Jadi waktu itu aku lagi perjalanan balik dari kantor,
ya sekitar jam sepuluh malam, karena kebetulan hari itu lembur mengerjakan berkas-berkas yang sebetulnya bisa dikerjakan keesokan harinya.
Tapi karena aku tipe orang yang sendirian, jadi aku lebih memilih kerja lembur
daripada menyadari kenyataan bahwa ponselku adalah kuburan paling sepi di muka
bumi.
Kata banyak orang sudah waktunya aku cari pacar,
karena sudah hampir enam tahun hanya mencium bantal guling buluk di rumahku, ya
jawabanku selalu sama, aku tidak lagi punya obsesi untuk memiliki, aku lebih
butuh kaleng khong guan di rumahku berisi wafer-wafer enak daripada kerupuk
terung atau rengginang basi, bekas lebaran tahun lalu.
Nah kebetulan aku sudah lama jomblo jadi aku tidak
tahu lagi bagaimana rasanya pacaran, aku bahkan sering bertanya-tanya apa
enaknya pacaran di flyover, nah rumahku ke kantor selalu melewati sebuah
flyover yang bentuknya agak tidak jelas, namanya flyover jatingaleh, disebut
flyover kayaknya kok kurang flyover, tapi kalo gak disebut flyover aku sendiri
bingung mau menyebutnya apa.
Pernah kubilang pada ibuku bahwa flyover jatingaleh
bentuknya lebih aneh daripada celana dalem merek Indomaret, kenapa gitu
Indomaret yang notabene menjual barang-barang kebutuhan pokok sampai harus
menjual celana dalem. Bayangin ada label indomaretnya di belakang, ada warna
abu-abu dan item, mulai dari ukuran s sampai XL, aku tahu karena aku juga
memakainya. Bukan apa-apa, selain murah ternyata bahannya bukan kaleng-kaleng,
adem.
Nah kebetulan waktu aku balik lembur itu aku memakai
celana dalam indomaretku, tapi aku lupa aku pakai yang warna apa, daripada
kepalaku dipenuhi pertanyaan tentang warna sempak apa yang aku pakai, akhirnya
aku berhenti di pinggir jalan, waktu itu jalanan mulai sepi, cuma ada beberapa
mobil dan kendaraa roda dua yang lewat, aku berhenti dan membuka sedikit
celanaku, oh ternyata aku pakai celana dalam indomaret warna abu-abu. Aku
merasa lega, lalu menggaruk anuku yang agak gatal. Ya gimana masa gak digaruk.
Nah waktu aku mau jalan lagi, aku lihat sepasang
kekasih berdiri tepat di pagar flyover jatingaleh, aku penasaran kenapa
sepasang kekasih itu ada di tengah flyover malam-malam, aku mematikan montorku,
lalu jalan pelan-pelan mendekati keduanya. Si perempuan berdiri di atas pagar,
ia menangis sambil mengatakan hal-hal yang sayup-sayup terdengar seperti amarah
dan penyesalan. Kulihat kekasihnya mencoba menahannya, laki-laki itu berulang
kali menyuruh kekasihnya turun.
Aku berhenti sebentar, kali ini bokongku yang gatal,
tidak biasanya aku merasa gatal ketika memakai sempak indomaret, mungkin karena
tersugesti tadi menggaruk anuku. Setelah menggaruk tidak lupa aku menghirup
aroma apek bokongku yang menempel di tanganku. Tenang ini bukan karena bahan
dari sempak indomaret, kamu harus tahu, sempak indomaret adalah sempak terbaik
yang pernah ada, bahkan kualitasnya melebihi sempak Cristiano Ronaldo yang
sering dia pakai waktu tanding. Rasanya aku ingin menjadi brand ambassador sempak indomaret, semoga pemilik indomaret membaca ini. Aamiin.
Waktu itu bahkan aku berpikir pria yang menahan kekasihnya itu
juga memakai sempak merek indomaret, aku membayangkan pria itu tidak memakai
celana jeans, dan label indomaret jelas terpampang di bagian belakangnya, kalau
beneran dia memakai sempak indomaret rasanya aku perlu membuat sebuah sekte
penyembah sempak indomaret dan menjadikannya legenda.
Waktu aku semakin mendekat, aku merasa pria itu tidak
benar-benar menahan yang ternyata sebuah percobaan bunuh diri. Perempuan itu
semakin menangis, tentu aku tidak berpikir dan bertanya apakah perempuan itu
juga memakai celana dalam merek indomaret, karena setahuku indomaret hanya
memproduksi sempak untuk laki-laki, lagian ngapain perempuan beli sempak di
indomaret, beli di alfamart lah! Agak mahalan dikit.
Beberapa detik aku mendengar percakapan mereka, aku
buru-buru lari dan menggapai tangan perempuan itu, satu detik sebelum perempuan
itu benar-benar loncat karena telah mengangkat satu kakinya. Kakinya mulus
banget, putih kinclong. Malam itu ia memakai rok longgar warna
hitam yang membuat angin sepoi-sepoi bisa masuk ke dalamnya. Hmmm semriwing.
Saat kugapai perempuan itu seperti di
sinetron-sinetron Indonesia, di kepalaku muncul musik-musik menggema yang membuatnya semakin tampak terlihat seperti drama, saat aku
berhasil menatap perempuan itu, seorang meneriakiku
“Anjing! Goblok! Lagi shooting cok!”
Aku melihat ke bawah, peralatan shooting lengkap
dengan kamera dan lighting juga para crew mengarah padaku dan ke sepasang kekasih di atas flyover
jatingaleh. Ternyata aku sedang benar-benar berada di antara shooting sinetron.
Aku malu, lalu meminta maaf, sebelum sempat meninggalkan tempat, pria itu mengingatkanku bahwa resleting celanaku terbuka, aku makin malu, lalu buru-buru kututup. Pria itu justru tertawa “Sempak indomaret juga ya, mas?” aku mengangguk pelan lalu tersenyum, “saatnya membuat sekte baru.” pikirku di tengah perasaan malu.
No comments:
Post a Comment
Ayo Beri Komentar