Barangkali memang sudah seharusnya aku berhenti
berusaha, berhenti berjuang, berhenti berharap. Aku mulai berpikir bahwa
apa-apa yang sudah kulakukan tampak tidak ada nilainya lagi. Meski aku tetap
merasakan kebahagian karena masih sanggup dan bisa dengan kesadaran melakukan
kebaikan untuk orang lain. Aku rasanya ingin membuktikan bahwa ekspektasi bisa
sengaja kita hilangkan dalam perilaku kita terhadap orang lain. Aku bisa. Namun
ada masalah lain yang timbul dan lebih banyak memengaruhi sudut pandangku dalam
persoalan ini.
Aku akan berterima-kasih pada mereka yang menggunakan
kesempatannya untuk menganggapku ada, bersikap baik, mengapresiasi, dan hal-hal
yang membuatku merasa dianggap manusia. Aku akan membuatnya juga merasa
dimanusiakan, aku akan berusaha selalu hadir. Aku akan berusaha tidak
membuatnya merasa buruk. Namun sialnya aku merasa tidak banyak orang di luar
sana yang punya sudut pandang yang selama ini kupegang.
Bagaimana mungkin ada seseorang manusia yang bisa
membuat orang-orang sepertiku justru merasa buruk karena berbuat baik. Ini
bukan karena aku berpekspektasi, aku menemukan semua ini ternyata soal manner,
soal tujuan kita hidup di dunia, soal apa yang kita pegang dan kita yakini.
Kita tidak bisa selamanya hanya mengakomodir apa yang kita inginkan di hati dan
pikiran saja. Aku selalu merasa setiap kemungkinan harus dilestarikan, harus
diambil kesempatannya. Karena kemungkinan-kemungkinan itu melahirkan
kelanggengan perkenalan hingga pertemanan.
Kebanyakan dari kita, orang-orang di luar sana, tidak
peduli pada sikap baik orang padanya, jika orang itu buka yang mereka inginkan
untuk hadir dan mengisi circle yang selama ini dicari. Tapi yasudah, sapiens
adalah jenis makhluk hidup yang keras kepala. Tidak bisa berubah, meski diberi
kesempatan kedua. Aku tahu itu hal yang buruk, dengan kesadaran itu aku
mengerti untuk tidak jadi seperti itu. Aku ingin namaku diingat baik meski
kematian mendatangiku. Bagiku itu adalah makna sukses sebenarnya. Jika aku
mampu berbuat baik pada setiap orang tanpa pandang bulu, tanpa berharap
ekspektasi apapun, kupikir aku sudah cukup bahagia, karena kebaikan itu
memengaruhi hati, pikiran dan mentalku.
Tapi memang, tak bisa dimungkiri, aku tidak suka sifat
manusia yang bisa dengan bebas menjadi seenaknya. Aku percaya seluruh kehidupan
dan alam semesta ini memiliki sistemnya sendiri. Namun kalo ternyata
orang-orang itu hidup dan menolak menjadi bagian dari ekosistem, lalu untuk apa
ada orang-orang baik yang percaya bahwa kita akan menuai apa yang kita tanam.
Aku masih ingin melihat orang-orang baik hidup sehat
dan tenang, dan karenanya aku selalu berusaha menjadi baik. Meski menjadi baik
di negara ini adalah perbuatan yang melelahkan.
Semarang, 7 Juli 2021
No comments:
Post a Comment
Ayo Beri Komentar