang akan merasa nyaman dan tentram pada malam hari jika mereka pergi tidur tanpa membawa beban dalam sehari. Kenangan harusnya tidak pernah menang, karena kenangan selalu berada di belakang. Sayangnya, banyak orang yang membawa kenangannya tepat di depan kening, membuat mereka jadi lupa esensi dari melupakan. Orang-orang bilang bahwa kenangan tidak perlu dilupakan, karena dari kenangan kita bisa memperbaiki hidup kita kedepan.

Kenangan baik mungkin jangan dilupakan, tapi kenangan buruk? Agaknya orang-orang lupa bahwa sebenarnya mereka lebih sering mengingat kenangan-kenangan buruk setiap orang tanpa menyadari kenangan baik yang ada. Karena kenangan buruk lebih asik untuk dibahas, Kenangan baik hanya membuat orang-orang lupa sementara akan keburukan seseorang. Ada yang mengaku, kenangan bisa melambatkan ingatan. Bukankah harusnya sebaliknya? Bahwa ingatan melambatkan kenangan, sayangnya ketika ingatan melambatkan kenangan, orang-orang justru memilih memungut kenangan-kenangan buruk di keramik-keramik otak tanpa menyadari ada banyak kenangan baik yang menggantung di langit-langitnya.

Malam itu Sean dan Ranum duduk berdua di depan toko setelah membersihkan pekerjaan masing-masing, tidak seperti biasanya Ranum duduk di depan toko. Sean mendatangi Ranum yang duduk sendirian dengan celemek yang sama-sama belum dilepas. Sean melihat Ranum menangis—Ranum menghapus air matanya ketika Sean duduk tepat di sebelahnya.

“Ranum? Kamu nangis? Kenapa?” Pertanyaan Sean bertubi-tubi membuat Ranum salah tingkah mencoba menyeka air matanya. Sean menatap Ranum yang tertunduk.

“Sean?—enggak kok, biasa… Ngantuk, kurang tidur nih” Ranum tersenyum menatap Sean.

“Jangan bohong, kamu kenapa? Cerita dong.”

“Nggakpapa Sean, aku baik-baik aja.”

“Ayolah Ranum, kamu nggak pinter bohong” Sean semakin dalam menatap Ranum.

“Nggakpapa, Se-an.” Ranum menyeka air matanya.

“Ranum” Sean tersenyum menatap Ranum yang matanya mulai sembab.

“Ibu” Ranum tertunduk, jari-jarinya saling beradu di atas celemeknya.

“Ibu?? Ibu kenapa??” Sean kaget memegang kedua pundak Ranum dan menatapnya.

“Penyakit ibu makin parah, Sean.” Ranum menangis.

“Ranum…” Sean membaringkan kepala Ranum di pundaknya.”

“Ibu harus pulang ke Indonesia, keluarga di sana minta ibu pulang” Ranum melingkarkan tangannya, memeluk Sean.

“Karena apa?” Sean mengelus pundak Ranum.

“Keluarga di Indonesia bakal ngerawat ibu, kamu kan tahu, di sini Ibu cuma sama aku, itupun sering aku tinggal kerja.”

“Bagus dong kalau niatnya gitu, berarti keluarga di sana memang perhatian sama ibu. Kamu jangan nangis” Sean mengelus rambut Ranum hingga ujung.

“Aku sedih Sean” Ranum menatap Sean.

“Sedih kenapa?” Sean tersenyum membalas tatapan Sean.

“Kalau ibu pergi, aku sendiri dong.”

“Eh kata siapa? Kan ada aku” Ranum melepas pelukannya, mengangkat kepalanya dari pundak Sean.

“Ah Sean, kamu memang paling ngerti deh, aku tambah sayang sama kamu” Ranum dan Sean saling berpelukan.

“Iyadong, Sean gitu. Harus tambah sayang. Gak boleh sedih lagi ya, kan ada aku” Kata Sean sambil mengelus punggung Ranum.

“Aduh jangan keras-keras meluknya” Kata Ranum, melepas pelukan Sean.
“Eh maaf Ranum, terlalu semangat” Sean tertawa.

“Sssttt, udah malam, jangan keras-keras ketawanya” Ranum mengacungkan telunjuk di depan bibirnya.”

“Sssttt” Tiru Sean. “Gimana kalo besok kita sepedaan?” Bisik Sean.

“Ha besok? Kan besok kerja.”

“Yaelah Ranum, santai aja kali, liburin aja. Sekali-kali” Sean memohon.

“Hmm, okedeh besok kita sepedaan.”

Belanda memang surganya sepeda, bahkan jumlah sepeda di Belanda melebihi jumlah penduduknya. Rata-rata orang Belanda bersepeda sejauh 2.5 km perhari atau 900 km pertahun. Negeri para filsuf ini, punya kurang lebih 16 juta penduduk dan 18 juta jumlah sepeda. Penduduk Belanda adalah orang-orang yang mencintai kopi. Penduduk Belanda adalah pengimpor kopi pertama dengan skala besar-besaran ke Eropa pada tahun 1600an hingga 1700an. satu orang di Belanda bisa menghabiskan 140 liter kopi dalam setahun atau 3,2 cangkir setiap hari, tidak heran Rain Coffee bisa sangat terkenal dan disukai banyak orang. Belanda menjadi salah satu pendiri Uni Eropa, organisasi antar-pemerintahan dan supra-nasional, yang beranggotakan negara-negara Eropa. Belanda adalah negara pertama yang melegalkan pernikahan sesama jenis pada tahun 2001.

“Eh Sean, lusa anterin aku ke bandara ya, nganter ibu pulang. Ibu bareng adiknya yang kebetulan ada di Belanda, jadi sekalian pulang bareng.”

“Oke boss!! Siap.”


(BERSAMBUNG)



Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment

Ayo Beri Komentar