Hutan-hutan rimba, lautan tanpa nelayan,
Barisan lelaki tua mengepungmu tanpa ampun
Sendok teh berkarat mengiringi seduh yang
teramat pedih
Lembar-lembar kertas yang kau pegang basah
oleh air mata
Dinding-dinding kota berubah masif,
Melihatmu menangis dalam canda berujung magis,
Tawamu berubah jadi nyanyian sendu yang
teriris
Gagak hitam berdiri menunggu senja yang tak
lagi berarti,
Daun-daun kering hilang tersapu angin yang
berubah dingin
Aku tak mengenalmu dalam balutan kain hitam,
Yang berlabuh dalam tubuh kumuh penuh lusuh
Aku bingung melihat payung tanpa dengung,
Melindungimu dari hujan yang mengepung
Kemana kamu akan berlabuh,
Sedangkan pelabuhan sudah ditutup
Seberepa dekat kerudungmu dengan bahuku,
Sedekat nafas yang memburu, sedekat api dan
asap
Aku menunggu kamu mencariku,
Membalut luka dalam selimut yang mencari lutut.
Kenapa kamu tak kunjung datang?
Aku melihat kesedihan di pelupuk matamu,
Kerinduan di tanganmu, dan aku di hatimu
keren kang
ReplyDeletethankyou
ReplyDelete